Siap-Siap Solar B40, Uji Jalan Ditargetkan Kelar Akhir Tahun!
CNBCIndonesia.com | Senin, 26 September 2022
Siap-Siap Solar B40, Uji Jalan Ditargetkan Kelar Akhir Tahun!
Setelah sukses dengan pencampuran Bahan Bakar Nabati (BBN) ke dalam Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis minyak Solar sebesar 30% (B30), pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mentargetkan uji jalan (road test) pencampuran BBN ke dalam Solar sebesar 40% (B40) yang saat ini sedang berjalan dapat diselesaikan pada Desember 2022 mendatang. “Road test B40 ditargetkan selesai di Desember 2022. Uji jalan ini untuk menghasilkan rekomendasi teknis kebijakan implementasi B40,” tutur Edi Wibowo, Direktur Bioenergi Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, dikutip dari keterangan resmi Kementerian ESDM, Senin (26/09/2022). Edi menambahkan, road test B40 tersebut dilakukan melalui dua tahap pengujian jenis campuran bahan bakar yakni, B30 D10 dengan formula campuran 30% Biodiesel (B100) + 10% Diesel Nabati/Diesel Biohidrokarbon/HVO (D100) + 60% Minyak Solar (B0), dan B40 dengan formula campuran 40% Biodiesel (B100) + 60% Minyak Solar (B0). “Adapun terhadap Spesifikasi Biodiesel (B100) mengacu pada usulan Komite Teknis 27-04 Bioenergi Cair, dengan perbaikan parameter kadar air yang semula maksimal 350 ppm diubah menjadi maksimal 320 ppm, kadar monogliserida yang semula maksimal 0,55 %massa menjadi maksimal 0,5 %massa, kestabilan oksidasi yang semula minimal 600 menit menjadi minimal 720 menit,” jelasnya. Edi mengungkapkan, pada pengujian ini, kendaraan uji yang digunakan tiga merek kendaraan bermesin diesel <3,5 ton masing-masing dua unit, serta tiga merek kendaraan bermesin diesel >3,5 ton masing-masing dua unit. “Pada awal Road Test B40 terdapat tantangan berupa pengadaan sparepart setelah overhaul awal, namun dapat kami sampaikan bahwa saat ini seluruh kendaraan telah melaksanakan uji jalan,” ungkap Edi. Untuk mengejar ketertinggalan dan dapat mencapai target yang ditetapkan pada bulan Desember 2022, maka diberlakukan penambahan jarak dan rute yakni, untuk kendaraan uji < 3,5 ton jarak tempuh yang semula ditargetkan 560 km/hari menjadi 650 km/hari dengan rute perubahan menjadi Balitsa – Tol Cileunyi – Ciamis – Kuningan – P3GL – Pemalang (puter balik) – Subang – Balitsa. Sedangkan untuk kendaraan uji > 3,5 ton jarak tempuh yang semula ditargetkan 400 km/hari menjadi 550 km/hari dengan rute perubahan menjadi Balitsa – Pasteur – Cikampek – Cipali – P3GL – Tegal (puter balik) -Cipali – Subang – Balitsa Pengujian yang dilaksanakan selama Road Test B40 di antaranya penanganan dan analisis konsumsi bahan bakar, pengujian kualitas mutu bahan bakar dan pelumas, pengujian kinerja pada Chassis Dynamometer, pengujian Merit Rating komponen kendaraan, pengujian stabilitas penyimpanan bahan bakar uji, dan uji startability dan presipitasi bahan bakar uji. Road Test B40 ini dilaksanakan oleh Balai Besar Pengujian Minyak dan Gas Bumi “Lemigas” dengan melibatkan Balai Besar Survei dan Pengujian KEBTKE serta Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui pendanaan Badan Pengelolaan Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS). Untuk bahan bakar B0 dan HVO disediakan oleh Pertamina Grup (PT Kilang Pertamina Internasional) dan B100 oleh APROBI. “Kami secara rutin melakukan monitoring dan evaluasi untuk menghimpun saran dan masukan atas progress dan hasil sementara terhadap pengujian yang telah dilakukan. Kami mengapresiasi upaya dan dukungan seluruh pihak yang terus mendukung pengujian dan upaya transisi energi melalui pencampuran BBN jenis biodiesel. Kementerian ESDM terus berkomitmen untuk mendukung rencana implementasi B40 melalui fasilitasi dan koordinasi hal-hal yang dibutuhkan dengan K/L dan stakeholder terkait,” pungkas Edi. Indonesia saat ini masih merupakan negara yang paling advance dalam menerapkan pencampuran BBN jenis Biodiesel. Dengan rencana implementasi B40 yang berada di depan mata, sekali lagi Indonesia menjadi yang terdepan dalam pemanfaatan BBN jenis Biodiesel. Selain mendukung kontribusi energi terbarukan pada bauran energi nasional, rencana implementasi B40 juga pastinya akan berdampak positif dalam hal penghematan devisa akibat menurunnya impor minyak Solar, peningkatan nilai tambah CPO, membuka lapangan pekerjaan, dan menurunkan emisi gas rumah kaca. Untuk program B30 di tahun 2022, ditargetkan dapat disalurkan biodiesel lebih dari 10 juta kilo liter (kl), yang dapat menghemat devisa sebesar US$ 7,82 miliar dan penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 26,95 juta ton CO2e, serta membuka lapangan kerja bagi lebih dari 1,2 juta orang, baik pekerja on farm maupun off farm.
Liputan6.com | Senin, 26 September 2022
Uji Jalan B40 Ditargetkan Rampung pada Desember 2022
Dalam rangka persiapan teknis sebelum implementasi program B40, pencampuran Bahan Bakar Nabati ke dalam Bahan Bakar Minyak jenis Minyak Solar sebesar 40% (B40) memasuki tahap uji jalan (road test). Uji jalan tersebut dilakukan pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Road Test B40 pun ditargetkan selesai pada Desember 2022. “Uji jalan ini untuk menghasilkan rekomendasi teknis kebijakan implementasi B40,” ujar Edi Wibowo, Direktur Bioenergi, Ditjen EBT dan KE Kementerian ESDM dalam sambutannya mewakili Dirjen EBTKE pada kegiatan Monitoring dan Evaluasi I Road Test B40 (Jumat, 23/9). Lebih lanjut, Edi menekankan bahwa dalam kegiatan Road Test B40 ini dilakukan pengujian pada dua jenis campuran bahan bakar yaitu : B30D10 dengan formula campuran 30% Biodiesel (B100*) + 10% Diesel Nabati/Diesel Biohidrokarbon/HVO (D100) + 60% Minyak Solar (B0), dan B40 dengan formula campuran 40% Biodiesel (B100*) + 60% Minyak Solar (B0). “Adapun terhadap Spesifikasi Biodiesel (B100*) mengacu pada usulan Komite Teknis 27-04 Bioenergi Cair, dengan perbaikan parameter kadar air yang semula maksimal 350 ppm diubah menjadi maksimal 320 ppm, kadar monogliserida yang semula maksimal 0,55 %massa menjadi maksimal 0,5 %massa, kestabilan oksidasi yang semula minimal 600 menit menjadi minimal 720 menit,” kata Edi. Pada pengujian ini, kendaraan uji menggunakan 3 merek kendaraan bermesin diesel <3,5 ton masing-masing 2 unit, serta 3 merek kendaraan bermesin diesel >3,5 ton masing-masing 2 unit. “Pada awal Road Test B40 terdapat tantangan berupa pengadaan sparepart setelah overhaul awal, namun dapat kami sampaikan bahwa saat ini seluruh kendaraan telah melaksanakan uji jalan,” ungkap Edi. Untuk mengejar ketertinggalan dan dapat mencapai target yang ditetapkan pada Desember 2022, maka diberlakukan penambahan jarak dan rute menjadi sebagai berikut: Untuk kendaraan uji < 3,5 ton jarak tempuh yang semula ditargetkan 560 km/hari menjadi 650 km/hari dengan rute perubahan menjadi Balitsa-Tol Cileunyi-Ciamis-Kuningan-P3GL-
https://m.liputan6.com/bisnis/
Mediaindonesia.com | Senin, 26 September 2022
Uji Coba BBM B40 Ditargetkan Rampung Akhir Tahun
KEMENTERIAN Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan uji jalan (road test) pencampuran bahan bakar nabati ke dalam bahan bakar minyak (BBM) jenis solar sebesar 40% (B40) yang tengah berjalan dapat diselesaikan pada akhir tahun ini. “Road test B40 ditargetkan selesai di Desember 2022. Uji jalan ini untuk menghasilkan rekomendasi teknis kebijakan implementasi B40,” kata Direktur Bioenergi Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) ESDM Edi Wibowo dalam keterangannya, Senin (26/9). Road test B40 tersebut dilakukan melalui dua tahap pengujian jenis campuran bahan bakar yakni, B30D10 dengan formula campuran 30% Biodiesel (B100) plus 10% diesel nabati atau HVO (D100) dan ditambah 60% minyak solar (B0). Edi mengungkapkan, pada pengujian ini, kendaraan uji yang digunakan tiga merek kendaraan bermesin diesel <3,5 ton masing-masing 2 unit, serta 3 merek kendaraan bermesin diesel >3,5 ton masing-masing 2 unit. “Pada awal road test B40 terdapat tantangan berupa pengadaan sparepart setelah overhaul awal. Namun, seluruh kendaraan telah melaksanakan uji jalan saat ini,” ujar Edi. Untuk mengejar ketertinggalan dan dapat mencapai target yang ditetapkan pada Desember 2022, akan diberlakukan penambahan jarak dan rute yakni. Untuk kendaraan uji < 3,5 ton jarak tempuh yang semula ditargetkan 560 km per hari menjadi 650 km per hari dengan rute perubahan menjadi Balitsa – Tol Cileunyi – Ciamis – Kuningan – P3GL – Pemalang (puter balik) – Subang – Balitsa Sedangkan, untuk kendaraan uji > 3,5 ton jarak tempuh yang semula ditargetkan 400 km per hari menjadi 550 km per hari dengan rute perubahan menjadi Balitsa – Pasteur – Cikampek – Cipali – P3GL – Tegal (puter balik) -Cipali – Subang – Balitsa Pengujian yang dilaksanakan selama toad test B40 di antaranya penanganan dan analisis konsumsi bahan bakar, pengujian kualitas mutu bahan bakar dan pelumas, pengujian kinerja pada chassis fynamometer atau mesin pengujian, pengujian merit rating komponen kendaraan, pengujian stabilitas penyimpanan bahan bakar uji, dan lainnya. Road test B40 ini dilaksanakan oleh Balai Besar Pengujian Minyak dan Gas Bumi atau Lemigas dengan melibatkan Balai Besar Survei dan Pengujian KEBTKE serta Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui pendanaan Badan Pengelolaan Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS). Untuk bahan bakar B0 dan HVO disediakan oleh Pertamina Grup (PT Kilang Pertamina Internasional) dan B100 oleh Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (APROBI).
https://mediaindonesia.com/
Bisnis.com | Senin, 26 September 2022
Kementerian ESDM Targetkan Uji Jalan B40 Rampung Desember 2022
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan uji jalan atau road test pencampuran bahan bakar nabati ke dalam bahan bakar minyak (BBM) jenis solar 40 persen (B40) rampung pada Desember 2022. “Road test B40 ditargetkan selesai di Desember 2022, uji jalan ini untuk menghasilkan rekomendasi teknis kebijakan implementasi B40,” kata Direktur Bioenergi Edi Wibowo melalui siaran pers, Senin (26/9/2022). Edi menambahkan uji jalan B40 dilakukan melalui dua tahap pengujian jenis campuran bahan baB4kar yakni, B30D10 dengan formula campuran 30 persen Biodiesel (B100) + 10 persen Diesel Nabati/Diesel Biohidrokarbon/HVO (D100) + 60 persen Minyak Solar (B0), dan B40 dengan formula campuran 40 persen Biodiesel (B100) + 60 persen Minyak Solar (B0). “Adapun terhadap spesifikasi biodiesel mengacu pada usulan Komite Teknis 27-04 Bioenergi Cair, dengan perbaikan parameter kadar air yang semula maksimal 350 ppm diubah menjadi maksimal 320 ppm, kadar monogliserida yang semula maksimal 0,55 persen massa menjadi maksimal 0,5 persen massa, kestabilan oksidasi yang semula minimal 600 menit menjadi minimal 720 menit,” tambah Edi. Pada pengujian itu, Edi mengatakan kendaraan uji yang digunakan sebanyak tiga merek kendaraan bermesin diesel <3,5 ton masing-masing 2 unit, serta 3 merek kendaraan bermesin diesel >3,5 ton masing-masing 2 unit. “Pada awal road test B40 terdapat tantangan berupa pengadaan sparepart setelah overhaul awal, namun dapat kami sampaikan bahwa saat ini seluruh kendaraan telah melaksanakan uji jalan,” tuturnya. Untuk mengejar ketertinggalan dan dapat mencapai target yang ditetapkan pada Desember 2022, maka diberlakukan penambahan jarak dan rute yakni, untuk kendaraan uji < 3,5 ton jarak tempuh yang semula ditargetkan 560 kilometer per hari menjadi 650 kilometer per hari dengan rute perubahan menjadi Balitsa – Tol Cileunyi – Ciamis – Kuningan – P3GL – Pemalang (puter balik) – Subang – Balitsa Sebaliknya, untuk kendaraan uji > 3,5 ton jarak tempuh yang semula ditargetkan 400 km per hari menjadi 550 km per hari dengan rute perubahan menjadi Balitsa – Pasteur – Cikampek – Cipali – P3GL – Tegal (puter balik) -Cipali – Subang – Balitsa. Pengujian yang dilaksanakan selama road test B40 diantaranya penanganan dan analisis konsumsi bahan bakar, pengujian kualitas mutu bahan bakar dan pelumas, pengujian kinerja pada Chassis Dynamometer, pengujian Merit Rating komponen kendaraan, pengujian stabilitas penyimpanan bahan bakar uji, dan uji startability dan presipitasi bahan bakar uji. Uji jalan B40 ini dilaksanakan oleh Balai Besar Pengujian Minyak dan Gas Bumi (Lemigas) dengan melibatkan Balai Besar Survei dan Pengujian KEBTKE serta Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui pendanaan Badan Pengelolaan Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS). Untuk bahan bakar B0 dan HVO disediakan oleh Pertamina Grup (PT Kilang Pertamina Internasional) dan B100 oleh APROBI. “Kami secara rutin melakukan monitoring dan evaluasi untuk menghimpun saran dan masukan atas progress dan hasil sementara terhadap pengujian yang telah dilakukan,” kata dia. Selain mendukung kontribusi energi terbarukan pada bauran energi nasional, rencana implementasi B40 juga pastinya akan berdampak positif dalam hal penghematan devisa akibat menurunnya impor minyak solar, peningkatan nilai tambah CPO, membuka lapangan pekerjaan, dan menurunkan emisi gas rumah kaca. Untuk program B30 di tahun 2022, ditargetkan dapat disalurkan biodiesel lebih dari 10 juta kl, yang dapat menghemat devisa sebesar US$7,82 miliar dan penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 26,95 Juta Ton CO2e serta membuka lapangan kerja bagi lebih dari 1,2 juta orang, baik pekerja on farm maupun off farm.
Investor Daily Indonesia | Selasa, 27 September 2022
Road Test B40 Ditargetkan Selesai Desember
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) masih melakukan uji jalan (Road Test) pencampuran bahan bakar nabati (BBN) ke dalam bahan bakar minyak (BBM) jenis Solar sebesar 40% (B40) sebagai persiapan teknis sebelum implementasi program B40 dilaksanakan. Ditargetkan, road test dapat dirampungkan pada Desember. “Road Test B40 ditargetkan dapat selesai dilaksanakan pada Desember 2022 untuk menghasilkan rekomendasi teknis kebijakan implementasi B40,” kata Direktur Bioenergi Edi Wibowo dalam keterangannya di Jakarta, Senin (26/9). Edi menekankan bahwa dalam kegiatan Road Test B40 ini dilakukan pengujian pada dua jenis campuran bahan bakar yaitu B30D10 dengan formula campuran 30% biodiesel (B100*) + 10% Diesel Nabati/Diesel Biohi-drokarbon/HVO (D100) + 60% Minyak Solar (BO), dan B40 dengan formula campuran 40% biodiesel (B100*) + 60% Minyak Solar (BO). “Adapun terhadap spesifikasi biodiesel (B100) mengacu pada usulan Komite Teknis 27-04 Bioenergi Cair, dengan perbaikan parameter kadar air yang semula maksimal 350 ppm diubah menjadi maksimal 320 ppm, kadar monogliserida yang semula maksimal 0,55 %massa menjadi maksimal 0,5 %massa, kestabilan oksidasi yang semula minimal 600 menit menjadi minimal 720 menit,” urai Edi. Pada pengujian ini, kendaraan uji menggunakan 3 merek kendaraan bermesin diesel kurang dari 3,5 ton masing-masing 2 unit, serta 3 merek kendaraan bermesin diesel lebih dari 3,5 ton masing-masing 2 unit. “Pada awal Road Test B40 terdapat tantangan berupa pengadaan sparepart setelah overhaul awal, namun dapat kami sampaikan bahwa saat ini seluruh kendaraan telah melaksanakan uji Jalan,” ungkap Edi. Untuk mengejar ketertinggalan dan dapat mencapai target yang ditetapkan pada bulan Desember 2022, maka diberlakukan penambahan jarak dan rute menjadi untuk kendaraan uji kurang 3,5 ton jarak tempuh yang semula ditargetkan 560 km/hari menjadi 650 km/hari dengan rute perubahan menjadi Bal-itsa – Tol Cileunyi – Ciamis – Kuningan – P3GLPemalang (puter balik) – Subang -Balitsa. Untuk kendaraan uji lebih dari 3,5 ton jarak tempuh yang semula ditargetkan 400 km/hari menjadi 550 km/hari dengan rute perubahan menjadi Balitsa – Pasteur – Cikampek – CipaliP3GL – Tegal (puter balik) -Cipali – SubangBalitsa. Pengujian yang dilaksanakan selama Road Test B40 yakni penanganan dan analisis konsumsi bahan bakar, pengujian kualitas mutu bahan bakar dan pelumas, pengujian kinerja pada Chassis Dynamometer, pengujian Merit Rating komponen kendaraan, pengujian stabilitas penyimpanan bahan bakar uji, dan uji startability dan presipitasi bahan bakar uji. Road Test B40 ini dilaksanakan oleh Balai Besar Pengujian Minyak dan Gas Bumi “Lemigas” dengan melibatkan Balai Besar Survei dan Pengujian KEBTKE serta Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui pendanaan Badan Pengelolaan Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS). Untuk bahan bakar BO dan HVO disediakan oleh Pertamina Grup (PT Kilang Pertamina Internasional) dan untuk B100 oleh Aprobi. “Kami secara rutin melakukan monitoring dan evaluasi untuk menghimpun saran dan masukan atas progress dan hasil sementara terhadap pengujian yang telah dilakukan. Kami mengapreasiasi upaya dan dukungan seluruh pihak yang terus mendukung pengujian dan upaya transisi energi melalui pencampuran BBN jenis biodiesel. Kementerian ESDM terus berkomitmen untuk mendukung rencana implementasi B40 melalui fasilitasi dan koordinasi hal-hal yang dibutuhkan dengan K/L dan stakeholder terkait,” jelas Edi.
BERITA BIOFUEL
Katadata.co.id | Senin, 26 September 2022
Risiko Peningkatan Campuran Biodiesel
Riset LPEM FEB UI mengungkapkan kebijakan biodiesel berisiko terhadap lingkungan, seperti peningkatan deforestasi dan penurunan kualitas udara. Pemerintah Indonesia berencana meningkatkan campuran biodiesel sampai B50. Kajian LPEM FEB UI bekerja sama dengan Greenpeace bertajuk “Risiko Kebijakan Biodiesel dari Sudut Pandang Indikator Makroekonomi dan Lingkungan” menyebutkan peningkatan campuran tersebut bisa menimbulkan risiko di masa depan. Dalam kajian tersebut, LPEM FEB UI dan Greenpeace membagi risiko dalam tiga skenario. Skenario pertama, campuran B20 yang dimulai pada 2016 mendorong terjadinya defisit crude palm oil (CPO) sebesar 1,3 juta ton CPO hingga 2025. Skenario kedua, campuran B30 yang dimulai pada 2020 akan menimbulkan akumulasi defisit CPO sebanyak 40 juta ton hingga 2025. Sedangkan skenario ketiga, dengan B50 yang diasumsikan dimulai per 2021, akan menimbulkan defisit CPO sampai 108,6 juta ton pada 2025. Jika kebijakan mandatori biodiesel hingga 2025 terus dijalankan, akan ada risiko perluasan perkebunan sawit. Masih dalam kajian yang sama, LPEM UI dan Greenpeace membuat tiga permodelan skenario untuk melihat seberapa besar risiko yang ditimbulkan. Tiga skenario risiko disusun dengan asumsi lahan produktif perkebunan seluas 13,35 juta hektare (ha) pada 2019. Skenario tersebut menunjukkan pada skenario pertama, lahan baru yang dibutuhkan untuk perluasan lahan perkebunan sawit pada 2025 sebesar 338,8 ribu ha. Skenario kedua sebesar 5,25 juta ha, dan skenario tiga sebesar 9,29 juta ha. Penambahan lahan baru untuk perkebunan monokultur sawit dapat menimbulkan berbagai risiko lingkungan, antara lain peningkatan emisi gas rumah kaca (GRK) akibat alih fungsi lahan. Selain itu, kenaikan emisi juga akan terjadi akibat limbah Palm Oil Mill Effluent (POME) yang dihasilkan dalam proses pengolahan CPO. Perluasan area perkebunan ini juga dapat meningkatkan potensi karhutla pada musim kemarau. LPEM UI dan Greenpeace juga menyebutkan bahwa penambahan lahan baru untuk kebutuhan biodiesel berisiko pada penurunan lahan untuk kebutuhan pangan. Ditambah, kualitas lingkungan seperti air, tanah, dan udara akan ikut terdampak. Untuk mengatasi berbagai persoalan tersebut, LPEM UI dan Greenpeace tiga upaya untuk meminimalisir risiko campuran biodiesel. Pertama, dengan melakukan bahan bakar nabati generasi dua. Kedua, menggunakan used cooking oil sebagai bahan baku komplementer. Serta ketiga, dengan menerapkan intensifikasi pada perkebunan sawit rakyat.
https://katadata.co.id/jeany/