Tahun Depan, Solar B35 Mulai Diberlakukan

| News
Share Share on Facebook Share on Twitter Share on Whatsapp

Medcom.id | Senin, 19 Desember 2022

Tahun Depan, Solar B35 Mulai Diberlakukan

Pemerintah siap untuk mencampurkan lebih banyak fatty acid methyl ester (FAME) ke dalam solar. Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, memberi arahan bahwa persentase pencampuran Bahan Bakar Nabati Jenis Biodiesel ke dalam Bahan Bakar Minyak Jenis Solar ditingkatkan menjadi 35 persen atau B35. Dikutip dari keterangan resmi Kementerian ESDM, peningkatan pencampuran Biodiesel menjadi B35 telah melalui serangkaian uji, baik yang dilakukan di laboratorium, maupun melalui pelaksanaan Uji Jalan B40. Kegiatan uji jalan ini telah berlangsung sejak Juli 2022 hingga akhir Desember 2022, dimana secara umum memberikan gambaran performa yang baik. Selain itu implementasi B35 juga sudah mempertimbangkan kesiapan BU BBN dan BU Bahan Bakar Minyak/BBM, baik dari aspek kesiapan pasokan, distribusi, termasuk infrastruktur penunjang. Sejalan dengan peningkatan persentase campuran Biodiesel menjadi B35, telah dilakukan perbaikan mutu Biodiesel melalui Keputusan Dirjen EBTKE Nomor: 195.K/EK.05/DJE/2022 tanggal 9 Desember 2022 tentang Standar dan Mutu (Spesifikasi) Bahan Bakar Nabati Jenis Biodiesel sebagai Bahan Bakar Lain yang Dipasarkan di Dalam Negeri. Hal ini dilakukan untuk memberikan keyakinan kepada konsumen bahwa peningkatan persentase ini tidak menganggu kinerja dari mesin diesel. Mengacu pada proyeksi penyaluran Biosolar tahun 2022 sebesar 36.475.050 kiloliter (kL), serta asumsi pertumbuhan permintaan sebesar 3 persen, diperkirakan penjualan Biosolar di tahun 2023 akan mencapai angka 37.567.411 juta kL. Adapun estimasi kebutuhan Biodiesel untuk mendukung implementasi B35 sebesar 13.148.594 kL, atau meningkat sekitar 19 persen dibandingkan alokasi tahun 2022 sebesar 11.025.604 kL. Kementerian ESDM menetapkan alokasi Biodiesel tahun 2023 melalui Keputusan Menteri ESDM Nomor 205.K/EK.05/DJE/2022 tanggal 15 Desember 2022 tentang Penetapan Badan Usaha Bahan Bakar Minyak dan Badan Usaha Bahan Bakar Nabati Jenis Biodiesel serta Alokasi Besaran Volume untuk Pencampuran Bahan Bakar Minyak Jenis Minyak Solar Periode Januari – Desember 2023. Penyaluran program Biodiesel tahun 2023 ini didukung oleh 21 Badan Usaha Bahan Bakar Nabati/ BU BBN, dengan kapasitas terpasang sebesar 16.653.821 kL. Pemerintah berharap penyaluran Biodiesel tahun 2023 dapat dilakukan dengan lebih efisien dan meminimalkan terjadinya keterlambatan atau gagal supply (B0). Adapun beberapa upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi hal ini diantaranya, mengupayakan agar setiap tiap titik serah minimal ada 2 BU BBN yang mensuplai, pemilihan BU BBN dan BU BBM berdasarkan optimalisasi rute sehingga ongkos angkut menjadi efisien dengan bantuan aplikasi GAMS. Tak hanya itu, juga disiapkan formula Harga Indeks Pasar (HIP) Biodiesel yang lebih mencerminkan keadilan dan kondisi riil di lapangan dan membuat aplikasi pengawasan distribusi BBN secara online untuk mempermudah mitigasi jika terjadi potensi B0 di titik serah.

https://www.medcom.id/otomotif/mobil/dN6a7LvK-tahun-depan-solar-b35-mulai-diberlakukan

Infosawit.com | Senin, 19 Desember 2022

Uji Jalan B40, Tahap Pengecekan Overhaul dan Rating Mesin, Hasilnya..

Road Test atau uji jalan kendaraan dengan bahan bakar campuran solar 40% atau B40 telah dilaunching oleh Menteri ESDM tanggal 27 Juli 2022 lalu. Saat ini, persiapan B40 sudah hampir selesai. Sebagian kendaraan B40 dan B30D10 sudah selesai uji jalan sejauh 50.000 km dan saat ini sedang dilakukan overhaul dan rating kendaraan. Bulan Desember 2022, laporan teknis pengujian B40 dan B30-D10 ditargetkan selesai. Diungkapkan Direktur Bioenergi Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan Dan Konservasi Energi Edi Wibowo, setelah dilepas secara langsung oleh Menteri ESDM Arifin Tasrif pada tanggal 27 Juli 2022 lalu, test uji jalan B40 dan B30-D10 sudah dilaksanakan melalui beberapa rangkaian test dan uji. “Dalam pelaksanaanya kita sudah melakukan monev ada di Lembang kemudian ada juga pengujian juga di Dieng,” katanya saat paparan hasil kegiatan Rating dan Overhaul Kendaraan Uji Road Test B40 di Kantor Lemigas Jakarta, belum lama ini. Ditempat yang sama, Cahyo Setyo Wibowo Ketua Tim Peneliti Uji Jalan B40 dari LEMIGAS menegaskan bahwa setelah dilakukan overhaul, peninjauan semua hasil pengujian bahan bakar B40 dan B30-D10 tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap komponen mesin kendaraan uji P1 dan tidak berdampak negatif pada performa kendaraan uji sampai dengan uji jalan 50.000 Km. “Tidak ditemukan keausan komponen mesin yang terindentifikasi pada kendaraan uji P1 yang menggunakan bahan bakar B40 dan B30-D10 setelah uji jalan sampai dengan 50.000 Km. Hasil pengukuran komponen mesin seperti ring gap, side ring clearence dan cylender bore liner secara keseluruhan memenuhi spesifikasi limit batasan maksimum sesuai dengan buku manual mesin pabrikan,” ujar Cahyo dalam keterangan resmi diterima InfoSAWIT, belum lama ini. Cahyo menambahkan, penilaian secara visual, scratch yang terjadi pada skirt piston mesin kendaraan uji P1 bahan bakar B40 dan B30-D10 dianggap sebagai hal yang normal dalam proses pembakaran di ruang bakar mesin dan scratch tersebut bukan disebabkan oleh bahan bakar. Road test (uji jalan) ini merupakan rangkaian akhir dari pengujian sebagai dasar pertimbangan pelaksanaan B40 dan menjamin pemanfaatan biodiesel bisa berjalan dengan baik. Road Test B40 ini dilaksanakan oleh Balai Besar Pengujian Minyak dan Gas Bumi “Lemigas” dengan melibatkan Balai Besar Survei dan Pengujian KEBTKE serta Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui pendanaan oleh Badan Pengelolaan Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) yang diajukan oleh Kementerian ESDM c.q. Direktorat Jenderal EBTKE. Sebagaimana diketahui, formulasi bahan bakar yang digunakan dalam Road Test B40 adalah B30D10 dengan formula campuran 30% Biodiesel + 10% Diesel Nabati/Diesel Biohidrokarbon/HVO (D100) + 60% Solar (B0) dan B40 dengan formula campuran 40% Biodiesel + 60% Solar (B0). Kendaraan uji menggunakan 3 merek kendaraan bermesin diesel <3,5 ton masing-masing 2 unit, serta 3 merek kendaraan bermesin diesel >3,5 ton masing-masing 2 unit dengan jarak tempuh uji jalan sejauh 50.000 km untuk kendaraan uji < 3,5 ton dan 40.000 km untuk kendaraan uji > 3,5 ton.

https://www.infosawit.com/2022/12/19/uji-jalan-b40-tahap-pengecekan-overhaul-dan-rating-mesin-hasilnya/

Harian Neraca | Senin, 19 Desember 2022

Ditetapkan Alokasi biodiesel Sebesar 13,15 Juta Kiloliter

Sebagai program peningkatan penyediaan energi bersih secara berkelanjutan dan upaya mengurangi impor solar di tengah situasi global yang terancam krisis energi, Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, dalam Rapat Kabinet Paripurna tanggal 6 Desember 2022 memberi arahan bahwa persentase pencampuran Bahan Bakar Nabati Jenis biodiesel ke dalam Bahan Bakar Minyak Jenis Solar ditingkatkan menjadi 35% atau B35. Adapun ketentuan pen-tahapan kewajiban minimal pemanfaatan biodiesel sebagai campuran bahan bakar minyak diatur dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 12 tahun 2015 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Menteri ESDM Nomor 32 tahun 2008 ten-iiinn Penyediaan, Peman-faatandanTataNiaga Bahan Bakar Nabati (Biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain. Peraturan ini menyebutkan bahwa mulai Januari 2020 pemanfaatan biodiesel sebagai campuran bahan bakar minyak ditetapkan minimal sebesar 30% (B30). Mengacu pada proyeksi penyaluran Biosolar tahun 2022 sebesar 36.475.050 ki-loliter(kL), sertaasumsi pertumbuhan permintaan/de-mand sebesar 3%, diperkirakan penjualan Biosolar di tahun 2023 akan mencapai angka 37.567.411 juta kL. Adapun estimasi kebutuhan biodiesel untuk mendukung implementasi B35 sebesar 13.148.594 kL, atau meningkat sekitar 19% dibandingkan alokasi tahun 2022 sebesar 11.025.604 kL. Sehubungan hal tersebut, Kementerian ESDM menetapkan alokasi biodiesel tahun 2023 melalui Keputusan Menteri ESDM Nomor 205.K/EK.05/DJE/-2022 tanggal 15 Desember 2022 tentang Penetapan Badan Usaha Bahan Bakar Minyak dan Badan Usaha Bahan Bakar Nabati Jenis Biodiesel serta Alokasi Besaran Volume untuk Pencampuran Bahan Bakar Minyak Jenis Minyak Solar Periode Januari – Desember 2023. Penyaluran program biodiesel tahun 2023 ini didukung oleh 21 Badan Usaha Bahan Bakar Nabati/ BU BBN, dengan kapasitas terpasang sebesar 16.65-3.821 kL.Bahwa peningkatan pencampuran biodiesel menjadi B35 telah melalui serangkaian uji, baik yang dilakukan di laboratorium, maupun melalui pelaksanaan Uji Jalan B40. Kegiatan uji jalan ini telah berlangsung sejak Juli 2022 hingga akhir De-sember2022, dimana secara umum memberikan gambaran performa yang baik. Selain itu implementasi B35 juga sudah mempertimbangkan kesiapan BU BBN dan BU Bahan Bakar Mi-nyak/BBM, baik dari aspek kesiapan pasokan, distribusi, termasuk infrastruktur penunjang. Sejalan dengan peningkatan persentase campuran Biodieselmenjadi B35, telah dilakukan perbaikan mutu biodiesel melalui Keputusan Dirjen EBTKE Nomor: 195.K/EK.05/DJE/2022 tanggal 9 Desember 2022 tentang Standar dan Mutu (Spesifikasi) Bahan Bakar Nabati Jenis biodiesel sebagai Bahan Bakar Lain yang Dipasarkan di Dalam Negeri, rial ini dilakukan untuk memberikan keyakinan kepada konsumen bahwa peningkatan persentase ini tidak menganggu” kinerja dari mesin diesel. Pemerintah berharap penyaluran biodiesel tahun 2023 dapat dilakukan dengan lebih efisien dan meminimalkan terjadinya keterlambatan atau gagal supply (BO). Adapun beberapa upaya yangtelah dilakukan untuk mengatasi hal ini diantaranya, mengupayakan agar setiap tiap titik serah minimal ada 2 BU BBN yang mensuplai, pemilihan BU BBN dan BU BBM berdasarkan optimalisasi rute sehingga ongkos angkut menjadi efisien dengan ban tu an aplikasi GAMS.

CNBCIndonesia.com | Senin, 19 Desember 2022

Bos Sawit Sumringah, Program B35 RI Bikin Harga CPO Terbang

Harga minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) menguat tipis di sesi awal perdagangan Senin (19/12/2022), setelah mencatatkan penurunan hampir 2% di sepanjang pekan lalu. Melansir Refinitiv, harga CPO pada sesi awal perdagangan naik 0,08% ke MYR 3.921/ton pada pukul 09:49 WIB. Wang Tao analis komoditas Reuters menilai bahwa harga CPO akan bergerak netral di kisaran MYR 3.861-3.945/ton. Penembusan di atas MYR 3.945 dapat menyebabkan kenaikan ke MYR 4.029/ton, sementara penembusan di bawah MYR 3.861/ton dapat mengkonfirmasi kelanjutan tren penurunan. Di sepanjang pekan lalu, harga CPO ambles hampir 2% ke MYR 3.918/ton. Padahal, harga CPO sempat mencetak rekor tertinggi sepanjang masa di kisaran 7.200 ringgit/ton pada Maret silam. Pada 2023, harga CPO diproyeksikan sedikit lebih rendah oleh Kenanga Investment Bank Bhd Malaysia. Sebelumnya Kenanga memproyeksikan rata-rata harga CPO akan mencapai 4.000 ringgit/ton tahun depan, kini dalam proyeksi terbarunya diturunkan menjadi 3.800 ringgit/ton. “Kami memperkirakan rata-rata harga CPO di 3.800 ringgit/ton pada 2023, 5% lebih rendah dari proyeksi kami sebelumnya 4.000 ringgit/ton. Meski proyeksi diturunkan, tetapi harga CPO masih tetap tinggi sebab permintaan minyak nabati untuk kebutuhan sehari-hari masih tinggi,” kata bank investasi tersebut, sebagaimana dikutip The Edge Markets, Jumat (16/12/2022). Kenanga juga melihat pasar minyak nabati akan mulai tumbuh tahun depan, hal ini akan menjaga harga CPO masih tetap tinggi. Meski lebih rendah dari level saat ini, tetapi 3.800 ringgit per ton, masih tergolong tinggi jika melihat harga 10 tahun terakhir. Namun, hal berbeda. Analis terkemuka Dorab Mistry Direktur Godrej International memprediksikan bahwa harga CPO acuan dunia akan diperdagangkan antara MYR 3.500-5000/ton pada periode Desember 2022 hingga akhir Mei 2023 karena persediaan di dua negara produsen terbesar dunia yakni Indonesia dan Malaysia akan menipis. “Stok Malaysia akan ditarik hingga Mei 2023 dan akan berada di bawah 2 juta ton. Program (pencampuran) B35 Indonesia dapat membuat stok terbatas pada paruh pertama 2023,” kata Mistry dalam konferensi industri pada hari Sabtu dikutip Reuters. Seperti diketahui, pemerintah Indonesia akan memberlakukan program biodiesel B35 pada 1 Januari 2023, meningkat dari program sebelumnya yang hanya B30 untuk beralih ke energi yang lebih bersih. Selain itu, Mistry juga memproyeksikan bahwa output produksi CPO Malaysia telah dibatasi oleh kekurangan tenaga kerja pada tahun ini, tapi produksi akan meningkat sekitar 19 juta ton pada 2023 dan produksi CPO Indonesia tahun depan bisa naik 1,5 juta ton.

https://www.cnbcindonesia.com/market/20221215105450-17-397147/bos-sawit-sumringah-program-b35-ri-bikin-harga-cpo-terbang