Tak Hanya Sertifikat RSPO, PTPN V Juga Kantongi Sertifikat ISCC Untuk Biodiesel

| News
Share Share on Facebook Share on Twitter Share on Whatsapp

Infosawit.com | Minggu, 16 Oktober 2022

Tak Hanya Sertifikat RSPO, PTPN V Juga Kantongi Sertifikat ISCC Untuk Biodiesel

Diungkapkan Chief Executive Officer PT Perkebunan Nusantara V, Jatmiko Santosa, bahwa industri kelapa sawit bukan hanya terbatas sebagai komoditas strategis dan prospektif untuk meningkatkan ekonomi dan mengentaskan kesenjangan di masyarakat, melainkan juga harus berbasis lingkungan. Kata dia, sebagai perusahaan negara, PTPN V dapat menjadi leading sector trekait penerapan budidaya sawit yang berkelanjutan dan meningkatkan citra kelapa sawit Indonesia di mata internasional. Selain fokus melaksanakan praktik berkelanjutan pada bisnis inti perusahaan, PTPN V juga turut merangkul petani mitra binaan dalam melaksanakan praktik budidaya perkebunan sawit lestari untuk memperoleh sertifikasi RSPO. Dengan begitu, para petani dan perusahaan akan memperoleh keuntungan baik dari sisi produktivitas maupun penjualan atas produk sawit melalui penerapan praktik budidaya perkebunan berkelanjutan atau sustainable. “Ini merupakan langkah awal kita untuk mencapai tujuan lebih luas dalam merangkul dan meningkatkan ekonomi para petani mitra binaan PTPN V,” kata Jatmiko dalam keterangan tertulisnya di peroleh InfoSAWIT, Senin (12/9/2022). Lebih jauh, selain fokus pada RSPO, PTPN V juga dikenal telah melengkapi dan merealisasikan praktik budidaya sesuai standar karbon internasional atau International Sustainability & Carbon Certification (ISCC) serta Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO). Ia mengatakan PTPN V merupakan perusahaan perkebunan milik negara pertama yang mengantongi sertifikasi standar Eropa ISCC, sejak 2018 silam. Saat ini, 70 persen unit pabrik kelapa sawit (PKS) dan kebun PTPN V telah mengantongi sertifikasi berstandar internasional tersebut. “Baik ISCC maupun RSPO memberikan keuntungan berupa harga premium untuk produk PTPN V. Sejak 2019, perusahaan mendapat keuntungan harga premium dari ISCC. Begitu juga premium price RSPO sejak 2016,” jelasnya.

http://infosawit.com/2022/10/16/tak-hanya-sertifikat-rspo-ptpn-v-juga-kantongi-sertifikat-iscc-untuk-biodiesel/

 

Investor Daily Indonesia | Sabtu, 15 Oktober 2022

Ekspor Minyak Sawit Agustus Capai 4,33 Juta Ton

Ekspor minyak sawit nasional pada Agustus 2022 mencapai 4,33 juta ton, atau meningkat 60,22% dari realisasi Juli 2022 yang sebesar 2,71 juta ton. Relaksasi pungutan ekspor (PE) minyak sawit menjadi nihil (zero levy) menjadi penyebab utama melonjaknya ekspor komoditas perkebunan tersebut. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mencatat, ekspor produk sawit pada Agustus 2022 melonjak sangat signifikan dibandingkan Juli 2022 yaitu sebesar 1,63 juta ton, dari 2,71 juta ton pada Juli 2022 menjadi 4,33 juta ton pada Agustus 2022. Kenaikan ekspor tertinggi adalah jenis olahan minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO), yakni dari 1,92 juta ton menjadi 2,97 juta ton. Kenaikan ekspor diikuti dengan meningkatnya nilai ekspor minyak sawit pada Agustus 2022 sebesar US$ 900 juta, yakni dari US$ 3,8 miliar pada Juli 2022 menjadi US$ 4,79 miliar pada Agustus 2022, meskipun harga CPO Cif Rotterdam turun dari US$ 1.203 per ton pada Juli 2022 menjadi US$ 1.095 per ton pada Agustus 2022. Direktur Eksekutif Gapki Mukti Sardjono menjelaskan, lonjakan ekspor minyak sawit nasional yang terjadi pada Agustus 2022 dikarenakan pemerintah memberikan relaksasi berupa zero levy yang diperpanjang sampai Oktober 2022 dan rencananya pemerintah melalui Kemenko Perekonomian akan memperpanjang kebijakan tersebut sampai akhir tahun ini. “Ekspor minyak sawit pada Agustus 2022 melonjak sangat signifikan dan stok kembali ke level normal. Relaksasi zero levy sangat membantu eksportir sehingga daya saing produk minyak sawit Indonesia makin baik di pasar global di tengah persaingan yang tinggi dengan minyak nabati lain,” papar Mukti Sardjono dalam keterangan Gapki di Jakarta, Jumat (14/10/2022). Mukti menjelaskan, kenaikan ek Mukti Sardjono spor terbesar dari Juli ke Agustus 2022 terjadi untuk tujuan India yang naik 193%, yakni dari 370.800 ton menjadi 1,09 juta ton. Lalu, diikuti oleh Tiongkok yang naik 68% atau 355.700 ton, yakni dari 524 ribu ton menjadi 879.700 ton dan oleh Uni Eropa (UE) yang naik 51,7% atau 172.800 ton, yakni dari 334 ribu ton menjadi 506.800 ton. Kenaikan ekspor didukung oleh kenaikan produksi sebesar 503 ribu ton menjadi 4,3 juta ton pada Agustus 2022 dari bulan sebelumnya 3,8 juta ton. Kenaikan produksi selain disebabkan oleh faktor musiman juga karena pabrik Kelapa Sawit (PKS) sudah beroperasi normal. Namun demikian, secara year-on-year (yoy) sampai dengan Agustus, produksi 2022 sebesar 31,6 juta ton adalah lebih rendah dari produksi sepanjang 2021 yang sebesar 33,6 juta ton. Sementara itu, konsumsi minyak sawit dalam negeri pada Agustus 2022 sebesar 1,84 juta ton atau sedikit turun 2,2% dibandingkan Juli 2022 yang sebesar 1,88 juta ton, tetapi lebih tinggi dari Agustus 2021 yang mencapai 1,47 juta ton. Secara yoy, konsumsi sampai Agustus 2022 sebesar 13,29 juta ton atau 8,5% lebih tinggi dari sepanjang 2021 yang sebesar 12,25 juta ton. Berdasarkan perkembangan tersebut, stok minyak sawit turun, yakni dari 5,91 juta ton pada Juli 2022 menjadi 4,04 juta ton pada Agustus 2022.

Gelar IPOC 2022    

Pada bagian lain, Gapki menggelar lagi konferensi sawit berskala internasional, Konferensi Minyak Sawit ke-18 dan Proyeksi Harga 2023 (18th Indonesian Palm Oil Conference and 2023 Price Outlook/IPOC 2022), pada 2-4 November 2022, di Bali International Convention Center (BICC), Westin Resort, Nusa Dua, Bali. Ketua Panitia Penyelenggara IPOC 2022 Mona Surya mengatakan, dunia industri tentu sangat terpengaruh oleh setiap kebijakan pemerintah. Kebijakan larangan ekspor sementara misalnya, telah memberikan efek domino begitu luas bagi industri sawit nasional, sehingga sangat penting pemahaman akan kebijakan-kebijakan baru yang bisa membantu menentukan strategi bisnis perusahaan ke depan. “Karena itu, insight peluang pasar minyak sawit dunia di beberapa negara tujuan utama ekspor, supply and demand minyak nabati dunia, tren pasar global, dan proyeksi harga tahun berikutnya dibahas dalam IPOC 2022,” ujar Mona. Menko Perekonomian RI dijadwalkan memberikan keynote speech dan membuka IPOC 2022 dan secara khusus menghadirkan Menteri Keuangan, Menteri Pertanian, Menteri Perdagangan, dan Menteri BUMN untuk memberikan special address terkait kebijakan dan strategi pemerintah dalam menghadapi dinamika ekonomi dunia. IPOC merupakan wadah para pelaku bisnis dan pemangku kepentingan (stakeholders), pemilik, CEO dan eksekutif, dan para pengambil kebijakan baik tingkat nasional maupun internasional, untuk bersama-sama membahas isu-isu strategis di seputar industri Kelapa Sawit dari hulu sampai ke hilir. IPOC juga merupakan media bagi para pelaku usaha memperluas jaringan usahanya, baik melalui program sponsorship maupun jaringan komunikasi virtual yang disediakan panitia. Animo masyarakat dalam dan luar negeri akan IPOC selalu naik tiap tahunnya. Tahun lalu, penyelenggaraan IPOC secara virtual untuk kedua kalinya tetap mendapatkan animo tinggi dengan dihadiri lebih dari 750 peserta dari 16 negara. Tahun ini, yang penyelenggaraan pertama secara tatap muka langsung untuk pertama kali setelah pandemi Covid-19 melanda selama dua tahun, ditargetkan hadir 1.000 peserta

 

Media Indonesia | Sabtu, 15 Oktober 2022

Toyota Siap Produksi Mobil Berbasis Energi Terbarukan

PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) menyebut pihaknya siap memproduksi kendaraan ramah lingkungan berbasis energi terbarukan untuk mendukung pencapaian net zero emission (NZE) atau netralitas karbon yang dicanangkan pemerintah tercapai pada 2060. “Kami sudah memproduksi mesin berbasis etanol di Indonesia, yang sudah diekspor. Kami punya teknologinya,” kata Direktur Hubungan Eksternal TMMIN Bob Azam pada seminar bertajuk Transisi Energi Baru Terbarukan Menuju Net Zero Emission (NZE) dan Tantangannya, di Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya, yang dipantau secara daring di Jakarta, Selasa (11/10). Dalam seminar yang memaparkan peran strategis transisi energi menuju netralitas karbon itu, ia mengatakan pihaknya siap bila pemerintah Indonesia menginginkan penggunaan mobil ramah lingkungan berbasis bahan bakar nabati etanol, di samping biodiesel 30 (B30) yang merupakan campuran BBM dengan minyak sawit mentah (CPO). Untuk mendukung netralitas kar- bon Indonesia, lanjut Bob, Toyota sebagai pemain otomotif global telah memiliki beragam teknologi ramah lingkungan yang mampu disesuaikan dengan campuran energi (energy mix) sesuai kebijakan negara, termasuk kendaraan hybrid, kendaraan listrik (BEV), hingga kendaraan hidrogen. “Kendaraan hybrid, misalnya, efisiensinya bisa memangkas konsumsi BBM hingga 50%,” jelasnya. Toyota sendiri, lanjut dia, sudah memiliki visi bahwa pada 2030 semua kendaraan yang diproduksi mereka berbasis elektrik. Pada kesempatan yang sama, Wakil Presdir TMMIN Nandi Julyanto mengatakan pihaknya tidak hanya fokus di hilir dalam menghasilkan kendaraan rendah emisi, tapi juga pada proses manufaktur hingga penggunaan pembangkit listrik yang lebih ramah lingkungan. Menurut Rektor ITS Mochamad Ashari dalam sambutannya, saat ini hampir 60%-70% pembangkit listrik masih berbasis batu bara sehingga peran transisi energi terbarukan menuju netralitas karbon sangat penting. Pembicara lainnya, Co-Founder Direktur Indonesia Research Institute for Decarbonization Paul Butarbutar, memaparkan kaitan dari sistem ekonomi rendah karbon dengan transisi energi baru terbarukan serta implikasinya ke sektor industri manufaktur dan otomotif. Pembicara dari ITS, Joni Hermana, antara lain mengemukakan kesiapan kalangan akademisi melakukan riset dan membuat prototipe kendaraan listrik yang bisa dikomersialisasi. Adapun Representatif Toyota Indonesia, Vice President Toyota Daihatsu Engineering Manufacturing Yoshiaki Ishimoto, memaparkan peran industri otomotif untuk transisi energi terbarukan yang dilakukan Toyota di beberapa negara. Dia menyatakan kesiapan Toyota mendukung target Indonesia menuju NZE 2060.

 

Investor.id | Sabtu, 15 Oktober 2022

BKSAP DPR: Indonesia Siap Atasi Perubahan Iklim

Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antar-Parlemen (BKSAP) DPR RI, Putu Supadma Rudana menyampaikan Indonesia berkomitmen penuh untuk mengatasi perubahan iklim. Sebagai bukti komitmen tersebut, pemerintah telah mengalokasikan sekitar 4,1% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebagai upaya untuk mengurangi emisi. Hal tersebut disampaikan Putu pada Standing Committee on Sustainable Developments, sidang Inter Parliamentary Union (IPU) ke-145 di Kigali, Rwanda, Rabu (12/10/2022). Kegiatan di Kigali, Rwanda ini diikuti delegasi dari 116 negara yang semuanya anggota parlemen. Lebih dari 50 orang ketua parlemen berbagai negara dan seribuan anggota parlemen. “Baru-baru ini kami menyerahkan Strategi Jangka Panjang untuk Low-Carbon and Climate Resilience 2050 (LTS-LCCR 2050)’ kepada sekretariat The United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) pada Juli 2022,” ujar Putu dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (15/10/2022). Kemudian pada bulan September tahun ini, sambung Putu, Indonesia telah menyampaikan Enhanced NDC (Nationally Determined Contributions Document). Dokumen tersebut menyatakan peningkatan target penurunan emisi negara dari 29% menjadi 31,89% melalui sumber daya dan kemampuan negara sendiri serta dari 41% menjadi 43,20%, tentu saja hal tersebut harus mendapat dukungan dari dunia internasional. “Indonesia adalah negara superpower dalam menanggulangi perubahan iklim. Kami mendorong segera, agar dunia menyiapkan Climate Fund sebesar US$ 100 miliar untuk menanggulangi perubahan iklim,” ucapnya. Selanjutnya, Putu menyampaikan target pengurangan emisi di sektor Forest and Other Land Uses (FOLU) atau pemanfaatan hutan dan penggunaan lahan diperkirakan mencapai hampir 60% dari total target pengurangan emisi gas rumah kaca. “Secara umum, Indonesia berkomitmen dan menaruh perhatian khusus pada program untuk mengatasi punahnya keanekaragaman hayati, perubahan iklim, degradasi lahan, penurunan kualitas air laut, deforestasi, polusi, limbah, dan kerawanan pangan serta ketahanan dan aksesibilitas terhadap air bersih,” terangnya. Ketua asosiasi museum ini menerangkan, Indonesia mulai menerapkan kebijakan energi hijau. Diantaranya percepatan penggunaan kendaraan listrik serta pengembangan bahan bakar B40 yang mengandung 40% biofuel berbahan kelapa sawit dan 60% solar. Diakui Putu, Indonesia merupakan negara adalah penghasil emisi gas rumah kaca terbesar kelima di dunia dan penyumbang emisi berbasis hutan terbesar. Meski demikian, Indonesia memiliki bentangan hutan hujan tropis terbesar ketiga di dunia. Oleh karena itu, Indonesia memiliki peranan penting untuk menjadi negara yang super power dalam menanggulangi perubahan iklim. “Sangat penting untuk menginformasikan bahwa Indonesia mampu mengurangi emisi dan deforestasi secara signifikan. Namun, masih membutuhkan dukungan dan kontribusi dunia internasional. Dan perlu digaris bawahi bahwa sektor kehutanan telah berkontribusi 60% dalam mencapai target net-zero emisi,” ucapnya. Dalam forum sidang tersebut, Putu menyampaikan, Indonesia mendorong regulasi kehutanan global yang tetap dan tidak mengikat guna menjaga fleksibilitas pemerintah dalam pengelolaan hutan lestari yang sesuai dengan keseimbangan aspek lingkungan, sosial dan ekonomi serta keunikan wilayah dan kondisi masing-masing negara.

https://investor.id/national/309850/bksap-dpr-indonesia-siap-atasi-perubahan-iklim

 

 

Borneonews.com | Sabtu, 15 Oktober 2022

Bernilai Ekomomi, Masyarakat Diminta Tak Buang Minyak Jelantah

Karena memiliki nilai ekonomi yang cukup menjanjikan, Anggota DPRD Kalteng, Sengkon meminta kepada masyarakat agar tak membuang minyak jelantah atau minyak limbah sisa penggorengan. Dia mengatakan minyak jelantah ini nantinya bisa dijual kembali kepada pengepul dan bisa menjadi pendapatan tambahan bagi keluarga, sebab untuk saat ini pengepul minyak jelantah sudah tersebar di setiap wilayah yang ada di provinsi ini. “Kalau dibuangkan sayang, justru itu bisa memberikan dampak negatif terhadap lingkungan. Lebih baik dikumpulkan dan dijual kembali sehingga bisa menambah penghasilan keluarga,” ujarnya, Sabtu, 15 Oktober 2022. Minyak jelantah ini nantinya akan diolah kembali menjadi berbagai macam produk seperti salah satunya biodiesel atau bahan bakar alternatif yang terbuat dari sumber terbarui seperti minyak sayur atau lemak hewan. Oleh sebab itu minyak jelantah ini banyak dicari, maka dari itu ada baiknya masyarakat mengumpulkan dan menjualnya kembali. Memang, pada dasarnya harga dari minyak jelantah ini berkisaran Rp 2000 – Rp 4000 per liternya, namun hal itu cukup lumayan untuk penghasilan tambahan. Selain menghasilkan tambahan penghasilan, hal ini juga untuk mendukung pemerintah dalam rangka mengembangkan minyak jelantah menjadi biodesel. Sebab, apabila semua asfek terpenuhi maka potensi itu dapat memenuhi 32 persen kebutuhan biodiesel nasional. “Masyarakat harus jeli dalam memanfaatkan potensi ekonomi terlebih itu didalam lingkungan keluarga. Bayangkan berapa banyak penggunaan minyak goreng keluarga saat ini, jika mampu dikumpulkan itu bisa mendukung pemerintah dan juga masyarakat mendapatkan dampaknya dari segi perekonomian,” imbuhnya.

https://www.borneonews.co.id/berita/279899-bernilai-ekomomi-masyarakat-diminta-tak-buang-minyak-jelantah

 

Kontan.co.id | Jum’at, 14 Oktober 2022

Menteri ESDM Bertemu Konsultan Brazil Bahas Pengembangan Bioethanol di Tanah Air

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif bersama dengan jajarannya melakukan pertemuan dengan konsultan dari Brazil dan Peter Sondakh di Gedung Kementerian ESDM pada Jumat 14 Oktober 2022. Pada pertemuan tersebut topik yang dibahas ialah pengembangan bioethanol di Tanah Air. Bioethanol merupakan jenis bahan bakar nabati yang diproduksi dari tumbuhan seperti umbi-umbian, jagung, atau tebu. Menteri ESDM, Arifin Tasrif menjelaskan, konsultan dari Brazil ini memberikan gambaran prospek pengembangan bioethanol di Indonesia. Pengalaman Brazil memasifkan tanaman tebu untuk memproduksi ethanol dan dipakai untuk bahan campuran BBM. Saat ini Brazil telah memiliki 2 jenis bahan bakar nabati ini yakni E27 dan E100 yang dapat menghemat penggunaan minyak mentah.  “Lahan tebu Indonesia rata-rata 400.000 hektar, sedangkan di Brazil ada 9,5 juta hektar. Produksi gula di Brazil 3 kali produksinya kita sehingga mereka mengekspor gula,” jelasnya saat ditemui di Kementerian ESDM, Jumat (14/10).  Arifin menyatakan, potensi pengembangan ethanol di Indonesia cukup besar. Total luas daratan di Indonesia mencapai 191 juta hektar di mana dari sisi tanah lebih subur. Meski jenis tanah lebih subur, Indonesia tetap harus banyak belajar metode pemanfaatannya dari negara lain.  Ke depannya kalau terjadi krisis pangan, lanjut Arifin, Indonesia harus bisa mengantisipasi dan melihat potensi-potensi untuk mengembangkan hasil pertanian, di luar sektor makanan/minuman tetapi juga ke sektor energi.  “Ini adalah visinya presiden untuk melihat potensi-potensi sektor perkebunan pertanian kita untuk bisa dioptimalkan semaksimal mungkin. Selama ini kan gula kurang dapat perhatian, petani tebu sekarang mendapat perhatian penuh dari beliau,” terangnya. Namun sayang, pengembangan bioetanol di Indonesia masih menghadapi sejumlah tantangan, salah satunya belum ada jaminan keberlanjutan pasokan bahan bakunya yakni molases atau tetes tebu. Pasalnya saat ini tetes tebu banyak dimanfaatkan untuk industri lainnya dan diekspor. Melansir catatan Kontan.co.id, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) telah melaksanakan revitalisasi industri gula nasional yang salah satu tujuannya juga mendukung produksi bioethanol berbasis tebu dalam rangka ketahanan energi, dan pelaksanaan energi bersih melalui penggunaan bahan bakar nabati (biofuel). Revitalisasi industri gula dilakukan dengan membentuk PT Sinergi Gula Nusantara (SGN) yakni gabungan 7 PTPN dan anak PTPN, serta 2 cucu perusahaan. SGN akan menggarap lahan 700.000 hektare (ha) untuk ditanami tebu mulai tahun ini. Revitalisasi ditargetkan membawa Indonesia mencapai swasembada gula konsumsi tahun 2028. Dengan revitalisasi ini, produksi gula nasional ditargetkan naik secara bertahap dari saat ini 2,35 juta ton per tahun menjadi 4,73 juta ton sampai 5,7 juta ton per tahun.

https://industri.kontan.co.id/news/menteri-esdm-bertemu-konsultan-brazil-bahas-pengembangan-bioethanol-di-tanah-air