Tepis Isu Deforestasi, Ini Positifnya Kelapa Sawit
Republika.co.id | Senin, 19 Juni 2023
Tepis Isu Deforestasi, Ini Positifnya Kelapa Sawit
Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) menegaskan, masyarakat tidak perlu termakan isu deforestasi terkait kelapa sawit. Bidang SDM dan Internasional Apkasindo Djono Albar Burhan mengatakan, kelapa sawit memiliki banyak manfaat positif untuk banyak kebutuhan. “Jika kita termakan informasi yang disampaikan oleh negara Eropa bahwa sawit itu deforestasi dan didorong untuk tidak menggunakan produk turunan minyak sawit, bayangkan seberapa besar hutan-hutan yang akan digunduli yang akan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari di tengah fakta kelapa sawit sebagai minyak nabati dunia paling produktif,” kata Djono dalam pernyataan tertulisnya, Senin (19/6/2023). Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) menegaskan, masyarakat tidak perlu termakan isu deforestasi terkait kelapa sawit. Bidang SDM dan Internasional Apkasindo Djono Albar Burhan mengatakan, kelapa sawit memiliki banyak manfaat positif untuk banyak kebutuhan. “Jika kita termakan informasi yang disampaikan oleh negara Eropa bahwa sawit itu deforestasi dan didorong untuk tidak menggunakan produk turunan minyak sawit, bayangkan seberapa besar hutan-hutan yang akan digunduli yang akan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari di tengah fakta kelapa sawit sebagai minyak nabati dunia paling produktif,” kata Djono dalam pernyataan tertulisnya, Senin (19/6/2023). Sementara itu, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) juga menekankan minyak kelapa sawit akan terus ada dan dibutuhkan. Bidang Komunikasi Kompartemen Media Relations Gapki Fenny A Sofyan mengunhkapkan, lebih dari 40 persen kebutuhan minyak nabati global menggunakan kelapa sawit. “Produk yang digunakan dalam mendukung 24 jam aktivitas sehari-hari masyarakat Indonesia merupakan produk yang mengandung minyak sawit,” ujar Fenny. Asosiasi Produsen Biofuel Indonedia (Aprobi) juga menekankan, kelapa sawit juga menjadi komoditas zero waste yang semua bagian tumbuhannya dapat dimanfaatkan menjadi beragam produk bernilai guna dan ekonomi tinggi. Wakil Sekretaris Jenderal Aprobi, Irma Rachmania mengatakan, untuk kebutuhan energi, sawit itu bisa jadi biogas, biofuels (biodiesel, green diesel, green gasoline, dan green avtur), biomassa yang berasal dari cangkang misalnya (heater, boiler), dan electricity. Terkait bioavtur berbahan sawit, Irma menuturkan, pemerintah Indonesia sudah melakukan uji coba bioavtur 2,5 persen di pesawat CN 235-220 pada September 2021. “Selanjutnya akan melakukan uji coba kembali pada Agustus 2023 mendatang,” ujar Irma. Sementara itu, Direktur Utama dari PT Astungkara Sukses Makmur (Official Distributor Bali Soap) Mahendta Wijayanto menegaskan, minyak sawit dipilih banyak perusahaan sebagai bahan baku dalam produksi produk. Hal tersebut lantaran harganya yang terjangkau, mudah ditemukan, mudah diproduksi, kualitas minyak cenderung stabil, multifungsi, serta sustainable. Sebagai bahan baku penting dalam produksi produk health care dan kosmetik, Mahendra mengatakan diketahui bahwa kandungan dan peranan minyak sawit memiliki banyak manfaat. “Bisa untuk meremajakan kulit, kaya antiokasidan, mengandung vitamin E, menyehatkan rambut, tidak menyebabkan ketergantungan, kaya provitamin A, anticaking agent, dan menjadikan produk yang digunakan awet di kulit,” jelas Mahendra. Penyebaran isu negatif sawit di dalam negeri dikabarkan juga marak dalam bentuk labelisasi no palm oil pada kemasan produk. Selain itu juga melibatkan public figure di media sosial untuk mengkampanyekan penolakan penggunaan produk sawit. Bahkan juga menyasar segmentasi spesifik yakni dengan adanya bahan ajar tekstual atau soal-soal ujian di beberapa sekolah yang eksplisit menerangkan sawit tidak ramah lingkungan. Untuk menangkal isu negatif sawit di sekolah-sekolah dan mencapai tujuan promosi sawit, Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga Provinsi Bali dan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Provinsi Bali untuk menyelenggarakan kegiatan Palm Oil EduTalk Kupas Tuntas Mitos dan Fakta Tentang Kelapa Sawit dan Sawit.
https://ekonomi.republika.co.
Akurat.co.id | Senin, 19 Juni 2023
Sawit Baik Menyapa Insan Pendidikan dan Peserta Didik Di Provinsi Bali
Penyebaran isu negatif sawit di dalam negeri ternyata tidak hanya marak dalam bentuk labelisasi no palm oil pada kemasan produk atau penggunaan public figure di media sosial untuk mengampanyekan penolakan penggunaan produk sawit, namun sudah menyasar segmentasi spesifik yakni dengan adanya bahan ajar tekstual atau soal-soal ujian di beberapa sekolah yang eksplisit menerangkan sawit tidak ramah lingkungan. Sebagai upaya menangkal isu negatif sawit di sekolah-sekolah dan mencapai tujuan promosi sawit, Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga Provinsi Bali dan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Provinsi Bali menyelenggarakan kegiatan Palm Oil EduTalk “Kupas Tuntas Mitos dan Fakta Tentang Kelapa Sawit” & Sawit @School: Sawit Sahabat Siswa di Kota Denpasar, Bali, pekan lalu. “Guru dapat berperan menjadi motivator dan PGRI sebagai fasilitator, sementara siswa dapat menerima dengan baik informasi tentang sawit yang obyektif sehingga menjadi satu sinergi yang sangat baik sekali,” kata Kepala Bidang Pembinaan Guru dan Tenaga Kependidikan Dikpora Provinsi Bali, I Gede Ketut Seputera, dikutip Senin (19/6/2023). Ketua Pengurus PGRI Provinsi Bali, I Komang Arta Saputra mengatakan, dia hanya mengenal kelapa sawit untuk produksi minyak saja, namun pada hari ini diberikan kesempatan lebih jelas untuk mengetahui mitos dan fakta kelapa sawit. “Dan tidak menutup kemungkinan untuk anak-anak generasi penerus kedepan akan menjadi pengusaha produk yang merupakan turunan daripada kelapa sawit karena banyak pengusaha di Bali yang sukses dengan produk berbahan baku kelapa sawit,” ujar Komang. Bidang Komunikasi Kompartemen Media Relations GAPKI Fenny A. Sofyan memaparkan, minyak kelapa sawit akan terus ada dan dibutuhkan, lantaran lebih dari 40 persen kebutuhan minyak nabati global menggunakan kelapa sawit. Lebih lanjut, Fenny menegaskan, produk yang digunakan dalam mendukung 24 jam aktivitas sehari-hari masyarakat Indonesia merupakan produk yang mengandung minyak sawit. Hebatnya lagi, kelapa sawit juga menjadi komoditas zero waste yang semua bagian tumbuhannya dapat dimanfaatkan menjadi beragam produk bernilai guna dan ekonomi tinggi. Wakil Sekretaris Jenderal APROBI, Irma Rachmania mengatakan, untuk kebutuhan energi, sawit itu bisa jadi biogas, biofuels (biodiesel, green diesel, green gasoline, dan green avtur), biomassa yang berasal dari cangkang misalnya (heater, boiler), serta electricity. Lebih lanjut, disampaikan Irma, terkait bioavtur berbahan sawit, pemerintah Indonesia sudah melakukan uji coba bioavtur 2,5 persen di pesawat CN 235-220 pada September 2021 lalu dan akan melakukan uji coba kembali pada Agustus 2023 mendatang. Bidang SDM dan Internasional APKASINDO, Djono Albar Burhan mengatakan, banyak orang termakan informasi yang disampaikan oleh Negara Eropa bahwa sawit itu deforestasi dan didorong untuk tidak menggunakan produk turunan minyak sawit. “Bayangkan seberapa besar hutan-hutan yang akan digunduli yang akan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, di tengah fakta kelapa sawit sebagai minyak nabati dunia paling produktif,” kata Djono. Lebih lanjut, disampaikan Djono, kelapa sawit merupakan satu-satunya minyak nabati dunia yang memiliki sertifikasi berkelanjutan di dunia. Sementara minyak kedelai, rapeseed, biji bunga matahari, kelapa, zaitun, dan beberapa lainnya belum mengantongi sertifikasi berkelanjutan. Tidak hanya itu, sektor industri perkebunan kelapa sawit juga sudah terbukti membantu petani kelapa sawit dan masyarakat yang ada di sekitarnya yang bekerja secara langsung dan tidak langsung untuk meningkatkan perekonomian mereka. Sementara itu, Direktur Utama dari PT Astungkara Sukses Makmur (Official Distributor Bali Soap), Mahendra, menegaskan, minyak sawit dipilih banyak perusahaan sebagai bahan baku dalam produksi produk lantaran harganya yang terjangkau, mudah ditemukan, mudah diproduksi, kualitas minyak cenderung stabil, multifungsi, serta sustainable. Dijelaskan Mahendra, sebagai bahan baku penting dalam produksi produk health care dan kosmetik, berdasarkan hasil riset diketahui bahwa kandungan dan peranan minyak sawit yakni untuk meremajakan kulit, kaya antiokasidan, mengandung vitamin E, menyehatkan rambut, tidak menyebabkan ketergantungan, kaya provitamin A, anticaking agent, dan menjadikan produk yang digunakan awet di kulit. Tidak hanya pemaparan materi, dalam kegiatan ini juga dilakukan demo produksi lilin dan sabun berbahan dasar minyak jelantah sawit yang disampaikan oleh Dosen / Ketua Upiks Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana, Dewa Ayu Anom Yuarini. Disampaikan Dewa Ayu, dalam proses pembuatan lilin tersebut, minyak jelantah yang akan digunakan harus dimurnikan terlebih dahulu dengan menggunakan arang aktif, ampas tebu, atau kulit pisang yang sudah dikeringkan dengan formulasi 1:10. Alat dan bahan yang dibutuhkan minyak jelantah yang sudah dimurnikan, parafin, pewarna based oil, sumbu, cetakan, dan pengharum. Kegiatan Palm Oil EduTalk “Kupas Tuntas Mitos dan Fakta Tentang Kelapa Sawit” & Sawit @School: “Sawit Sahabat Siswa” diikuti oleh sekitar 300 Guru dan Siswa/i dari 9 kabupaten/kota se-Bali yang berlangsung secara hybrid. Kegiatan Sawit @School dilaksanakan di SMA N 7 Denpasar, peserta kegiatan tidak hanya berasal dari SMA N 7 Denpasar, tetapi juga SMA/SMK terdekat di Kota Denpasar. Kunjungan Sawit @School ini bertujuan untuk mengenalkan 24 Jam Bersama Sawit secara langsung kepada Siswa/i di sekolah.
https://akurat.co/sawit-baik-
BERITA BIOFUEL
Bisnis Indonesia | Selasa, 20 Juni 2023
SIASAT AMANKAN BAHAN BAKU BIOETANOL
Pemerintah bergerak cepat mengantisipasi persoalan bahan baku bioetanol sebagai bahan campuran biofuel yang belakangan susut seiring dengan menurunnya pasokan tetes tebu atau molase. Ketersediaan bahan baku selama ini menjadi tantangan dalam implementasi bahan bakar minyak E5. Presiden Joko Widodo (Jokowi) menerbitkan Peraturan Presiden No. 40/2023 tentang Percepatan Swasembada Gula Nasional dan Penyediaan bioetanol Sebagai Ba-han Bakar Nabati [Biofuel) yang menargetkan produksi bioetanol dari tebu minimal 1,2 juta kiloliter (KL) pada 2030. Melalui Peraturan Presiden (Per-pres) itu, Presiden memerintahkan kementerian teknis dan badan usaha terkait untuk meningkatkan produktivitas tebu sebesar 93 ton per hektare melalui perbaikan praktik agrikultur, serta penambahan areal lahan baru perkebunan tebu seluas 700.000 hektare. Perpres itu juga menargetkan peningkatan efisiensi, utilisasi, dan kapasitas pabrik gula untuk mencapai rendemen sebesar 11,2 %. Lewat peta jalan itu, pencapaian swasembada gula untuk kebutuhan konsumsi dan industri paling telat ditenggat masing-masing pada 2028 dan 2030. Kendati demikian, kementerian dan lembaga teknis terkait masih diberi ruang cukup lebar untuk melakukan impor gula konsumsi dan industri nantinya. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sendiri tengah berupaya meningkatkan torehan produksi bioetanol fuel grade sebagai biofaeJ-endaioping bensin. //Beberapa tahuterakhir torehan produksi bibetanol fuel grade domestik makin susut di tengah pasokan molase sebagai bahan baku yang terus merosot. Apalagi, bahan baku itu juga ikut diperebutkan untuk industri lain di luar industri bioetanol. Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan bahwa torehan produksi bioetanol fuel grade belakangan berada di kisaran 40.000 KL per tahun. Padahal, kapasitas produksi bioetanol di beberapa pabrik utama yang tersebar di Jawa Timur mencapai 100.000 KL per tahun. “Berbeda dengan sawit, molase dari pabrik gula dipakai juga untuk industri lain. Jadi kita cuma bisa di angka itu, makanya sekarang ada Perpres supaya target 1,2 juta KL bisa tercapai,” katanya, Senin (19/6). Adapun, kapasitas produksi 100.000 KL itu berasal dari PT Energi Agro Nusantara (Enero) dengan kemampuan menghasilkan 30.000 KL bioetanol per tahun. Enero merupakan anak perusahaan PTPN X yang memiliki pabrik di Mojokerto. Kelahiran Enero didasari oleh kerja sama antara Pemerintah Indonesia dan Jepang pada 2010. Pabrik Enero diluncurkan pada pertengahan Juni 2013 dengan investasi Rp300 miliar, termasuk dari investor Jepang. Selain Enero, ada juga PTPN XI yang memiliki pabrik dengan kapasitas 7.000 KL per tahun. Di samping itu, dua perusahaan swasta juga memproduksi bioetanol sejak 2017, yakni PT Malindo Raya berkapasitas 51.000 KL per tahun, dan PT Etanol Ceria Abadi berkapasitas 12.000 KL per tahun. “Kami sekarang ini mau menambah. Kalau menambah [harus] tidak bersinggungan dengan yang [untuk] gula. Sekarang yang40.000 KL itu produksi terus, sehingga sudah tidak bersinggungan, sudah ada titik keseimbangan industri butuh sekian dan bioetanol sekian,” tuturnya. Kementerian ESDM diketahui bakal memulai uji coba pasar atau market trial untuk produk bauran bahan bakar minyak (BBM) jenis bensin dengan bioetanol 5 % atau E5 pada akhir Juni 2023. Dadan menerangkan bahwa disparitas harga yang muncul dari harga bensin nonsubsidi dengan harga indeks pasar (HIP) bioetanol tidak akan dibantu pemerintah selama masa uji coba pasar. “Jadi sifatnya masih market trial, dan diharapkan tidak ada alokasi subsidi,” ujarnya.
KEPASTIAN HARGA
Sementara itu, holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) mengajukan harga indeks pasar (HIP) BBN jenis bioetanol itu di kisaran Rpl3.500 per liter untuk mendukung keberlanjutan investasi bauran tetes tebu. “Kami masih menunggu kebijakan dari pengguna bioetanol fuel grade tersebut. Kalau HIP tadi bisa diterima, kami bisa segera action,” kata Aris Toharisman, CEO Sugar Co. yang juga tercatat sebagai entitas konsolidasi perkebunan tebu PTPN. Aris menyebut bahwa perusahaan perkebunan pelat merah itu bakal menambah lahan tertanam tebu hingga 490.000 hektare (ha) dari target penambahan lahan keseluruhan seluas 700.000 ha. Sisanya bakal dikerjakan oleh perkebunan swasta dan PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero). Saat ini posisi lahan yang dikelola holding perkebunan pelat merah mencapai 185.000 ha. Sementara itu, lahan yang ditanami tebu berada di kisaran 70.000 ha hingga pertengahan tahun ini. “Proyeksi kami akan terus kami tingkatkan menjadi 100.000 ha. Yang ditanami tebu dari sekarang 70.000 ha, insyaallah pada 2028 akan mencapai 490.000 ha,” katanya. Sugar Co. saat ini diketahui sedang mengonversi beberapa luasan lahan hak guna usaha (HGU) non tebu, seperti karet dan kakao untuk mengejar target penambahan lahan pada konsesi Grup PTPN. Penambahan lahan juga akan dilakukan lewat perubahan peruntukan kawasan hutan, penggunaan kawasan hutan, serta pemanfaatan kawasan hutan dengan perhutanan sosial dan sistem multi usaha. Rencananya, dalam waktu dekat PTPN III bakal menandatangani nota kesepahaman dengan PT Pertamina (Persero) berkaitan dengan program E5. Di sisi lain, PT Pertamina Patra Niaga sebagai sub-holding Commercial and Trading Pertamina masih belum mau membocorkan harga BBM E5 yang akan diuji pasar akhir bulan ini. “Untuk harganya nanti akan kami sampaikan pada saat launching,” kata Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga Irto Ginting. Irto hanya memastikan harga BBM E5 nantinya akan sangat kompetitif dibandingkan dengan BBM lain dengan karakteristik serupa. Tauhid Ahmad, Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef), mengatakan bahwa pemerintah dan Pertamina harus memastikan BBM E5 yang akan diuji pasar nantinya tidak membebani keuangan negara saat harga minyak dunia dan BBM melemah. “Kalau harga BBM lebih rendah ketimbang bioetanol akan ada subsidi, karena harus dijual lebih rendah [dari BBM sekelasnya],” katanya. Dia juga mengingatkan pelaksanaan E5 rentan menjadi kebijakan jangka pendek, karena Pertamina harus mendapatkan jaminan pembeli dan memastikan program tersebut tidak menggerus keuangan perusahaan. Secara terpisah, Anggota Komite BPH Migas Saleh Abdurrahman mengatakan, implementasi program E5 diharapkan bisa menjadi sinyal positif untuk kegiatan investasi dan pengembangan bahan baku bioetanol sebagai bahan bakar pendamping bensin, khususnya di tengah momentum transisi energi. Sejalan dengan itu, diperlukan juga kepastian harga etanol yang menarik agar pengusaha mau mengalihkan produksinya untuk kemudian di-blending dengan bensin. Pasalnya, industri etanol nantinya bakal bersaing dengan industri gula yang pangsa pasarnya telah terbentuk. Konkretnya, kata dia, pemerintah mesti mulai menghitung alokasi subsidi yang bisa diterima pengembang dari setiap selisih harga Pertamax dengan HIP BBN jenis bioetanol sebagai kepastian pengembalian investasi. Kepastian pada sisi subsidi pasokan bioetanol itu diharapkan mirip dengan program mandatori biodiesel lewat Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS). Sebagai catatan, BPDPKS telah menyiapkan anggaran sebesar Rp31 triliun untuk program bauran biodiesel 35% atau B35 tahun ini
Harian Kontan | Selasa, 20 Juni 2023
Peta Jalan Produksi bioetanol Terbit
Dalam rangka percepatan swasembada gula nasional dan penyediaan bioetanol sebagai bahan bakar nabati (biofuel), pemerintah telah menyiapkan peta jalan. Peta jalan dimaksud tersusun dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 40 Tahun 2023 tentang Percepatan Swasembada Gula Nasional dan Penyediaan bioetanol sebagai Bahan Bakar Nabati (Biofuel). Beleid yang diteken Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 16 Juni 2023 tersebut dalam rangka mewujudkan swasembada.gula nasional guna menjamin ketahanan pangan nasional, serta menjamin ketersediaan bahan baku dan bahan penolong industri, mendorong perbaikan kesejahteraan petani tebu, serta ketahanan energi dan pelaksanaan energi bersih. Atas tujuan ini, pada Pasal 3 beleid tersebut pemerintah menyiapkan beberapa peta jalan, Pertama, peningkatan produktivitas tanaman tebu hingga 93 ton per hektare (ha) dari saat ini 70-75 ton per ha. Kedua, perluasan areal lahan baru perkebunan tebu seluas 700.000 ha. Sedangkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2021 menyebut bahwa luas perkebunan tebu di Indonesia sebesar 449.008 ha. Ketiga, menetapkan target rendemen di pabrik gula sebesar 11,2% dari saat ini yang masih sekitar 7,35%. Keempat, target produksi bioetanol per tahun paling sedikit 1,2 juta kiloliter (kl), padahal saat ini produksi bioetanol per tahun hanya 200.000 kl. Untuk mencapai target-target tersebut, pemerintah berupaya perbaikan penanaman untuk menggenjot produktivitas, perubahan peruntukkan kawasan hutan dan perhutanan sosial sebagai areal tanam tebu, serta efisiensi dan utilitas di pabrik gula agar hasil rendemen bisa maksimal. Direktur Jenderal (Dirjen) Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Dadan Kusdiana mengatakan, pihaknya sudah mempersiapkan implementasi program bioetanol ini. Menurut dia, Kementerian ESDM akan memastikan kesiapan suplai bioetanol dari badan usaha untuk rencana market trial oleh Pertamina
CNNIndonesia.com | Senin, 19 Juni 2023
Erick Sebut BBM Bioetanol Diuji Coba di 15 SPBU Surabaya Akhir Juni
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan uji coba bahan bakar minyak (BBM) jenis bioetanol bakal dilaksanakan di 15 SPBU Surabaya pada akhir Juni. Bioetanol merupakan campuran antara pertamax dan nabati etanol. Bioetanol adalah salah satu bentuk energi terbarukan yang dapat diproduksi dari tumbuhan melalui proses fermentasi. “Yang saya tahu di Surabaya mestinya akhir bulan ini sudah ada 15 (SPBU),” ucap Erick di Lippo Mal Kemang, Jakarta, Sabtu (17/6). Kabar peluncuran bioetanol oleh PT Pertamina (Persero) pertama kali diumumkan oleh direktur utama, Nicke Widyawati. Menurutnya, transisi energi bukan sekadar menurunkan karbon emisi, tapi lebih penting lagi bagi Indonesia adalah untuk mewujudkan kemandirian energi. Oleh karena itu, Pertamina mengembangkan energi berbasis sumber daya alam yang dimiliki Indonesia. “Jadi nanti kami di bulan ini, kami mau launching produk baru, yaitu bioetanol. Jadi pertamax kami campur dengan etanol,” ucap Nicke dalam Media Briefing Capaian Kinerja 2022, Selasa (6/6) lalu. Ia menyebut proses pembuatan etanol dari tebu tidak akan mengganggu produksi dari pabrik gula. Pasalnya, pihaknya hanya akan mengambil tetes tebu, sehingga tidak rebutan dengan pabrik gula. Selain itu, bioetanol juga bisa dibuat dari singkong dan jagung. “Jadi kami akan terus lakukan riset-riset untuk menghasilkan bioenergi dari bahan baku nabati,” imbuh Nicke. Meski demikian, Pertamina belum mau membocorkan berapa harga dari bioetanol secara rinci. VP Corporate Communication Fadjar Djoko Santoso harga bioetanol bisa lebih mahal dari pertamax. Ia menjelaskan dalam bioetanol, pertamax akan dicampur 5 persen dari nabati etanol. Pertamina menyebut bahan bakar baru ini dengan nama E5. Menurutnya, harga E5 diperkirakan di atas harga pertamax saat ini. Fadjar mengatakan alasannya adalah Research Octane Number (RON) bioetanol lebih tinggi. “Pertamax dicampur bioetanol 5 persen, jadi E5 namanya. Harganya belum. Mungkin di atas pertamax (harga bioetanol) karena RON-nya di atas pertamax,” katanya kepada CNNIndonesia.com, Kamis (8/6). Meski begitu, Fadjar enggan memastikan apakah harga bioetanol akan mencapai di atas Rp15 ribu per liter. Ia menegaskan Pertamina masih melakukan pengkajian. “Masih dihitung. Sementara ini uji coba masih di Surabaya, Jawa Timur,” tutupnya. Jika benar harga bioetanol di atas pertamax, maka kisaran harganya ada di atas Rp12.500 per liter. Pasalnya, harga BBM Pertamina dengan RON 92 itu resmi turun di Jawa dan Bali per 1 Juni 2023 dari Rp13.300 per liter ke Rp12.500 per liter.
Katadata.co.id | Senin, 19 Juni 2023
ESDM Jamin Produksi Bioetanol untuk BBM Tak akan Ganggu Sektor Pangan
Kementerian ESDM memastikan produksi bioetanol untuk bahan campuran BBM jenis Pertamax tidak akan mengganggu pasokan untuk sektor pangan seperti produksi gula dan kecap. Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), Dadan Kusdiana, mengatakan bahwa produksi bioetanol akan berasal dari etanol hasil olahan molasses yang merupakan produk sampingan dari produksi gula. Saat memproduksi gula, cairan dari tebu akan diekstraksi dan dipanaskan hingga menjadi kristal. Molasses adalah cairan kental berwarna hitam dengan konsistensi seperti sirup yang tertinggal saat kristalisasi cairan tebu selesai. “Kami tidak mengonversi bahan baku gula. Kami itu mengonversi molasses yang sekarang tidak dipakai untuk produksi gula. Molasses ini dipakai untuk sektor industri, termasuk bioetanol,” kata Dadan di Kantor Kementerian ESDM pada Senin (19/6). Dadan Kusdiana, mengatakan bahwa saat ini terdapat sebelas badan usaha bahan bakar nabati atau BU BBN penghasil etanol yang tergabung dalam Asosiasi Penyalur Spiritus dan Ethanol Indonesia (Apsendo). Gabungan sebelas BU BBN itu sanggup memproduksi etanol hingga potensi kapasitas 337.500 kiloliter (KL). Jumlah tersebut jauh lebih tinggi dari selisih kemampuan produksi bioetanol domestik untuk bahan bakar kendaraan atau fuel grade dari tiga produsen berkapasitas 40.000 KL. Produksi tersebut berasal dari dua pabrik di wilayah Jawa Timur, yakni 30.000 KL dari PT Energi Agro Nusantara (Enero) di Kabupaten Mojokerto dan 10.000 KL dari PT Molindo Raya Industrial di Kabupaten Malang. Dadan pun mengatakan bahwa implementasi uji coba komersial BBM campuran Pertamax beroktan 92 dengan bioetanol akan terlaksana pada awal Juli 2023. Adapun lokasi sebaran distribusi bakal berada di sekitar Kota Surabaya dan Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Pemilihan Kota Pahlawan dilatarbelakangi oleh lokasinya yang dekat dengan produsen bahan baku bioetanol di Kabupaten Mojokerto dan Malang. Sifat bioetanol yang cepat busuk karena terbuat dari material tumbuh-tumbuhan mewajibkan penyalurannya harus dekat dan terjangkau dari lokasi pabrik. “Mudah-mudahan bisa diwujudkan pada awal Juli untuk ujicoba komersial di SPBU,” ujar Dadan. Di sisi lain, Pertamina berencana untuk mengedarkan BBM jenis baru dalam waktu dekat untuk mengurangi ketergantungan impor minyak sembari mewujudkan kemandirian energi domestik. Langkah perseroan untuk merilis bioetanol akan menambah portofolio produk bahan bakar nabati yang ditawarkan oleh Pertamina. Perusahaan migas pelat merah itu telah mengedarkan BBM dengan campuran minyak nabati yang diwujudkan dalam program B35. Adapun program B35 adalah mencampur biodiesel dari fatty acid methyl ester atau FAME minyak kelapa sawit sebesar 35% ke dalam komposisi BBM solar bersubsidi. Juru bicara Pertamina, Fadjar Djoko Santoso, mengatakan bahwa Pertamina akan segera meluncurkan bahan bakar nabati bioetanol dengan komposisi bauran 5% bioetanol dan 95% Pertamax. “Bioetanolnya nanti 5% plus Pertamax. Jadi kadar RON-nya menjadi 95 nantinya,” kata Fadjar lewat pesan singkat pada Senin (19/6). Kendati demikian, Fadjar belum merinci lebih jauh soal waktu perilisan komersial BBM Bioetanol 5%. Dia mengatakan saat ini Pertamina masih berupaya untuk menyelesaikan administrasi perizinan. “Launching mudah-mudahan dalam waktu dekat. Masih menunggu waktu yang tepat. Kami akan launching nanti di Surabaya,” ujar Fadjar.
Bisnis.com | Senin, 19 Juni 2023
Bioetanol Bakal Digenjot, Sugar Co Ekspansi Lahan Tebu 490 Ribu Hektar
Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) tengah berupaya untuk ekspansi lahan tertanam tebu selepas penugasan khusus penyediaan bahan bakar (BBN) jenis bioetanol pendamping gasoline. Entitas konsolidasi perkebunan tebu PTPN, PT Sinergi Gula Nusantara atau Sugar Co mengatakan perusahaan perkebunan pelat merah bakal menambah lahan tertanam tebu hingga 490.000 hektare (ha) dari target penambahan lahan keseluruhan mencapai 700.000 ha. Sisanya bakal dikerjakan perkebunan swasta dan PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero). CEO Sugar Co Aris Toharisman menuturkan saat ini posisi lahan yang dikelola holding perkebunan pelat merah mencapai 185.000 ha. Sementara lahan yang ditanami tebu berada di kisaran 70.000 ha hingga pertengahan tahun ini. “Proyeksi kami akan terus kami tingkatkan itu menjadi 100.000 ha yang ditanami tebu dari sekarang 70.000 ha, Insy Allah 2028 itu 490.000 ha akan tercapai,” kata Aris kepada Bisnis, Senin (19/6/2023). Aris menuturkan saat ini perseroan tengah mengonversi beberapa luasan lahan hak guna usaha (HGU) non tebu seperti karet dan kakao untuk mengejar target penambahan lahan pada konsesi PTPN Group. Selain itu, penambahan lahan juga akan dilakukan lewat perubahan peruntukan kawasan hutan, penggunaan kawasan hutan serta pemanfaatan kawasan hutan dengan perhutanan sosial dan sistem multi usaha. Rencanannya dalam waktu dekat, PTPN III bakal menandatangani nota kesepahaman atau MoU bersama dengan PT Pertamina (Pesero) berkaitan dengan program bauran bahan bakar minyak (BBM) jenis bensin dengan bioetanol 5 persen (E5) akhir bulan ini. Adapun PTPN III mengajukan harga indeks pasar (HIP) BBN jenis bioetanol itu di kisaran Rp13.500 per liter untuk mendukung keberlanjutan investasi bauran tetes tebu tersebut. “Kami masih menunggu kebijakan dari pengguna bioetanol fuel grade tersebut, kalau HIP tadi bisa diterima kami bisa segera action,” kata dia. Sebelumnya, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Dadan Kusdiana menuturkan torehan produksi bioetanol fuel grade belakangan berada di kisaran 40.000 kiloliter (kl) per tahun. Padahal kapasitas produksi bioetanol di beberapa pabrik utama yang tersebar di Provinsi Jawa Timur mencapai 100.000 killoliter (kl) setiap tahunnya. “Beda dengan sawit, kalau ini kan bersifat terbatas itu molase dari pabrik gula dan dipakai juga untuk industri lain jadi kita cuma bisa di angka itu, makanya sekarang ada Perpres supaya target 1,2 juta kl bisa tercapai,” kata Dadan saat ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (19/6/2023). Adapun kapasitas produksi 100.000 kl itu berasal dari PT Energi Agro Nusantara (Enero) dengan kemampuan 30.000 kl. Enero merupakan anak perusahaan PTPN X dan memiliki pabrik di Mojokerto. Kelahiran Enero didasari oleh kerja sama antara pemerintah Indonesia dan pemerintah Jepang pada 2020. Pabrik Enero diluncurkan pada pertengahan Juni 2013, dengan investasi Rp300 miliar, termasuk dari investor Jepang. Selain Enero, PTPN XI juga memiliki pabrik dengan kapasitas 7.000 kl per tahun. Di samping itu, dua perusahaan swasta juga memproduksi bioetanol sejak 2017, yakni PT Malindo Raya berkapasitas 51.000 kl per tahun, dan PT Etanol Ceria Abadi berkapasitas 12.000 kl per tahun. “Kita sekarang ini mau menambah, kalau nambah tidak bersinggungan dengan yang gula, sekarang yang 40.000 kiloliter itu produksi terus jadi sudah tidak bersinggungan, sudah ada titik keseimbangan, industri butuh sekian dan bioetanol sekian,” tuturnya. Seperti diketahui, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menargetkan produksi bioetanol yang berasal dari tebu sebagai bahan bakar nabati atau biofuel dapat menyentuh kapasitas minimal 1,2 juta kiloliter (KL) pada 2030. Target itu tertuang dalam peta jalan yang menjadi amanat Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 40/2023 tentang Percepatan Swasembada Gula Nasional dan Penyediaan Bioetanol Sebagai Bahan Bakar Nabati (Biofuel) yang diteken 16 Juni 2023 lalu.