Komitmen Penggunaan Biodiesel Jadi Bagian dari Transisi Energi Global

| Articles
Share Share on Facebook Share on Twitter Share on Whatsapp

Kontan.co.id | Jum’at, 15 April 2022

Komitmen Penggunaan Biodiesel Jadi Bagian dari Transisi Energi Global

Indonesia telah berhasil menjadi tuan rumah penyelenggaraan 3rd Palm Biodiesel Conference 2022 pada 24  Maret  2022 di  Yogyakarta, Indonesia. Konferensi  ini merupakan kegiatan dalam kerangka G20 atau Road to G20 yang diselenggarakan bersamaan dengan pertemuan pertama Kelompok Kerja Transisi Energi  G20  di  bawah Presidensi Indonesia. Dalam pembukaan kegiatan ini hadir  Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia,  Airlangga Hartarto, sebagai Ketua CPOPC dan Ketua Presidensi Indonesia di  G20, bersama dengan Menteri Industri Perkebunan dan Komoditas Malaysia, Datuk  Zuraida Kamaruddin. Airlangga  mengatakan program mandatori biodiesel di negara kita merupakan inisiatif dan pencapaian yang luar biasa, dan bagaimana perkembangan ke depannya patut kita perhatikan.  “Bersama dengan negara-negara produsen minyak sawit lainnya, kami ingin menunjukkan mandatori biodiesel sebagai bagian dari event Road to G20 yang diadakan bersamaan dengan meeting G20 Energy Transitions Working Group di Yogyakarta,” ujar Airlangga saat memberikan sambutan dalam konferensi yang diselenggarakan Dewan Negara-negara Produsen Minyak Sawit atau Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) bekerjasama dengan Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (APROBI). Airlangga menegaskan kembali bahwa Indonesia berkomitmen mengakselerasi transisi energi bersih melalui kebijakan biodiesel untuk meraih net zero emission. Komitmen menggunakan minyak sawit sebagai bahan dasar biofuel akan mendukung Indonesia mencapai target keamanan energi dan bauran energi sebesar 23% di 2025. Menteri Industri dan Komoditas Perkebunan Datuk Zuraida Kamaruddin mengatakan pasar biodiesel di dunia terus meningkat karena biodiesel telah diperkenalkan ke lebih dari 60 negara di seluruh dunia. Sementara itu, Malaysia tetap berkomitmen untuk mengadopsi program biodiesel 20% atau B20 meskipun harga minyak sawit mentah dalam posisi tinggi seperti sekarang. Kedua Menteri berpendapat strategi masa depan biodiesel dapat berjalan melalui kolaborasi yang lebih kuat oleh negara-negara produsen biodiesel seperti kerjasama riset-riset teknis, serta kemajuan dan kepemimpinan negara-negara utama produsen minyak sawit yaitu Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Kolombia dalam memperkuat mandatori biodiesel sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari industri minyak sawit. Konferensi ini menghadirkan 15 pembicara yang mendiskusikan perkembangan terkini, tantangan dan peluang sekarang dan masa depan, dan menggali pendekatan-pendekatan bersama terkoordinasi dalam memperkuat program implementasi biodiesel nasional, kolaborasi dan perkembangan selanjutnya dari produk-produk hilir berbasis biodiesel.   Terkait peluang, tantangan dan langkah selanjutnya, ada beberapa pandangan penting, tanggapan, dan rekomendasi yang dihasilkan dalam Konferensi ini diantaranya: 1. Berbagi pemahaman bersama bahwa arsitektur energi global perlu terus berevolusi, dan mengakui bahwa transisi energi adalah elemen penting dari strategi-strategi pengembangan jangka panjang yang perlu mengkombinasi pertumbuhan ekonomi dengan menurunnya emisi GHG. 2. Menegaskan komitmen negara-negara produsen minyak sawit untuk kolaborasi energi inklusif dalam mengakselerasi transisi energi yang bersih melalui inisiatif biofuel untuk bersama-sama menangkal perubahan iklim dan mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan dari Perserikatan Bangsa- Bangsa 2030. 3. Mendorong  negara-negara  produsen  minyak  sawit untuk meningkatkan strategi pengembangan energi terbaharukan dari biofuel berbasis sawit termasuk implementasi biodiesel, promosi produk-produk hilirnya, dan percepatan implementasi,  sejauh dapat  dilakukan,  melalui kebijakan pendukung dan kolaborasi antar sektor. Sinergi yang kuat antar para pemangku kepentingan, didukung kebijakan pemerintah yang konsisten, merupakan praktik baik yang dapat diadaptasi oleh negara Iain, selain pentingnya membangun kesadaran publik terhadap keunggulan biodiesel berbasis sawit. 4. Mengkonfirmasi peran kebijakan-kebijakan biodiesel untuk menghantar keamanan energi dan hasil ekonomi yang diinginkan dalam mendukung permintaan domestik, lapangan kerja, stabilitas harga minyak sawit, cadangan impor diesel, bahan bakar terjangkau dan pendapatan petani. 5. Menyatakan pentingnya implementasi biodiesel untuk menjawab dampak- dampak lingkungan berkaitan perubahan iklim dan berkomitmen untuk menghantar inovasi sebagai salah satu pendorong utama dari proses transisi energi. Hal yang diterima bahwa pengembangan bahan bakar berbahan sawit dan turunannya secara komersial, bersama-sama dengan solusi energi terbarukan lainnya, akan berkontribusi mengurangi emisi GHG yang sejalan dengan komitmen internasional dari Konvensi Kerangka Perubahan Iklim COP26 oleh PBB. 6. Mendorong negara-negara produsen minyak sawit untuk meningkatkan kerja sama dalam mengembangkan dan menerapkan riset dan pengembangan terbaik yang tersedia dan teknologi bahan bakar berbasis sawit, termasuk upaya mencapai kualitas optimal dari bahan bakar sejalan dengan indikator- indikator keberlanjutan, melalui investasi publik maupun pribadi dan skema- skema Iain yang memungkinkan. 7. Menggarisbawahi pentingnya biofuel dalam proses transisi energi mengingat perannya dalam bekarbonisasi sektor transportasi dan mendukung penggunaan biofuel generasi pertama. Telah diakui secara luas bahwa biodiesel adalah energi terbarukan yang ramah lingkungan dan netral karbon yang telah berkontribusi terhadap pengurangan emisi terutama yang berasal dari minyak nabati yang berkelanjutan. Minyak sawit  sudah maju mendahului sektor Iain dalam mencapai emisi nol bersih. 8. Menegaskan peran biofuel dalam mempromosikan pembangunan berkelanjutan yang inklusif dan mendukung keyakinan bahwa pertumbuhan ekonomi dan perlindungan lingkungan dapat dan harus berjalan beriringan dalam berkontribusi pada Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) PBB 2030, terutama untuk memastikan akses universal yang terjangkau, efektif, dan berkelanjutan dan keberadaan energi modern untuk semua. 9. Mengakui bahwa biofuel minyak sawit adalah inisiatif yang baik untuk pengurangan kemiskinan dan telah memainkan peran dalam mengurangi kemiskinan pedesaan di negara-negara produsen sawit (POPC). Implementasi program mandat biodiesel telah mengintegrasikan petani kecil secara merata dalam rantai pasokan dan bermanfaat khususnya dalam menstabi;kan harga tandan buah segar serta daya beli petani sawit, sehingga ini merupakan alat pembangunan yang penting bagi penghidupan petani kecil kelapa sawit dan masyarakat pedesaan. 10. Mengejar peluang untuk memperkuat kerja sama, kolaborasi, dan kemitraan inisiatif biofuel berbasis kelapa sawit untuk mempercepat transisi energi bersih dengan dukungan dari Lembaga-lembaga dan forum internasional terkait termasuk International Renewable Energy Agency dan Pertemuan Tingkat Menteri Transisi Energi G20. 11. Mengakui  bahwa, di tengah risiko kurangnya pasokan minyak nabati dan krisis energi saat ini perlu ada penguatan upaya berdialog dan kerja sama antara negara-negara produsen dan konsumen biodiesel sawit untuk menggunakan sinergi yang sudah terjalin berdasarkan persamaan kepentingan, inklusivitas, non-diskriminasi dan saling menghargai, tanpa berkompromi dengan target iklim di 2030. 12. Menunjukkan kemajuan kongkret energi terbarukan dan bersih berbasis sawit, dan menjadi sebuah dekade aksi, dimana semua pihak dapat mempercepat akselerasi energi transisi guna mendukung ekonomi hijau. 13. Mengajak negara-negara penghasil minyak sawit, yang diampu oleh CPOPC, untuk mendirikan sebuah kelompok kerja untuk memperkuat kolaborasi yang kongkret dan dekat biodiesel berbasis sawit melalui riset, pengembangan, investasi dan pertukaran teknologi. 14. Adanya harapan Presidensi G20 Indonesia dan kepesertaan lainnya mempertimbangkan dan mendukung pentingnya biodiesel dan pengembangan biofuel sebagai bagian penting dari transisi energi global. Dalam kaitan tersebut, kedua ketua berterimakasih kepada Pemerintah Indonesia sebagai pemegang Presidensi G20 saat ini dan semua anggota G20 untuk mengijinkan penyelenggaraan Konferensi sebagai   bagian   dari  Perjalanan   Menuju   G20   dan menunjukkan kemajuan nyata yang ditorehkan di energi bersih berbasis kelapa sawit.

https://industri.kontan.co.id/news/komitmen-penggunaan-biodiesel-jadi-bagian-dari-transisi-energi-global?page=all

 

Indopos.co.id | Jum’at, 15 April 2022

Indonesia Komitmen Gunakan Biofuel untuk Raih Net Zero Emission

Indonesia telah berhasil menjadi tuan rumah penyelenggaraan 3rd Palm Biodiesel Conference 2022 pada 24 Maret 2022 di DI Yogyakarta, Indonesia. Konferensi ini merupakan kegiatan dalam kerangka G20 atau Road to G20 yang diselenggarakan bersamaan dengan pertemuan pertama Kelompok Kerja Transisi Energi G20 di bawah Presidensi Indonesia. Dalam pembukaan kegiatan ini hadir Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia Airlangga Hartarto sebagai Ketua CPOPC dan Ketua Presidensi Indonesia di G20, bersama dengan Menteri Industri Perkebunan dan Komoditas Malaysia Datuk Zuraida Kamaruddin. Airlangga mengatakan, program mandatori biodiesel di negara kita merupakan inisiatif dan pencapaian yang luar biasa, dan bagaimana perkembangan ke depannya patut kita perhatikan. “Bersama dengan negara-negara produsen minyak sawit lainnya, kami ingin menunjukkan mandatori biodiesel sebagai bagian dari event Road to G20 yang diadakan bersamaan dengan meeting G20 Energy Transitions Working Group di Yogyakarta,” ujarnya saat memberikan sambutan dalam konferensi yang diselenggarakan Dewan Negara-negara Produsen Minyak Sawit atau Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) bekerjasama dengan Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (APROBI). Airlangga menegaskan, kembali bahwa Indonesia berkomitmen mengakselerasi transisi energi bersih melalui kebijakan biodiesel untuk meraih net zero emission. Komitmen menggunakan minyak sawit sebagai bahan dasar biofuel akan mendukung Indonesia mencapai target keamanan energi dan bauran energi sebesar 23 persen pada 2025. Menteri Industri dan Komoditas Perkebunan Datuk Zuraida Kamaruddin mengatakan pasar biodiesel di dunia terus meningkat karena biodiesel telah diperkenalkan ke lebih dari 60 negara di seluruh dunia. Sementara itu, Malaysia tetap berkomitmen untuk mengadopsi program biodiesel 20 persen atau B20 meskipun harga minyak sawit mentah dalam posisi tinggi seperti sekarang. Kedua Menteri berpendapat strategi masa depan biodiesel dapat berjalan melalui kolaborasi yang lebih kuat oleh negara-negara produsen biodiesel seperti kerjasama riset-riset teknis, serta kemajuan dan kepemimpinan negara-negara utama produsen minyak sawit yaitu Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Kolombia dalam memperkuat mandatori biodiesel sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari industri minyak sawit. Konferensi ini menghadirkan 15 pembicara yang mendiskusikan perkembangan terkini, tantangan dan peluang sekarang dan masa depan, dan menggali pendekatan-pendekatan bersama terkoordinasi dalam memperkuat program implementasi biodiesel nasional, kolaborasi dan perkembangan selanjutnya dari produk-produk hilir berbasis biodiesel. Terkait peluang, tantangan dan langkah selanjutnya, ada beberapa pandangan penting, tanggapan, dan rekomendasi yang dihasilkan dalam Konferensi ini di antaranya: 1. Berbagi pemahaman bersama bahwa arsitektur energi global perlu terus berevolusi, dan mengakui bahwa transisi energi adalah elemen penting dari strategi-strategi pengembangan jangka panjang yang perlu mengkombinasi pertumbuhan ekonomi dengan menurunnya emisi GHG. 2. Menegaskan komitmen negara-negara produsen minyak sawit untuk kolaborasi energi inklusif dalam mengakselerasi transisi energi yang bersih melalui inisiatif biofuel untuk bersama-sama menangkal perubahan iklim dan mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan dari Perserikatan Bangsa- Bangsa 2030. 3. Mendorong negara-negara produsen minyak sawit untuk meningkatkan strategi pengembangan energi terbaharukan dari biofuel berbasis sawit termasuk implementasi biodiesel, promosi produk-produk hilirnya, dan percepatan implementasi, sejauh dapat dilakukan, melalui kebijakan pendukung dan kolaborasi antar sektor. Sinergi yang kuat antar para pemangku kepentingan, didukung kebijakan pemerintah yang konsisten, merupakan praktik baik yang dapat diadaptasi oleh negara Iain, selain pentingnya membangun kesadaran publik terhadap keunggulan biodiesel berbasis sawit. 4. Mengkonfirmasi peran kebijakan-kebijakan biodiesel untuk menghantar keamanan energi dan hasil ekonomi yang diinginkan dalam mendukung permintaan domestik, lapangan kerja, stabilitas harga minyak sawit, cadangan impor diesel, bahan bakar terjangkau dan pendapatan petani. 5. Menyatakan pentingnya implementasi biodiesel untuk menjawab dampak- dampak lingkungan berkaitan perubahan iklim dan berkomitmen untuk menghantar inovasi sebagai salah satu pendorong utama dari proses transisi energi. Hal yang diterima bahwa pengembangan bahan bakar berbahan sawit dan turunannya secara komersial, bersama-sama dengan solusi energi terbarukan lainnya, akan berkontribusi mengurangi emisi GHG yang sejalan dengan komitmen internasional dari Konvensi Kerangka Perubahan Iklim COP26 oleh PBB. 6. Mendorong negara-negara produsen minyak sawit untuk meningkatkan kerja sama dalam mengembangkan dan menerapkan riset dan pengembangan terbaik yang tersedia dan teknologi bahan bakar berbasis sawit, termasuk upaya mencapai kualitas optimal dari bahan bakar sejalan dengan indikator- indikator keberlanjutan, melalui investasi publik maupun pribadi dan skema-skema Iain yang memungkinkan. 7. Menggarisbawahi pentingnya biofuel dalam proses transisi energi mengingat perannya dalam dekarbonisasi sektor transportasi dan mendukung penggunaan biofuel generasi pertama. Telah diakui secara luas bahwa biodiesel adalah energi terbarukan yang ramah lingkungan dan netral karbon yang telah berkontribusi terhadap pengurangan emisi terutama yang berasal dari minyak nabati yang berkelanjutan. Minyak sawit sudah maju mendahului sektor Iain dalam mencapai emisi nol bersih. 8. Menegaskan peran biofuel dalam mempromosikan pembangunan berkelanjutan yang inklusif dan mendukung keyakinan bahwa pertumbuhan ekonomi dan perlindungan lingkungan dapat dan harus berjalan beriringan dalam berkontribusi pada Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) PBB 2030, terutama untuk memastikan akses universal yang terjangkau, efektif, dan berkelanjutan dan keberadaan energi modern untuk semua. 9. Mengakui bahwa biofuel minyak sawit adalah inisiatif yang baik untuk pengurangan kemiskinan dan telah memainkan peran dalam mengurangi kemiskinan pedesaan di negara-negara produsen sawit (POPC). Implementasi program mandat biodiesel telah mengintegrasikan petani kecil secara merata dalam rantai pasokan dan bermanfaat khususnya dalam menstabi;kan harga tandan buah segar serta daya beli petani sawit, sehingga ini merupakan alat pembangunan yang penting bagi penghidupan petani kecil kelapa sawit dan masyarakat pedesaan. 10. Mengejar peluang untuk memperkuat kerja sama, kolaborasi, dan kemitraan inisiatif biofuel berbasis kelapa sawit untuk mempercepat transisi energi bersih dengan dukungan dari Lembaga-lembaga dan forum internasional terkait termasuk International Renewable Energy Agency dan Pertemuan Tingkat Menteri Transisi Energi G20. 11. Mengakui bahwa, di tengah risiko kurangnya pasokan minyak nabati dan krisis energi saat ini perlu ada penguatan upaya berdialog dan kerja sama antara negara-negara produsen dan konsumen biodiesel sawit untuk menggunkan sinergi yang sudah terjalin berdasarkan persamaan kepentingan, inklusivitas, non-diskriminasi dan saling menghargai, tanpa berkompromi dengan target iklim di 2030. 12. Menunjukkan kemajuan kongkret energi terbarukan dan bersih berbasis sawit, dan menjadi sebuah dekade aksi, dimana semua pihak dapat mempercepat akselerasi energi transisi guna mendukung ekonomi hijau. 13. Mengajak negara-negara penghasil minyak sawit, yang diampu oleh CPOPC, untuk mendirikan sebuah kelompok kerja untuk memperkuat kolaborasi yang kongkret dan dekat biodiesel berbasis sawit melalui riset, pengembangan, investasi dan pertukaran teknologi. 14. Adanya harapan Presidensi G20 Indonesia dan kepesertaan lainnya mempertimbangkan dan mendukung pentingnya biodiesel dan pengembangan biofuel sebagai bagian penting dari transisi energi global. Dalam kaitan tersebut, kedua ketua berterimakasih kepada Pemerintah Indonesia sebagai pemegang Presidensi G20 saat ini dan semua anggota G20 untuk mengijinkan penyelenggaraan Konferensi sebagai bagian dari Perjalanan Menuju G20 dan menunjukkan kemajuan nyata yang ditorehkan di energi bersih berbasis kelapa sawit.

https://www.indopos.co.id/ekonomi/2022/04/15/indonesia-komitmen-gunakan-biofuel-untuk-raih-net-zero-emission/

 

BERITA BIOFUEL

 

 

VOI.id | Minggu, 17 April 2022

Kiamat Minyak Goreng Bukan Mengada-ngada! Kapal Laut Bakal Gunakan Sawit untuk Bahan Bakar

Peningkatan harga minyak sawit nampaknya masih akan terus berlanjut dipicu oleh tingginya sisi permintaan dari pasar. Terbaru, industri maritim disebut-sebut bakal menjadi pemain anyar yang siap melahap sumber energi terbarukan tersebut. Analisis itu disampaikan oleh mantan Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar. Menurut dia, saat ini aktivitas perdagangan dan pengiriman barang yang memanfaatkan jasa kapal laut semakin meningkat di era pandemi. Kondisi itu telah memicu peningkatan emisi karbon dan gas buang. “Untuk itu International Marine Organization (IMO) tengah berupaya keras untuk mengurangi lebih banyak gas rumah kaca mengotori atmosfer,” ujarnya melalui akun Instagram pribadi @arcandra.tahar dikutip Minggu, 17 April. Mantan Menteri ESDM itu menyebut para pemain di industri maritim kini tengah membidik sejumlah opsi penggunaan bahan bakar yang ramah lingkungan menggantikan sumber energi fosil yang selama ini digunakan. Pertama adalah menggunakan biofuel yang berasal dari kelapa sawit (FAME) atau dari Hydrotreated Vegetable Oil (HVO). “Kendala utama dari biofuel ini adalah ketersediaannya karena FAME dan HVO juga digunakan untuk industri makanan seperti minyak goreng,” tuturnya. Arcandra lantas menerangkan persaingan antara biofuel untuk energi bersih dan biofuel untuk industri makanan akan menimbulkan masalah dikemudian hari. “Memilih antara kedua opsi itu tentunya menjadi dilema tersendiri. Apalagi dampak dari persaingan itu sudah sangat terasa hari ini,” tegas dia. Sebagai informasi, salah satu produk turunan minyak sawit, yaitu minyak goreng, kini tengah menghadapi lonjakan harga yang signifikan. Hal tersebut tidak lepas dari orientasi penggunaan minyak sawit di dalam negeri yang juga disalurkan untuk kepentingan program B30. Belum lagi pemenuhan pasar ekspor dengan tawaran harga yang lebih baik. Selain minyak dari sumber nabati, Arcandra memaparkan pula sumber energi yang lebih bersih dapat diperoleh dari minyak synthetic dan bahan bakar LNG. “Inilah pilihan energi dalam masa transisi yang insyaa Allah mampu membuat bumi kita lebih bersih,” tutup Arcandra.

https://voi.id/ekonomi/158446/kiamat-minyak-goreng-bukan-mengada-ngada-kapal-laut-bakal-gunakan-sawit-untuk-bahan-bakar

Investor Daily Indonesia | Senin, 18 April 2022

Negara Produsen Sawit Kembangkan biofuel Atasi Dampak Iklim

Negara-negara produsen minyak sawit yang tergabung dalam Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) menegaskan komitmennya untuk melakukan kolaborasi energi inklusif dalam mengakselerasi transisi energi yang bersih melalui inisiatif biofuel. Langkah bersama tersebut diyakini mampu menangkal dampak perubahan iklim dan mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (SDGs) 2030. Demikian salah satu pandangan penting yang dihasilkan dari 3rd Palm biodiesel Conference 2022. Konferensi itu diselenggarakan Dewan Negara-negara Produsen Minyak Sawit (CPOPC) bekerja sama dengan Asosiasi Produsen biofuel Indonesia (Aprobi). Indonesia berhasil menjadi tuan rumah penyelenggaraan 3rd Palm biodiesel Conference 2022 pada 24 Maret 2022 di Yogyakarta. Konferensi ini merupakan kegiatan dalam kerangka G20 atau Road to G20 yang diselenggarakan bersamaan dengan pertemuan pertama Kelompok Kerja Transisi Energi G20 di bawah Pres-idensi Indonesia. Dalam pembukaan kegiatan itu hadir Menko Perekonomian RI Airlangga Hartarto sebagai Ketua CPOPC dan Ketua Presidensi Indonesia di G20 bersama Menteri Industri Perkebunan dan Komoditas Malaysia Datuk Zuraida Kamaruddin. Dalam sambutannya di konferensi tersebut, Airlangga mengatakan, bersama dengan negara-negara produsen minyak sawit lainnya, Indonesia dan CPOPC ingin menunjukkan mandatori biodiesel sebagai bagian dari event Road to G20 yang diadakan bersamaan dengan pertemuan G20 Energy Transitions Working Group di Yogyakarta. Dalam kesempatan itu, Menko Airlangga juga mengatakan, program mandatori biodiesel yang berjalan di Indonesia merupakan inisiatif dan pencapaian yang luar biasa dan perkembangannya ke depan patut diperhatikan. “Kami tegaskan kembali bahwa Indonesia berkomitmen mengakselerasi transisi energi bersih melalui kebijakan biodiesel untuk meraih net zero emission. Komitmen menggunakan minyak sawit sebagai bahan dasar biofuel akan mendukung Indonesia mencapai target keamanan energi dan bauran energi sebesar 23% pada 2025,” jelas dia baru-baru ini. Sedangkan Menteri Industri dan Komoditas Perkebunan Datuk Zuraida Kamaruddin mengatakan, pasar biodiesel di dunia terus meningkat karena biodiesel telah diperkenalkan ke lebih dari 60 negara di seluruh dunia. Sementara itu, Malaysia tetap berkomitmen untuk mengadopsi program biodiesel 20% atau B20 meskipun harga minyak sawit mentah dalam posisi tinggi seperti sekarang. Kedua menteri itu, baik Airlangga maupun Datuk Zuraida, berpendapat bahwa strategi masa depan biodiesel dapat berjalan melalui kolaborasi yang lebih kuat oleh negara-negara produsen biodiesel. Hal itu bisa dilakukan melalui kerja sama riset-riset teknis serta kemajuan dan kepemimpinan negara-negara utama produsen minyak sawit, yaitu Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Kolombia dalam memperkuat mandatori biodiesel sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari industri minyak sawit. Konferensi itu sepakat untuk menunjukkan kemajuan konkret energi terbarukan dan bersih berbasis sawit dan menjadi sebuah dekade aksi yang mana semua pihak dapat mempercepat akselerasi energi transisi guna mendukung ekonomi hijau. Selain itu, mengajak negara-negara penghasil minyak sawit yang diampu CPOPC untuk mendirikan sebuah kelompok kerja untuk memperkuat kolaborasi konkret dan dekat biodiesel berbasis sawit melalui riset, pengembangan, investasi dan pertukaran teknologi.

Hasil Konferensi

Konferensi 3rd Palm biodiesel Conference 2022 menghasikan sejumlah pandangan penting, tanggapan, dan rekomendasi. Selain komitmen anggota CPOPC terkait inisiatif biofuel, rekomendasi konferensi itu antara lain berbagi pemahaman bersama bahwa arsitektur energi global perlu terus berevolusi dan mengakui bahwa transisi energi adalah elemen penting dari strategi-strategi pengembangan jangka panjang yang perlu mengkom-binasi pertumbuhan ekonomi dengan menurunnya emisi greenhouse gas (gas rumah kaca/GRK). Lalu, mendorong negara-negara produsen minyak sawit untuk meningkatkan strategi pengembangan energi terbarukan dari biofuel ber- basis sawit termasuk implementasi biodiesel, juga mengonfirmasi peran kebijakan-kebijakan biodiesel untuk menghantar keamanan energi dan hasil ekonomi yang diinginkan dalam mendukung permintaan domestik, lapangan kerja, stabilitas harga minyak sawit, cadangan impor diesel, bahan bakar terjangkau, dan pendapatan petani. Lalu, menyatakan pentingnya implementasi biodiesel untuk menjawab dampak-dampak lingkungan berkaitan perubahan iklim dan mendorong negara-negara produsen sawit meningkatkan kerja sama dalam mengembangkan dan menerapkan riset dan pengembangan terbaik yang tersedia dan teknologi bahan bakar berbasis sawit. Di sisi lain, menggarisbawahi pentingnya biofuel dalam proses transisi energi mengingat perannya dalam dekarbonisasi sektor transportasi dan mendukung penggunaan biofuel generasi pertama. Selain itu, menegaskan peran biofuel dalam mempromosikan pembangunan berkelanjutan yang inklusif dan mendukung keyakinan bahwa pertumbuhan ekonomi dan perlindungan lingkungan dapat dan harus berjalan beriringan dalam berkontribusi pada SDGs 2030. Kemudian, mengakui biofuel minyak sawit adalah inisiatif yang baik untuk pengurangan kemiskinan dan telah memainkan peran dalam mengurangi kemiskinan perdesaan di negara-negara produsen sawit.

Harian Ekonomi Neraca | Senin, 18 April 2022

Penggunaan biodiesel Bagian Dari Transisi Energi Global

Indonesia telah berhasil menjadi tuan rumah penyelenggaraan 3rd Palm biodiesel Conference 2022 pada 24 Maret 2022 di Yogyakarta, Indonesia. Kon -ferensi ini merupakan kegiatan dalam kerangka C20 atau Road to G20 yang diselenggarakan bersamaan de -ngan pertemuan pertama Kelompok Kerja Transisi Energi G20 di bawah Pre-sidensi Indonesia. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Rindo-nesia, Airlangga Hartarto mengatakan program man-datori biodiesel di negara kita merupakan inisiatif dan pencapaian yang luar biasa, dan bagaimana perkembangan ke depannya parut kita perhatikan. “Bersama dengan negara-negara produsen minyak sawit lainnya, kami in- gin menunjukkan manda-tori biodiesel sebagai bagian dari event Road to G20 yang diadakan bersamaan dengan meeting G20 Energy Transitions Working Group di Yogyakarta,” ujar Airlangga. Airlangga menegaskan kembali bahwa Indonesia berkomitmen mengaksel-erasi transisi energi bersih melalui kebijakan biodiesel untuk meraih net zero emission. Komitmen menggunakan minyak sawit sebagai bah.ni dasar biofuel akan mendukung Indonesia mencapai target keamanan energi dan bauran energi sebesar 23% di 2025. Menteri Industri dan Komoditas Perkebunan, Datuk Zuraida Kamaruddin mengatakan pasar biodiesel didunia terusmeningkatka-rena biodiesel telah diperkenalkan ke lebih dari 60 ne- ga/a di seluruh dunia. Sementara itu, Malaysia tetap berkomitmen untuk mengadopsi program biodiesel 20% atau B20meskipun harga minyak sawit mentah dalam posisi tinggi seperti sekarang. Kedua Menteri berpendapat strategi masa depan biodiesel dapat berjalan melalui kolaborasi yang lebih kuat oleh negara-negara produsen biodiesel seperti kerjasama riset-riset teknis, serta kemajuan dan kepemimpinan negara-negara utama produsen minyak sawit yaitu Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Kolombia dalam memperkuat mandatori biodiesel sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari industri minyak sawit. Konferensi tersebut juga mendiskusikan perkembangan terkini, tantangan dan peluang sekarang dan masa depan, dan menggali pendekatan-pendekatan bersama terkoordinasi da-Ifljn memperkuat program implementasi biodiesel nasional, kolaborasi dan perkembangan selanjutnya dari produk-produk hilir berbasis biodiesel. Terkait peluang, tantangan dan langkah selanjutnya, ada beberapa pandangan penting, tanggapan, dan rekomendasi yang dihasilkan dalam Konferensi ini diantaranya: Pertama, berbagi pemahaman bersama bahwa arsitektur energi global perlu terus berevolusi, dan mengakui bahwa transisi energi adalah elemen penting dari strategi-strategi pengembangan jangka panjang yang perlu mengkombinasi pertumbuhan ekonomi dengan menurunnya emisi GHG.