Sejumlah Perusahaan Dorong Pemanfaatan Biodiesel

| News
Share Share on Facebook Share on Twitter Share on Whatsapp

Kontan.co.id | Rabu, 21 Juli 2021

Sejumlah Perusahaan Dorong Pemanfaatan Biodiesel

Pemerintah Indonesia telah mengamanatkan pengembangan dan penggunaan biodiesel sebagai upaya pengurangan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 29% dari BAU (business as usual) pada tahun 2030.  Riesta Anggarani, Peneliti Bahan Bakar – LEMIGAS menegaskan, pemerintah terus mendorong kesuksesan implementasi program B30, khususnya dalam memastikan semua BBM jenis minyak solar yang ada di dalam negeri dicampur dengan biodiesel sebesar 30%.  “Sementara untuk program mandatori B40 hingga saat ini masih dalam tahap pengkajian baik teknis maupun keekonomian, sehingga penerapannya diperkirakan tidak akan dalam waktu dekat,” ujarnya dalam keterangan resmi, Senin (20/7).  Dukungan implementasi biodiesel terus gencar didorong sejumlah pemain dari beberapa sektor bisnis, salah satunya PT Shell Indonesia yang kembali menggelar acara Shell ExpertConnect dengan topik “Penggunaan Biodiesel Sekarang dan Masa Depan” pada Selasa (13/7). Acara yang merupakan wadah kolaborasi dan forum diskusi tentang topik tren industri saat ini.  Andri Pratiwa, Direktur Pelumas Shell Indonesia mengatakan sebagai perusahaan energi dunia, Shell senantiasa mendukung penggunaan energi yang lebih bersih dan berkelanjutan.  “Hal ini sejalan dengan strategi global Shell ‘Powering Progress’. Untuk itu Shell berkomitmen untuk menjalin kolaborasi dengan berbagai pihak dalam upaya mendukung agenda Pemerintah Indonesia dalam penggunaan energi yang lebih bersih dan mempersiapkan ketahanan energi,” jelasnya dalam keterangan resmi, Senin (20/7).

Andri bilang, melalui forum Shell ExpertConnect ini pihaknya berharap terjadi pertukaran informasi, pengetahuan dan praktik terbaik untuk mensukseskan implementasi program B30 dan persiapan implementasi mandatori B40.  Hadir dalam diskusi tersebut, Fahmi Azhari Mukhlis, Deputy GM Quality Assurance Dept. Komatsu Indonesia mengatakan senantiasa mendukung kebijakan pemerintah termasuk dalam implementasi B30. “Kami mendisain ulang dan memproduksi setiap material dengan komponen yang sesuai (compatible) untuk penggunaan B30 di semua mesin, baik Convention Diesel Engine maupun CRI Diesel Engine,” ujarnya.  Devi Ari Suryadi, Service Manager Komatsu Marketing and Support Indonesia menambahkan Komatsu menjamin kualitas mesin yang menggunakan bakar bakar biodiesel (B20 hingga B30) dengan standar SNI 7182.  “Untuk membantu customer dalam pengaplikasian B30, kami memberikan ‘Service Tips’ dan juga menyarankan kepada setiap customer untuk merujuk kepada buku ‘Pedoman Penanganan dan Penyimpanan Biodiesel dan Campuran Biodiesel’ yang dikeluarkan oleh Kementerian ESDM,” kata Devi.  Biodiesel merupakan bahan bakar nabati yang menjadi energi alternatif untuk menggantikan bahan bakar fosil sebagai sumber energi. Sifatnya yang degradable (mudah terurai) dengan emisi yang lebih rendah dibanding dari emisi hasil pembakaran bahan bakar fosil, menjadikan penggunaan biodiesel dapat meningkatkan kualitas lingkungan. Indonesia telah memanfaatkan biodiesel sejak tahun 2008, dan pemanfaatannya secara nasional terus dikembangkan, baik dari segi volume, campuran ataupun jumlah perusahaan yang terlibat dalam bidang ini.

 

https://industri.kontan.co.id/news/sejumlah-perusahaan-dorong-pemanfaatan-biodiesel

 

Investor Daily Indoneia | Rabu, 21 Juli 2021

Shell Dukung Penggunaan biodiesel di Indonesia

PT Shell Indonesia mendukung kebijakan Pemerintah Indonesia pengembangan dan penggunaan biodiesel sebagai upaya pengurangan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 29% dari BAU (business as usual) pada tahun 2030. Sebagai bentuk komitmen dalam mendukung kebijakan Pemerintah Indonesia tersebut, PT Shell Indonesia kembali menggelar acara Shell Expert-Connect dengan topik Penggunaan biodiesel Sekarang dan Masa Depan belum lama ini. Acara yang merupakan wadah kolaborasi dan forum diskusi tentang topik tren industri saat ini tersebut dibuka oleh Andri Pratiwa, Direktur Pelumas Shell Indonesia dan dihadiri oleh lebih dari 700 pelaku usaha. Indonesia sendiri telah memanfaatkan biodiesel sejak tahun 2008, dan pemanfaatannya secara nasional terus dikembangkan, baik dari segi volume, campuran ataupun jumlah perusahaan yang terlibat dalam bidang ini. Andri Pratiwa dalam sambutannya mengatakan, bahwa sebagai perusahaan energi dunia, Shell senantiasa mendukung penggunaan energi yang lebih bersih dan berkelanjutan, hal ini sejalan dengan strategi global Shell ‘Powering Progress’. “Untuk itu Shell berkomitmen untuk menjalin kolaborasi dengan berbagai pihak dalam upaya mendukung agenda Pemerintah Indonesia dalam penggunaan energi yang lebih bersih dan mempersiapkan ketahanan energi. Melalui forum Shell ExpertConnect ini kami berharap terjadi tukar informasi, pengetahuan dan praktek terbaik untuk mensukseskan implementasi program B30 dan persiapan implementasi mandatori B40,” kata Andri. Hadir sebagai pembicara dalam Shell ExpertConnect kali ini Dr. Riesta Anggarani, Peneliti Bahan Bakar – LEMIGAS, Mohammad Rachman Hidayat, Product Apllication Specialist – Shell Global Commercial Technology, Fahmi Azhari Mukhlis, Deputy GM Quality Assurance Dept. Komatsu Indonesia, dan Devi Ari Suryadi, Service Manager Komatsu Marketing and Support Indonesia. Dalam pemaparannya, Riesta Anggarani menegaskan bahwa pemerintah terus mendorong kesuksesan imple- mentasi program B30, khususnya dalam memastikan semua BBM jenis minyak solar yang ada di dalam negeri dicampur dengan biodiesel sebesar 30%. “Sementara untuk program mandatori B40 hingga saat ini masih dalam tahap pengkajian baik teknis maupun keekonomian, sehingga penerapannya diperkirakan tidak akan dalam waktu dekat.” ujarnya. Di kesempatan yang sama, Shell sebagai produsen pelumas dunia berbagi pengetahuan mengenai produk pelumas yang dapat mendukung pemanfaatan bahan bakar B30. Mohammad Rachman Hidayat, Shell Asia Pacific Product App Specialist mengatakan, berdasarkan data dan pengalaman, Shell menganjurkan untuk menggunakan engine oil dengan standar API-CI4 yang terbukti memiliki kemampuan lebih baik dalam mengatasi jelaga hasil pembakaran dari bahan bakar B30 atau lebih. Hal ini disebabkan API CI-4 memiliki soot handling lebih baik dibandingkan engine oil monograde. Bukti di lapangan juga menunjukkan penggunaan pelumas mesin standar API-CI4 dapat melindungi piston lebih sempurna.”

 

Kompas.tv | Rabu, 21 Juli 2021

OPEC Sepakat Naikkan Produksi Minyak Bumi, Beban Subsidi Indonesia Bakal Lebih Ringan

Kesepakatan untuk meningkatkan produksi minyak bumi oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan negara non-OPEC, berpotensi meringankan beban subsidi bahan bakar minyak atau BBM yang ditanggung Indonesia akibat meroketnya harga minyak dunia. Sebelumnya, dalam siaran pers di laman resmi OPEC, pertemuan tingkat menteri antara negara OPEC dan non-OPEC (ONOMM) ke-19, Minggu (18/7/2021), di Vienna, Austria, sepakat untuk meningkatkan produksi 400.000 barel per hari mulai Agustus hingga Desember 2021. Peningkatan produksi tersebut sebagai respon atas tingginya permintaan minyak dunia, seiring dengan pemulihan ekonomi karena banyak negara yang sempat lesu akibat pandemi Covid-19. Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro mengemukakan, kesepakatan menaikkan produksi minyak tersebut dapat membuat harga minyak mentah dunia tak semahal sebelum ada kesepakatan. Dampaknya bagi Indonesia adalah beban subsidi berpotensi menjadi lebih ringan. Hal ini karena Indonesia masih bergantung pada impor minyak mentah dan bahan bakar minyak (BBM). “Kenaikan harga minyak akan memperbesar subsidi harga BBM. Selisih (harga jual BBM dengan harga keekonomian) tersebut dibebankan pada anggaran negara dan arus kas PT Pertamina (Persero) sebagai badan usaha,” ucap Komaidi, Rabu (21/7/2021), dikutip dari Kompas.id. Mengutip laman Bloomberg pada Rabu sore, harga minyak mentah jenis Brent adalah 70,14 dollar AS per barel dan jenis WTI 67,9 dollar AS per barel. Saat pandemi Covid-19 merebak di banyak negara di dunia pada 2020, harga minyak mentah jenis Brent sempat ada di kisaran 25 dollar AS per barel pada April 2020. Bahkan, jenis WTI sempat minus 35 dollar AS per barel. Meski harga minyak mentah rendah, harga jual BBM di Indonesia, khususnya yang bersubsidi, tidak turun. Solar bersubsidi (biosolar) dijual seharga Rp 5.150 per liter dan bensin jenis premium dijual Rp 6.450 per liter.

 

https://www.kompas.tv/article/194803/opec-sepakat-naikkan-produksi-minyak-bumi-beban-subsidi-indonesia-bakal-lebih-ringan

 

Tribunnews.com | Rabu, 21 Juli 2021

Minyak Mentah Dunia Bergejolak, PKS ‘Warning’ Pemerintah Jangan Buru-buru Naikkan Harga BBM

Anggota Komisi VII DPR Mulyanto meminta Pemerintah tidak ikut menaikkan harga BBM dalam negeri ketika harga minyak dunia melonjak. Pemerintah disebut Mulyanto harus konsisten dengan kebijakan sebelumnya yang tidak menurunkan harga BBM dalam negeri ketika harga minyak dunia anjlok. “Apalagi dalam kondisi sulit seperti sekarang ini, sebaiknya Pemerintah jangan menaikkan harga BBM. Kasihan rakyat. Daya belinya masih belum pulih. Jika harga BBM dinaikan akan menambah beban hidup rakyat yang sekarang sedang melaksanakan PPKM,” ujar Mulyanto, kepada wartawan, Rabu (21/7/2021). Dia mengatakan, beberapa bulan yang lalu Pertamina mengumumkan laba yang dihasilkan. Laba itu didapat dari keuntungan dimana rakyat membeli BBM dengan harga normal di saat harga minyak dunia anjlok. “Sekarang Pertamina harus siap menerima konsekuensi. Jangan ikut-ikutan menaikan harga BBM di saat harga minyak dunia naik. Jangan rakyat lagi yang dikorbankan,” tegas Wakil Ketua FPKS DPR RI Bidang Industri dan Pembangunan ini. Untuk meringankan biaya pengadaan BBM yang net importer itu, Mulyanto minta Pemerintah menyediakan kompensasi yang memadai untuk meringankan Pertamina. Dia meminta agar Pemerintah jangan lepas tangan menyikapi fluktuasi harga tersebut. “Pemerintah harus benar-benar memperhatikan kondisi riil ekonomi masyarakat di tengah pandemi ini,” kata Mulyanto.  Sebelumnya diberitakan bahwa harga minyak dunia naik hingga sempat menyentuh harga tertinggi di level USD 77,16/barel di awal bulan Juli untuk minyak berjangka jenis Brent.  Kenaikan harga minyak juga terjadi pada harga MPOS ataupun Argus yang merupakan harga acuan dalam menentukan harga BBM dalam negeri sesuai Kepmen ESDM No.62/2020 tentang Formula Harga Dasar Dalam Perhitungan Harga Jual Eceran Jenis BBM Umum Jenis Bensin dan Solar yang Disalurkan Melalui Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum dan/atau Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan.  “Pemerintah harus mempertimbangkan bahwa saat ini Premium sudah jarang ditemukan. Sebagian besar SPBU sudah tidak menjual BBM jenis Premium. Yang ada dan yang paling murah hanya Pertalite. Karena itu Pemerintah jangan ikut menaikkan harga Pertalite ini,” tandas Mulyanto.

 

https://www.tribunnews.com/bisnis/2021/07/21/minyak-mentah-dunia-bergejolak-pks-warning-pemerintah-jangan-buru-buru-naikkan-harga-bbm