Aprobi Yakin Permintaan Biodiesel Akan Terus Meningkat

| Berita
Bagikan Share on Facebook Share on Twitter Share on Whatsapp

Kontan.co.id | Sabtu, 28 Januari 2023

Aprobi Yakin Permintaan Biodiesel Akan Terus Meningkat

Asosiasi Produsen Biofuels Indonesia (Aprobi) menilai potensi hilirisasi biofuel dalam beberapa tahun mendatang semakin terbuka lebar.  Apalagi kebutuhan energi akan selalu meningkat sebagai kebutuhan utama selain pangan. Melihat potensi ini, sejumlah perusahaan hulu sawit mulai melirik untuk menjajaki bisnis hilirisasi biofuel. Ketua Harian Aprobi Paulus Tjakrawan mengatakan, industri biodiesel sebagai salah satu produk turunan biofuel telah dimulai sejak 2005. Adapun hingga saat ini biodiesel berkontribusi sebesar 30% pada solar. Nanti pada 1 Februari 2023, kontribusi biodiesel meningkat menjadi 35% pada solar. Untuk itu, Aprobi menegaskan siap untuk memasok biodiesel dengan kualitas serta volume sesuai dengan ketentuan. Menurut Paulus, ke depannya permintaan biodiesel akan terus meningkat karena kebutuhan energi akan semakin menanjak. “Energi sebagai kebutuhan utama selain pangan, maka peluang pengembangannya terbuka luas,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Kamis (19/1). Dia mengakui saat ini sudah ada beberapa pelaku usaha sawit yang merencakan untuk mengembangkan industri hilir biofuel, bahkan ini merupakan peminat baru. “Perusahaan yang sudah berkomunikasi dengan kami ada beberapa,” jelasnya. Berdasarkan data Kementerian ESDM, dengan diberlakukannya B35, Indonesia akan semakin dapat mengendalikan impor solar. Untuk pelaksanaan program B35 pada tahun 2023, ditargetkan penyaluran biodiesel mencapai 13,15 juta kL per tahun atau 226 ribu barel per hari. Penghematan devisa diperkirakan mencapai sekitar US$ 10,75 miliar atau setara dengan Rp 161 triliun, penyerapan tenaga kerja sebanyak 1.653.974 orang dan penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 34,9 juta ton CO2e. Namun, nilai tambah yang bisa diraup pelaku usaha belum bisa diprediksi lantaran harga sawit atau bahan baku dan bahan penyerta setiap hari berubah. “Saat ini harga Biodiesel yang dibeli oleh Badan Usaha Bahan Bakar Minyak seperti Pertamina sesuai dengan ketentuan Kementerian ESDM,” tandasnya. Beberapa waktu lalu, Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana menyampaikan saat program implementasi biodiesel didesain, harga Crude Palm Oil (CPO) berada pada kisaran US$ 275 per ton dan terus meningkat seiring dengan peningkatan permintaan sawit karena implementasi biodiesel. “Bagaimana supaya kita bisa angkat harga sawit ini karena harga sawit kan otomatis nanti transfer ke harga TBS (tandan buah segar) sawit di petani,” ujarnya. Selain itu, Indonesia juga masih mengimpor solar meskipun grafiknya makin menurun. Dadan menyatakan, penurunan impor solar ini menjadi salah satu terobosan dan bukti hasil penelitian dan pengembangan dapat diimplementasikan dan memberikan manfaat yang luas. Selain mendorong permintaan terhadap sawit, pemerintah juga mendorong penyebaran pembangunan pabrik pengolahan CPO menjadi biodiesel. Sekarang banyak pabrik yang didirikan untuk mengolah CPO menjadi biodiesel, di wilayah Sumatera hingga Sulawesi. “Saat ini kami sedang mendorong pembangunan pabrik di Papua untuk mendorong permintaan dan penyebaran di wilayah Papua,” kata Dadan. Sejatinya hilirisasi biofuel tidak hanya berhenti pada biodiesel saja. Sebagai produk sampingan industri biodiese, maka Aprobi mengeluarkan produk glicerine dan fatty matter. Selain itu, hilirisasi biofuel juga bisa menciptakan beberapa produk lain yakni biogas, biopremium, bioavtur, dan lain-lain.

https://industri.kontan.co.id/news/aprobi-yakin-permintaan-biodiesel-akan-terus-meningkat-1

 

CNBCIndonesia.com | Minggu, 29 Januari 2023

Simak Proyeksi & Tujuan Penggunaan Biodiesel B35 di Sini

Pemerintah terus mendorong penggunaan energi baru terbarukan, demi mencapai kemandirian Indonesia di sektor energi melalui berbagai kebijakan. Salah satunya melalui implementasi program biodiesel B35. Biodiesel B35 sendiri merupakan campuran biodiesel antara bahan bakar nabati (BBN) berbasis minyak kelapa sawit dengan BBM diesel. Lewat B35 ini, pemerintah akan meningkatkan persentase pencampuran Bahan Bakar Nabati (BBN) ke dalam Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis minyak solar dari 30% (B30) menjadi 35% (B35). Di tahun 2022 dengan implementasi B30, telah disalurkan biodiesel sebesar lebih dari 10,5 juta kiloliter (kL). Hal ini dapat menghemat devisa sekitar US$ 8,34 miliar atau setara lebih dari Rp 122 triliun. Program B30 juga menyerap tenaga kerja lebih dari 1,3 juta orang serta pengurangan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sekitar 27,8 juta ton CO2e. Selanjutnya Pemerintah Indonesia akan menerapkan B35, mulai 1 Februari 2023, bagaimana program tersebut memberi manfaat? Harusnya dapat lebih besar dari program B30. Penasaran? Lebih lanjut, program B35 juga melibatkan dukungan program biodiesel yang meliputi kecukupan pasokan, program insentif dari sawit berupa pungutan ekspor CPO dan turunannya yang dikelola oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), serta monitoring dan evaluasi secara berkala. Sebelum diterapkan pada Rabu, 1 Februari mendatang, BPDP KS bersama media ekonomi terbesar di Indonesia, CNBC Indonesia, akan menggelar event Launching B35 pada Selasa, 31 Januari 2023. Selain launching, acara tersebut juga akan menghadirkan talkshow yang akan membahas lebih dalam terkait program dan tujuan biodiesel B35, yang tentunya juga menghadirkan banyak narasumber kompeten di bidangnya. Menteri Koordinator Ekonomi RI, Airlangga Hartarto akan hadir untuk memberikan keynote speech. Sedangkan untuk panelis speaker, akan hadir Dirjen EBTKE Dadan Kusdiana, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati, Direktur Utama BPDPKS Eddy Abdurrachman, Ketua APROBI Paulus Tjakrawan, dan Ketua Umum GAIKINDO Yohanes Nangoi. Dalam talkshow itu, akan ada banyak bahasan menarik dan mendalam dari implementasi biodiesel B35, seperti regulasi, kesiapan infrastruktur, kesiapan produsen, hingga dukungan dana untuk implementasi B35. Acara ini akan dilaksanakan secara hybrid, dimana untuk offline dapat dihadiri di Gedung Graha Sawala Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Sedangkan untuk online, dapat disaksikan secara live melalui di CNBC Indonesia TV dan secara streaming di CNBCIndonesia.com

https://www.cnbcindonesia.com/news/20230129221242-51-409100/simak-proyeksi-tujuan-penggunaan-biodiesel-b35-di-sini

 

BERITA BIOFUEL

 

Investor Daily Indonesia | Senin, 30 Januari 2023

Program B35 Tahan Kejatuhan Harga CPO

Implementasi program biodiesel 35% (B35) mulai 1 Februari 2023 diharapkan dapat menahan kejatuhan harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) di pasar internasional. Dengan begitu, harga tandan buah segar (TBS) sawit di tingkat petani di dalam negeri tetap tinggi. Saat ini, harga CPO di pasar global di kisaran USS 800-900 per ton, harga diproyeksikan bisa jatuh ke level US$ 700 per ton apabila Indonesia tidak menempuh program B35. Direktur Eksekutif Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (Paspi) Tungkot Sipayung menjelaskan, latar belakang Indonesia menempuh program B35 antara lain adalah terjadinya resesi dunia. Banyak lembaga internasional yang memperkirakan tahun ini ekonomi dunia mengalami resesi. Resesi akan menurunkan pendapatan dan membuat konsumsi turut merosot. Negara-negara tujuan ekspor minyak sawit Indonesia, seperti Uni Eropa dan Amerika Serikat, diperkirakan resesi, wilayah Asia seperti Tiongkok dan India mungkin tidak terlalu parah tapi ekonominya turun. “Demand dunia atas minyak sawit diproyeksikan turun tahun ini. Kalau dibiarkan, akan membuat harga CPO global turun terlalu jauh. Sekarang US$ 800-900 per ton, kalau semester pertama tidak ada B35, harga bisa jatuh ke USS 700 per ton. Karena itu, semester kedua nanti B40 juga perlu dimulai. Pergerakan harga CPO global ini mempengaruhi harga TBS petani,” ujar dia. Kepada Investor Daily, Minggu (29/01/2023), Tungkot menuturkan, latar belakang lainnya adalah stok minyak sawit di negara-negara eksportir pada September 2022 telah mencapai level normal seperti pada 2019 atau sebelum pandemi Covid-19. Pun stok minyak nabati di negara importir melimpah karena adanya relaksasi ekspor dari negara eksportir yang drastis pada semester 11-2022, hal ini menyebabkan demand minyak nabati termasuk sawit menurun. Hal ini berujung pada menurunnya harga CPO dunia dan juga di dalam negeri Indonesia. “Untuk mengatasi besarnya potensi penurunan harga maka satu-satunya cara adalah memperbesar penyerapan domestik dan yang paling besar bisa menyerap dan memberi dampak luas adalah menaikkan dari B30 ke B35, bahkan ke B40. Serapan sawit domestik akan bertambah 2 juta ton dari 2022 sekitar 20 juta ton menjadi 22 juta ton lebih pada tahun ini,” ungkap Tungkot. Selain itu, lanjut Tungkot, kebijakan B35 diambil karena mampu mengurangi impor solar. Saat ini, harga solar di pasar internasional mahal, sehingga impor harus dikurangi dengan pengembangan B35 di dalam negeri. “Kalau bisa mengurangi impor solar maka kita bisa hemat devisa. Kekurangan devisa saat masa resesi tentu tidak menguntungkan. Cadangan devisa salah satunya dipupuk dengan menghemat pengeluaran devisa ekspor. Dengan B35, berarti mengurangi impor solar,” tutur dia. Berdasarkan data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), realisasi kosumsi minyak sawit domestik pada 2022 mencapai 20,97 juta ton, sebanyak 8,84 juta ton untuk biodiesel. Sementara produsen bahan bakar nabati (biofuel) nasional siap menjalankan program B35 mulai 1 Februari 2023 demi mendukung langkah peningkatan bauran energi baru dan terbarukan yang sedang digalakkan pemerintah. Dari sisi suplai pasokan biofuel tahun ini, industri memiliki kapasitas 18,9 juta kiloliter (kl), melebihi alokasi yang ditetapkan pemerintah untuk B35 sebanyak 13 juta kl. “Program B35 akan dilakukan secara penuh pada bulan depan. Tapi, anggota kami sudah salurkan biodiesel FAME sesuai spesifikasi B35 mulai Januari ini,” kata Wakil Sekjen Asosiasi Produsen biofuel Indonesia (Aprobi) Suwandi Winardi. Dalam program B30 tahun lalu, pemerintah mengalokasikan 10,15 juta kl. Artinya, selain terdapat peningkatan alokasi, kebutuhan sawit juga meningkat karena meningkatnya bauran menjadi 35%. “Secara kapasitas, kami sangat memadai untuk program ini,” jelas dia. Sementara B35 akan mulai dijalankan, proses kajian untuk peningkatan ke B40 juga sembari dijalankan. Kajian B40 telah dirampungkan pada Desember 2022 dan akan masuk dalam tahap penyelesaian laporan. Secara prinsip teknis, B40 sudah bisa dijalankan dan siap diimplementasikan, tinggal menunggu kepastian dari pemerintah untuk B40. Ketua Umum Gapki Joko Supriyono mengatakan, penerapan program B35 akan berdampak pada penurunan ekspor CPO. Pasalnya, program itu akan menyedot pasokan CPO. Jatah CPO untuk ekspor akan berkurang karena penggunaan domestik bertambah. Kebutuhan untuk biodiesel diperkirakan 13 juta kl atau naik 1,5 juta kl. “Jadijatah ekspor akan terkurangi karena konsumsi domestik naik besar,” ujar Joko. B35 adalah pencampuran biodiesel Aan fatty acid methyl ester (TAME) minyak sawit sebesar 35% ke dalam komposisi bahan bakar minyak (BBM) solar. Selain faktor B35, penurunan ekspor CPO juga dipengaruhi produksi yang anjlok yang salah satunya karena harga pupuk yang naik hingga 400%. Pada 2022, Gapki mencatat ekspor sawit 2022 sebesar 30,8 juta ton, lebih rendah dari 2021 yang sebesar 33,67 juta ton, ini tahun keempat berturut-turut ekspor turun dari tahun ke tahun. Nilai ekspor minyak sawit pada 2022 mencapai USS 39,28 miliar, lebih tinggi dari 2021 sebesar USS 35,53 miliar, ini karena harga produk sawit 2022 relatif lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Ketua Bidang Luar Negeri Gapki M Fadhil Hasan, saat dihubungi Investor Daily, menambahkan, program B35 akan membuat suplai minyak sawit ke pasar internasional berkurang sehingga ekspor Indonesia berpotensi menurun. \’Tapi susah menyebutkan berapa banyak penurunannya, ada ketidakpastian, tapi akan turun karena B35. Permintaan di pasar ekspor mungkin sustain karena Tiongkok mulai membuka diri tapi bisa juga turun karena ada resesi. Selain karena B35, ada juga faktor kebijakan domestic market obligation (DM0) yang bisa menurunkan ekspor kita. Sudah banyak yang menyarankan DMO dievaluasi, tapi sekarang masih jalan, malah ditingkatkan,” ujar Fadhil.

Bahan Baku Migor

Sementara itu, terkait kenaikan harga minyak goreng (migor) yang diatur pemerintah, baik dalam bentuk curah maupun kemasan Minyakita, menjadi di atas harga eceran tertinggi (HET) Rp 14 ribu per liter, hal itu bukan diakibatkan oleh persoalan bahan baku yakni CPO kepada industri migor. Menanggapi hal tersebut, Sekjen Gapki Eddy Martono mengatakan, sejauh ini, pasokan CPO untuk memenuhi kebutuhan industri migor domestik tidak ada masalah. Gapki terus menyuplai CPO untuk memenuhi kebutuhan domestik. “Saya tidak mendengar ada masalah pasokan CPO untuk bahan baku migor dari anggota Gapki,” jelas Eddy. Tungkot Sipayung juga mengatakan, sebenarnya tidak ada alasan lagi bagi kenaikan harga migor di dalam negeri, apalagi naiknya harga disebabkan oleh kelangkaan atau keterbatasan suplai. “Harusnya tidak ada alasan naik (harga) karena sampai saat ini kebijakan DMO belum dicabut, pungutan ekspor dan bea keluar juga sudah diterapkan. Pasokan bahan baku melimpah dan harga internasional juga cenderung turun. Jadi, mungkin yang terjadi sekarang karena gangguan suplai migor sehingga pasokan di pasar berkurang. Memang perlu diambil kebijakan soal suplai ini,” tutur Tungkot.

Sindonews.com | Sabtu, 28 Januari 2023

IPB University Latih Warga Bogor Manfaatkan Limbah Minyak Jelantah untuk Bahan Bakar

Minyak jelantah adalah limbah yang berasal dari penggunaan minyak goreng. Minyak jelantah dapat juga disebut sebagai minyak bekas pakai pada proses memasak/menggoreng di rumah tangga. Jika dilihat dari komposisi di dalamnya, minyak jelantah mengandung asam lemak bebas yang tinggi serta berbagai senyawa yang berisiko bagi kesehatan dalam jangka panjang. Penanganan yang tidak tepat seperti membuang minyak jelantah langsung ke lingkungan juga dapat berdampak buruk bagi ekosistem makhluk hidup sekitar serta menjadi sumber cemaran berbahaya. Dengan demikian, perlu penanganan yang tepat agar limbah minyak jelantah dapat bermanfaat dan tidak menimbulkan kerugian dari aspek kesehatan manusia dan lingkungan. Melalui pengolahan yang tepat, limbah minyak jelantah dapat dimanfaatkan menjadi berbagai produk yang sangat berguna. Dosen IPB University dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat, menggelar Pelatihan Pemanfaatan Limbah Minyak Jelantah untuk Bahan Bakar, Lilin dan Sabun di Kelurahan Situ Gede, Kota Bogor (20/1/2023). Ada 5 dosen dari Divisi Teknik Energi Terbarukan (TET), Departemen Teknik Mesin dan Biosistem (TMB), Fakultas Teknologi Pertanian, IPB University dan satu orang teknisi yang terlibat. Mereka adalah Ir Sri Endah Agustina, MS selaku ketua dan sebagai narasumber sekaligus fasilitator yaitu Dr Dyah Wulandani, Dr Leopold O Nelwan, Dr Muhamad Yulianto, Lilis Sucahyo, STP, MSi serta teknisi Angga Permana. Sebanyak 25 orang peserta hadir dengan antusias yang terdiri dari Kelompok Wanita Tani (KWT) dan Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) serta perwakilan perangkat desa Situ Gede. Dalam sambutannya mewakili Kepala Divisi, Dr Leo menyatakan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari sosialisasi penerapan teknologi dan hasil-hasil penelitian yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar kampus. “Divisi TET TMB telah melakukan berbagai kajian pemanfaatan limbah minyak jelantah seperti konversi menjadi biodiesel sebagai bahan bakar dengan tungku bertekanan tinggi, menjadi lilin bakar serta berbagai jenis sabun padat dan cair untuk kebutuhan kebersihan sehari-hari,” ujarnya. Sementara itu, Dr Dyah Wulandani dalam paparan materinya menyebutkan bahwa untuk membuat biodiesel dari jelantah dapat menggunakan reaksi transesterifikasi dengan bahan metanol dan katalis KOH. “Untuk membuat lilin diperlukan bahan minyak jelantah kemudian dicampurkan dengan stearin, pewangi/aromaterapi dan pewarna. Sementara untuk pembuatan sabun dapat dilakukan dengan menggunakan bahan minyak jelantah dicampurkan dengan air, NaOH (soda api), minyak kelapa atau minyak zaitun, pewangi/ aromaterapi dan pewarna,” jelasnya. Menurutnya, bahan yang dibutuhkan dapat dengan mudah diperoleh, terutama untuk lilin dan sabun sehingga para peserta dapat langsung mempraktikkannya di rumah masing-masing. Melalui kegiatan pelatihan ini diharapkan dapat memberikan informasi dan kemampuan kepada masyarakat untuk mengolah limbah minyak jelantah menjadi produk yang bermanfaat dan bernilai guna. Senada dengan hal tersebut, Jawariyah sebagai Ketua KWT dan Posdaya Kenanga menyambut dengan baik dan antusiasme yang tinggi terkait pelatihan pemanfaatan limbah minyak jelantah. Pengetahuan tersebut diperlukan oleh masyarakat Kelurahan Situ Gede dan beberapa peserta juga terlihat membawa minyak jelantah dari rumah masing masing.

https://edukasi.sindonews.com/read/1007785/211/ipb-university-latih-warga-bogor-manfaatkan-limbah-minyak-jelantah-untuk-bahan-bakar-1674867667?showpage=all