Batang Sorgum Petani di Subang Dijadikan Bioetanol

| Artikel
Bagikan Share on Facebook Share on Twitter Share on Whatsapp

Jurnas | Sabtu, 11 April 2020

Petani di Desa Kosar, Kecamatan Cipeundeuy, Subang Jawa Barat mulai memanen batang sorgum untuk dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan bioetanol. Berdasarkan pantauan di lapangan, 3 kg batang sorgum dapat menghasilkan 1.000-1.200 ml nira atau sekitar 400 ml per kilogram batang sorgum. Menurut Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian (BB Biogen), Mastur, nira yang dihasilkan dari batang sorgum masih melalui beberapa tahapan untuk menjadi bioetanol. Mastur mengatakan, nira harus difermentasi dengan menambahkan mikroba khamir (yeast) terutama Saccharomyces cerevisiae. Selanjutnya dibiarkan beberapa hari hingga terbentuk ethanol dalam jumlah maksimal sesuai kondisi. Setelah itu barulah dilakukan penyulingan (destilasi) sehingga diperoleh larutan mengandung ethanol diatas 70%. “Nanti setelah fermentasi selesai dilakukan di Subang, dilanjutkan dengan destilasi di salah satu unit pelaksana teknis (UPT) Balitbangtan yang ada di Sukabumi,” jelas Mastur pada Kamis (9/4).

“Bioetanol 70% sebenarnya sudah efektif membunuh kuman termasuk virus, namun karena kurang ramah terhadap kulit kita, perlu diproses lebih lanjut dengan menambahkan bahan terutama herbal agar ramah kulit serta aroma yang sesuai. Bahan ini kita sebut hand sanitizer,” tambahnya. Pengembangan sorgum di Subang tak lepas dari kerja sama antara Balitbangtan dan PT Agro Indah Permata (AIP) 21. Perusahaan benih pertanian dan perkebunan tersebut memanfaatkan beberapa varietas unggul baru (VUB) rakitan Balitbangtan seperti Sorgum Bioguma, Super, dan Numbu untuk dikembangkan di wilayah Subang. Koordinator Lapangan PT AIP 21 Wilayah Subang, Kokom Komariah menyebutkan, Subang memiliki potensi besar untuk pengembangan sorgum, sehingga kesempatan ini tidak boleh dilewatkan demi meningkatkan kesejahteraan petani. “Di subang banyak lahan tidur, saya ingin petani di sini sejahtera karena sorgum adalah makanan sehat yang bisa diolah menjadi beras, tepung, gula dan bahan pangan lainnya,” ungkap Kokom. “Lahan potensial untuk pengembangan sorgum saat ini 10 hektar dan dalam dua minggu kedepan mungkin akan bertambah karena sudah ada yg ready lagi seluas 5 hektar,” tambahnya.

Bagi masyarakat Subang, sorgum merupakan sesuatu yang baru, namun mereka memiliki semangat tinggi untuk menbudidayakan komoditas ini. Ida Farida, misalnya. Meski baru pertama kali menanam sorgum, iya mengaku senang dan siap melakukan panen selanjutnya. Apalagi dalam sekali tanam, sorgum ini dapat dipanen hingga tiga kali. “Ini kan masih pertama, masih harus belajar. Semoga (panen) yang kedua nanti bisa lebih banyak hasilnya,” kata Ida. Sebelumnya, Kepala Balitbangtan, Fadjry Djufry mengatakan, sorgum merupakan komoditas yang dapat dimanfaatkan untuk pangan, pakan dan energi. Untuk itu Balitbangtan terus mendorong agar masyarakat memanfaatkan sorgum, khususnya VUB rakitan Balitbangtan. “Masih banyak masyarakat yang belum mengenal sorgum sehingga kita harus lebih gencar mengenalkan sorgum kepada masyarakat, termasuk pemerintah daerah karena masih banyak yang belum mengetahui potensi komoditas ini,” kata Fadjry.

http://www.jurnas.com/artikel/70397/Batang-Sorgum-Petani-di-Subang-Dijadikan-Bioetanol/