Sumber Bioenergi dari Gambut Tropis

Terdapat berbagai jenis tumbuhan, tanah, dan pohon yang dapat tumbuh di negara tropis. Setiap pohon dan tanaman dikategorikan berdasarkan tempat mereka dapat beradaptasi untuk tumbuh. Dalam botani, pohon adalah tanaman abadi, yang memiliki batang yang memanjang, menghidupi cabang-cabang dan daun-daunnya. Setiap jenis pohon ini memiliki fungsi dan manfaatnya masing-masing.
Dari sekian banyak jenis tanah, pohon, dan tumbuhan, hanya ada satu jenis yang cocok untuk sumber bioenergi, yaitu tanah gambut. Terdapat penelitian kolaboratif baru yang dilakukan oleh CIFOR, NIFOS, dan lembaga UMP yang bertujuan untuk mengidentifikasi potensi dan produktivitas tanaman bioenergi tertentu di tanah yang terdegradasi dan kurang dimanfaatkan. Penelitian ini sudah memasuki proses untuk menemukan metode produksi bioenergi terbaik yang tidak perlu bersaing dengan produksi pangan, namun tetap mendapatkan energi yang dapat diperbaharui.
Dilihat dari area sumber daya yang seluas 7,2 juta hektar di Kalimantan Tengah, mayoritas tanah merupakan tanah yang terdegradasi akibat kebakaran hutan dan pengubahan lahan menjadi lahan pertanian dan pertambangan. Lebih dari 40% populasi di area tersebut tidak memiliki listrik. Mereka hanya bergantung pada kayu untuk penggunaan sehari-hari.
Hasil dari penelitian telah menemukan jenis-jenis pohon dan tanaman yang mampu menghasilkan energi, ketahanan produksi pangan, serta dapat memulihkan memulihkan tanah dalam waktu yang bersamaan. Namun, hutan mengalami banjir besar, serta kekeringan ekstrim yang mengakibatkan kebakaran apabila suhu terlalu tinggi. Di lahan gambut, tanaman dapat dikelola lebih baik menggunakan sistem agroforestri daripada sistem monokultur.
Gambut merupakan jenis tanah yang paling adaptif untuk ditanam di desa Buntoi, Kalimantan Tengah. Tanaman-tanaman akan tumbuh sebagai tanaman bioenergi. Himlal menyatakan bahwa hal ini adalah solusi terbaik dalam mengembangkan sistem agroforestri. Hal ini juga menjadi strategi pemanfaatan tanah yang baik karena terdapat potensi untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan pertanian. Selain itu, terdapat keanekaragaman hayati untuk untuk memperluas pertumbuhan, serta mencegah akibat buruk untuk lingkungan.
Gambut sendiri merupakan salah satu tanah organik serbaguna yang mengandung sumber bioenergi. Gambut terbentuk ketika sisa-sisa tanaman tidak sepenuhnya membusuk dalam kondisi asam maupun anaerobik. Sebagian besar terdiri dari vegetasi lahan basah, yang biasanya merupakan tanaman rawa, yaitu lumut, alang-alang, dan semak-semak. Area lahan basah akan meluas dengan terkumpulnya gambut yang mengandung air, yang perlahan menciptakan kondisi basah. Sebagian besar rawa gambut yang modern terbentuk 12.000 tahun yang lalu pada zaman es, di garis lintang tinggi, setelah gletser menyusut. Gambut biasanya terkumpul perlahan dengan kecepatan sekitar milimeter per tahun.
Gambut terbagi menjadi tiga tipe, yaitu fibric, hemic, dan sapric. Gambut fibric adalah gambut yang paling sedikit membusuk dan terdiri dari serat utuh. Gambut hemic hanya mengalami pembusukan sebagian. Sedangkan gambut sapric mengalami pembusukan terbanyak. Gambut yang terdiri dari alang-alang, prumpung, dan rumput lainnya disebut gambut phragmite. Jenis gambut ini lebih padat daripada gambut lainnya. Gambut tradisional dibuat dengan cara dipotong dan dijemur. Sedangkan untuk keperluan industri, perusahaan dapat menggunakan tekanan untuk mengambil air dari gambut, di mana gambut tersebut akan menjadi lembut dan mudah dikompresi. Setelah kering, gambut dapat digunakan sebagai bahan bakar.
Sumber: