Biofuel Bagi Penerbangan Sangat Beragam

| Berita
Bagikan Share on Facebook Share on Twitter Share on Whatsapp

Koran-Jakarta.com | Selasa, 19 Oktober 2021

Biofuel Bagi Penerbangan Sangat Beragam

Amerika Serikat (AS) melalui Dinas Teknologi Bioenergi di Kementerian Energi (BETO) berusaha mendorong perusahaan energi untuk mengembangkan bahan bakar perbangan yang berkelanjutan (sustainable aviation fuel/SAF). Bahan bakar ini memiliki sifat mirip dengan bahan bakar jet konvensional tetapi dengan jejak karbon yang lebih rendah. Tergantung pada bahan baku dan teknologi, dalam proses produksinya SAF dapat mengurangi siklus hidup emisi gas rumah kaca (GRK) secara dramatis dibandingkan dengan bahan bakar jet konvensional. Beberapa produksi SAF menunjukkan memiliki jejak GRK net yang negatif. “Intensitas karbon yang lebih rendah dari SAF menjadikannya solusi penting untuk mengurangi GRK penerbangan, yang menghasilkan 9 -12 persen dari emisi GRK transportasi di AS,” papar Badan Perlindungan Lingkungan AS. SAF mengandung lebih sedikit komponen aromatik, yang memungkinkan proses pembakaran yang lebih bersih. Ini berarti menurunkan emisi senyawa berbahaya lokal di sekitar bandara selama lepas landas dan mendarat. “Komponen aromatik juga meninggalkan jejak prekursor yang dapat memperburuk dampak perubahan iklim,” tulis laman Energy Efficiency and Renewable Energy. SAF yang dibuat dari biomassa terbarukan dan sumber daya limbah memiliki potensi untuk memberikan kinerja sama dengan bahan bakar jet berbasis minyak bumi. Kelebihannya dapat mengurangi jejak karbonnya, memberikan landasan yang kokoh bagi maskapai untuk mengurangi emisi GRK. Laman tersebut menyatakan, diperkirakan 1 miliar ton kering biomassa dapat dikumpulkan secara berkelanjutan setiap tahun di AS. Jumlah ini cukup untuk menghasilkan 50 – 60 miliar galon biofuel rendah karbon. Biomassa itu adalah biji jagung, biji minyak, ganggang, lemak, minyak, dan gemuk lainnya. Bahan lainnya adalah residu pertanian, residu kehutanan, limbah pabrik kayu, aliran limbah padat kota, limbah basah (kotoran, lumpur pengolahan air limbah). “Menumbuhkan, mencari, dan memproduksi SAF dari sumber daya terbarukan dan limbah dapat menciptakan peluang ekonomi baru di komunitas pertanian, memperbaiki lingkungan, dan bahkan meningkatkan kinerja pesawat,” tulis laman tersebut. Dengan menanam tanaman biomassa untuk produksi SAF, petani dapat memperoleh lebih banyak pendapatan selama musim dingin dengan menyediakan bahan baku ke pasar baru ini. Selain itu tanaman yang bersifat selingan berguna dalam mengurangi kehilangan nutrisi dan meningkatkan kualitas tanah. Tanaman biomassa juga dapat mengendalikan erosi dan meningkatkan kualitas dan kuantitas air. Selain itu keanekaragaman hayati dan menyimpan karbon di dalam tanah, yang dapat memberikan manfaat pertanian dan manfaat lingkungan. Memproduksi SAF dari limbah basah, seperti kotoran dan lumpur limbah, mengurangi tekanan polusi di daerah aliran sungai, sekaligus menjaga gas metana yang kuat kontributor utama perubahan iklim keluar dari atmosfer.

https://koran-jakarta.com/biofuel-bagi-penerbangan-sangat-beragam

 

Detik.com | Senin, 18 Oktober 2021

Kendaraan Bensin Berhenti Dijual di 2040, Bukan Dilarang Lho Ya…

Pemerintah menyusun langkah mencapai target nol emisi karbon atau net zero emission (NZE) 2060. Salah satu caranya adalah menyetop penjualan motor dan mobil berbahan bakar bensin. Penghentian penjualan kendaraan dengan berbahan bakar bensin ini akan dimulai pada tahun 2040. Tahapannya, motor bensin tidak boleh dijual pada 2040 dan mobil bensin di 2050. Perlu digarisbawahi, yang dilarang di sini adalah penjualannya, bukan berarti penggunaan mobil dan motor berbahan bakar bensin bakal dilarang. “Di tahun 2040, bauran EBT sudah mencapai 71%, tidak ada penjualan motor konvensional. Bauran EBT diharapkan sudah mencapai 87% di 2050 dibarengi dengan tidak melakukan penjualan mobil konvensional,” katanya dalam keterangan pers, Kamis (14/10/2021). Upaya untuk mencapai nol emisi karbon telah dilakukan sejak tahun ini. Upaya yang dilakukan mulai dari peningkatan pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT), pengurangan energi fosil, penggunaan kendaraan listrik di sektor transportasi, peningkatan pemanfaatan listrik pada rumah tangga dan industri, dan pemanfaatan Carbon Capture and Storage (CCS). Nah salah satu upayanya adalah penggunaan kendaraan listrik di sektor transportasi, untuk hal yang satu ini pemerintah punya target khusus di tahun 2030. Di tahun tersebut sudah ada penggunaan mobil listrik sebanyak 2 jutaan unit, dan motor hingga 13 jutaan unit. Kalangan industri otomotif pun merespons rencana ini. Menurut Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) Yohannes Nangoi berdasarkan informasi yang didapatkan dari Kementerian Perindustrian, rencana penghentian penjualan kendaraan bensin ini akan dilakukan dengan cara mengganti bahan bakar menjadi ramah lingkungan. Salah satunya, menurut Yohanes adalah dengan menggunakan bahan bakar biofuel. Bahan bakar yang satu ini disebutnya berasal dari kelapa sawit, pemerintah pun sudah mencanangkan program biofuel ini. “Setahu saya, setelah saya berbicara dengan Kementerian Perindustrian kita harus menggunakan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan,” kata Yohannes kepada detikcom, Kamis (14/10/2021). Yohannes juga mengatakan rencana ini tidak akan melarang pengoperasian mobil, bahkan mobil yang sekarang ber-BBM pun cuma perlu diganti bahan bakarnya saja. “Pemerintah tengah mencanangkan G100 kan. Berarti mobilnya boleh dong. Contohnya di Brasil, bensinnya diganti etanol bahan baku tebu, itu kan energi baru terbarukan (EBT),” papar Yohannes. “Jadi nanti kita lihat saja, tetapi bukan mobilnya diberhentikan bukan begitu kira-kira,” tambahnya.

https://finance.detik.com/industri/d-5772921/kendaraan-bensin-berhenti-dijual-di-2040-bukan-dilarang-lho-ya

Tribunnews.com | Selasa, 19 Oktober 2021

Datang ke Tanbu Kalsel,Presiden Jokowi Diagendakan Resmikan Pabrik Biodiesel

Presiden Jokowi, dijadwalkan bakal datang ke Kabupaten Tanahbumbu Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel), untuk meresmikan Pabrik Biodiesel milik Jhonlin Group. Kedatangan RI ini dijadwalkan meresmikan pabrik pada Kamis (21/10/2021). Saat ini, Forkopimda sedang mempersiapkan segala sesuatunya untuk menyambut orang nomor satu di Negeri ini. Rapat-rapat bersama oleh pihak terkait, belakangan ini juga terus dilaksanakan untuk mematangkan penyambutan. Sekretaris Daerah Kabupaten Tanbu, Dr H Ambo Sakka, Senin (18/10/2021), baru saja selesai melakukan rapat bersama Sekretriat Negara via zoom, dan sore rapat lagi untuk persiapan penyambutan Presiden. ” Tadi pagi sudah rapat, sore ini rapat lagi. Jadi kami dari Pemerintah Daerah terus berkoordinasi dengan Jhonlin menyipakan tempat,” katanya. Untuk informasi kedatangan nanti, Presiden hanya akan meresmikan Biodiesel saja, setelah itu akan melanjutkan perjalannya ke Banjarmasin untuk meresmikan Jembatan Alalak.  Rencana awalnya, lanjut Ambo, ada pelaksanaan vaksinasi. Namun karena jadwal yang mepet, maka vaksinasi digelar di Banjarmasin. ” Di Tanbu meresmikan pabrik itu saja. Jadi tidak ada kegiatan lain lagi. Pagi beliau berangkat dari Bandara Halim Perdana Kusuma pukul 07.00 langsung ke bandara Syamsudin Noor, dan lanjut naik Heli ke lokasi, tidak melalui Bandara Bersujdd lagi,” katanya.  Kedatangan Presiden RI ini juga didampingi beberapa Menteri di peresmian itu dengan segala macam tari-tariannya akan ditampilkan hingga peresmian selesai dilaksanakan. Setelah itu, akan bergeser ke Banjarmasin.

https://banjarmasin.tribunnews.com/2021/10/18/datang-ke-tanbu-kalselpresiden-jokowi-diagendakan-resmikan-pabrik-biodiesel

Republika.co.id | Selasa, 19 Oktober 2021

Pertamina Minta Warga Beralih ke Solar Non-Subsidi

Pekan lalu masyarakat dilaporkan kesulitan dalam mencari pasokan BBM, terutama solar bersubsidi. Pertamina mengimbau masyarakat untuk beralih ke solar non-subsidi atau Dex Series. Area Manager Communication, Relations, & Corporate Social Responsibility (CSR) PT Pertamina Patra Niaga Jawa bagian Tengah Sub Holding Commercial & Trading PT Pertamina (Persero), Brasto Galih Nugroho solar non-subsidi punya performa yang lebih tinggi daripada solar subsidi. “Dexlite memiliki CN 51 sementara Pertamina Dex CN 53. Semakin tinggi nilai CN maka semakin tinggi juga performa yang dihasilkan oleh mesin kendaraan,” ungkap Brasto, Senin (18/10). Menurutnya, produk Dex Series juga menghasilkan pembakaran yang lebih sempurna. Sehingga, mampu membersihkan ruang mesin dari karat dan kerusakan. “Sehingga mesin lebih awet dan bebas karat akibat pembakaran yang tidak sempurna,” tambahnya. Selain itu, Brasto menambahkan Dexlite dan Pertamina Dex masuk ke dalam kategori BBM ramah lingkungan, karena kandungan sulfur pada gas buang lebih rendah. “Oleh karena itu, penggunaan produk Dex Series mampu menjaga lingkungan tetap bersih dari polusi udara,” ucapnya. Brasto menuturkan, Pertamina terus melakukan serangkaian edukasi dan aktivasi untuk meningkatkan tingkat konsumsi BBM diesel yang berkualitas, yaitu Dex Series. Hal itu terlihat dari tingkat konsumsi yang kian meningkat dari waktu ke waktu. “Dalam kurun waktu satu tahun terakhir 2020 hingga 2021, ada peningkatan konsumsi Dex Series yang signifikan hingga 17% di Regional Jawa Bagian Tengah yang meliputi Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta,” ujar Brasto. Peningkatan tersebut bukan hanya dari kenaikan angka konsumsi Dex Series saja, tapi juga dilihat secara proporsional BBM jenis gasoil. “Secara proporsi BBM gasoil, Dex Series di Regional Jawa Bagian Tengah terus alami peningkatan dalam 3 tahun terakhir, yaitu 2,9% pada tahun 2019, 3,1% pada tahun 2020, dan 3,3% pada tahun 2021,” tandasnya.

https://www.republika.co.id/berita/r16nl6409/pertamina-minta-warga-beralih-ke-solar-nonsubsidi

 

Investor Daily Indonesia | Selasa, 19 Oktober 2021

Pemerintah Perlu Menambah Kuota Solar Bersubsidi

Pemerintah perlu segera menambah kuota BBM jenis solar bersubsidi yang harus didistribusikan Pertamina. Hal ini untuk menjawab adanya kelangkaan yang sempat terjadi di hampir seluruh wilayah pulau Sumatera seperti di Aceh, Sumatera Utara, Jambi, Lampung dan beberpa provinsi lain, karena mulai tumbuhnya perekonomian pasca pembatasan yang kemarin dilakukan karena pandemic Covidl9. “Kementerian ESDM, Kementerian Keuangan dan BPH Migas harus segera bertindak cepat dengan segera menyetujui atau meminta kepada Pertamina menambah kouta solar subsidi dan kelebihan kouta tersebut akan di bayarkan dalam APBN 2022 sehingga tidak menimbulka kepanikan di masyarakat karena kelang- kaan ini” jelas Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan di Jakarta, Minggu (17/10). Menurut Mamit, patut disyukuri bahwa saat ini roda perekonomian kembali tumbuh setelah cukup lama dilakukan pembatasan oleh pemerintah. Hal ini menyebabkan terjadinya permintaan solar subsidi yang cukup signifikan sedangkan disisi lain solar subsidi itu dibatasi oleh kouta yang ditetapkan oleh BPH Migas. Disisi lain, Mamit mengatakan bahwa Pertamina dalam hal ini sub holding Pertamina Patra Niaga (PPN) menjaga agar sisa kouta yang ditetapkan oleh Pemerintah dan BPH Migas cukup sampai akhir tahun 2021 ini. “Pertamina pastinya akan menyesuaikan sisa kouta setiap propinsi agar tidak melebihi batas yang ditentukan. Pertamina tidak bisa serta merta menambah kouta tanpa ada persetujuan ataupun perintah dari Pemerintah dan juga BPH Migas untuk menambah jumlah solar subsidi yang beredar karena terkait dengan penggantian dana subsidi yang diterima oleh Pertamina” terang Mamit kembali. Selain itu, Mamit juga menyampaikan bahwa kenaikan harga CPO sepanjang 2021 ini bisa menjadi penyebab ketersediaan stock bbm solar subsidi terganggu. Hal ini disebabkan untuk bbm solar subsidi merupakan program solar B30. “Kenaikan harga CPO yang melejit sampai 75% jika dibandingkan tahun 2020 ikut mendorong kenaikan harga FAME sebagai bahan campuran B30 ini. Jadi, pemerintah harus membuat regulasi harga atau DM0 CPO untuk program biodiesel sehingga tidak menambah beban produksi bagi Pertamina jika harga FAME sedang mengalami kenaikan” ujar Mamit Mamit juga memberikan usulan saat harga FAME mengalami kenaikan, maka Pertamina bisa diberikan kelonggaran untuk menjual bbm solar subsidi murni tanpa di campur dengan FAME. “Ini semua demi kelancaran mobilitas kendaraan umum serta demi membantu perekonomian yang sudah mulai tumbuh ini. Jika nanti harga FAME sudah turun, maka Pertamina wajib kembali menjual bbm solar subsidi B30 ke masyarakat” demikian menurut Mamit.