Kampanye Positif Sawit, BPDPKS Rangkul Jurnalis

| Artikel
Bagikan Share on Facebook Share on Twitter Share on Whatsapp

Wartaekonomi.co.id | Kamis, 2 Juli 2020

Kampanye Positif Sawit, BPDPKS Rangkul Jurnalis

Pola komunikasi yang baik dan efektif sangat berguna untuk menyampaikan berbagai pesan dan informasi yang bermanfaat untuk masyarakat. Tak terkecuali, di industri sawit nasional. Sebagai produsen sawit terbesar di dunia, Indonesia kerap menjadi sasaran empuk atas gelombang pemberitaan negatif dari berbagai pihak terkait komoditas kelapa sawit. Kian terbuka luasnya akses informasi yang ada saat ini membuat masyarakat perlu memilah dan memilih lagi informasi dan pemberitaan yang didapatnya. Dalam hal ini, peran media massa dan para pelaku jurnalistik yang ada di dalamnya menjadi sangat penting untuk turut dirangkul agar memiliki pemahaman dan pengetahuan yang benar tentang komoditas sawit. Dengan pemahaman yang benar dan terverifikasi itulah, diharapkan, ke depan para jurnalis dapat ikut berperan aktif dalam menyebarkan kampanye positif terkait perkembangan industri sawit nasional. Berbekal pemikiran tersebut, Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) kembali menggelar Journalist Fellowship Program yang merupakan agenda rutin setiap tahunnya. Melalui acara ini, pihak BPDPKS ingin memberikan kesempatan bagi para jurnalis untuk dapat memperdalam pengetahuan, informasi, dan data-data yang dimilikinya terkait industri kelapa sawit. Dalam hal ini, pihak BPDPKS membuka kesempatan bagi seluruh insan jurnalistik Tanah Air untuk dapat berpartisipasi dengan mengirimkan proposal rencana penulisan yang telah disusunnya. Dari sana, telah ditentukan 10 jurnalis yang terpilih: Mutia Fauzia dari Kompas.com, Doni Hermawan dari IDN Times, Dina Angelina dari Kaltim Post, Muhammad Iqbal dari Riau24.com, Venny Suryanto dari Kontan.co.id, juga Eko Kurniawan dari Waspada.co.id, Tira Santia dari Liputan6.com, Yessi Artada dari JPNN.com, serta dua perwakilan dari Okezone.com dan juga Kumparan.com.

Selanjutnya, 10 jurnalis terpilih ini akan mengikuti proses pembekalan yang dilakukan secara virtual pada tanggal 29-30 Juni 2020. Sebagai pemateri dalam proses pembekalan adalah Ketua Dewan Pengawas BPDPKS, Rusman Heriawan, yang akan membahas tema “Peran BPDPKS dalam Mendukung Sawit Berkelanjutan”. Selain itu, ada Ketua Hubungan Lembaga & Internasional Dewan Pers, Agus Sudibyo, yang akan membahas “Nasionalisme Media dalam Mendukung Kebangkitan Perekonomian Nasional Melalui Industri Sawit”. Sementara itu, Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof. Yanto Santosa, akan membedah persoalan sawit dari aspek lingkungan. Selanjutnya, Plt. Asisten Deputi Perkebunan & Holtikultura Kementerian Koordinator Perekonomian, Muhammad Saifulloh, akan lebih banyak membahas tentang “Kontribusi Sawit bagi Perekonomian dan Ketahanan Energi Nasional”. Pembicara dari Bidang Sustainability Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Bandung Sahari, akan lebih menyoroti dari segi sustainability serta Ketua Harian Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi), Paulus Tjakrawan, yang akan lebih banyak berbagi tentang renewable energy. Berbekal materi yang didapat dari fase pembekalan, 10 jurnalis terpilih nantinya akan menyusun pemberitaan yang mendalam dan berkualitas tentang sawit yang bakal diterbitkan di medianya masing-masing. Dari sana, pihak BPDPKS akan menentukan tiga artikel terbaik dari masing-masing tiga tema/topik yang diperlombakan sebagai pemenang Journalist Fellowship Program 2020 untuk batch pertama. Selanjutnya, program akan dilanjutkan dengan penyelenggaraan batch kedua dan ketiga dengan tahapan program yang sama. Dengan demikian, secara keseluruhan pada tahun 2020 ini, BPDPKS bakal memiliki sembilan jawara (masing-masing tiga jawara setiap batch) dari gelaran Journalist Fellowship Program yang nantinya diharapkan dapat turut berperan aktif dalam menggaungkan kampanye positif di tengah masyarakat terkait industri kelapa sawit nasional.

https://www.wartaekonomi.co.id/read292838/kampanye-positif-sawit-bpdpks-rangkul-jurnalis

BERITA BIOFUEL

Liputan6.com | Kamis, 2 Juli 2020

Biaya Bangun Kilang Biodiesel Lebih Mahal Dibanding Konvensional, Ini Sebabnya

Perkembangan pembangunan biorefinery atau kilang biodiesel di Indonesia masih mengalami beberapa kendala. Salah satunya biaya yang cukup mahal jika dibanidngkan dengan pengembangan kilang konvensional. “Untuk perkembangan biorefinery ini ada beberapa hal yang menjadi faktor, sehingga kondisi capex dan opex lebih tinggi dibandingkan kita mengelola fossil fuel, atau konvensional fuel,” ujar VP Refining Business Development PT Kilang Pertamina International, Prayitno, Kamis (2/7/2020). Prayitno menyebutkan feedstock dari CPO mengandung TAN (Total Acid Number) lebih tinggi dibandingkan fosil, sehingga kualitas metallurgy equipment harus lebih tinggi. Adapun biorefinery atau kilang biodiesel ini mengacu pada eksplorasi biomassa untuk diproduksi menjadi bahan bakar, energi, dan bahan-bahan kimia yang digunakan dalam kehidupan. “Kedua, heat release lebih banyak. Jadi ketika suatu komponen direaksikan, akan menghasilkan panas di reaktornya itu lebih tinggi dibandingkan ketika kita mengolah fossil fuel. Kondisi demikian membutuhkan sistem recycle dan pendinginan di kilang itu lebih banyak,” jelas dia.

Kandungan Oksigen

Ketiga, kandungan oksigen di feed yang tinggi. Rantai kimia CPO mengandung oksigen, sehingga saat reaksi akan banyak melepas CO2 dan H2O yang mengharuskan penambahan sistem untuk menampung dan mengelola CO2 dan H2O. Terakhir, keempat, yakni kebutuhan hidrogen yang sangat besar. Pengolahan CPO menjadi green fuel memerlukan hidrogen yang jauh lebih besar dibandingkan mengolah fosil. Sehingga dibutuhkan H2 plant khusus untuk memasok kebutuhan hydrogen. “Hal-hal itu menyebabkan biorefinary ini memerlukan capex biaya investasi dan biaya dan biaya operasi atau opex yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan konsevnsional fuel,” tandasnya.

https://www.liputan6.com/bisnis/read/4294544/biaya-bangun-kilang-biodiesel-lebih-mahal-dibanding-konvensional-ini-sebabnya

Gridoto.com | Kamis, 2 Juli 2020

Mobil Diesel Pakai BBM Biodiesel B30, Perhatikan Filter Bahan Bakar

Setelah BBM (Bahan Bakar Minyak) Biodiesel B20, Pemerintah kembali menerapkan Biodiesel B30 sebagai program lanjutan dari Biodiesel B20. Sekedar informasi, Biodiesel B30 merupakan energi terbarukan dengan pencampuran solar dengan kandungan minyak kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO). Biodiesel B30 artinya sebanyak 30% minyak kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO), dan sebanyak 70% kandungan solar. PT. Daimler Commercial Vehicles Indonesia (DCVI) selaku agen pemegang merek (APM) kendaraan komersil Mercedes-Benz Indonesia, menyarankan untuk selalu perhatikan filter bahan bakar diesel, dan komponen lainnya yang berhubungan dengan BBM. Dengan cara monitor secara berkala sistem penyaringan bahan bakar, dan saringan pemisah air/water seperator di awal penggunaan B30. Selain itu juga bersihkan tangki bahan bakar secara berkali setiap 6 bulan sekali. Hal ini juga diungkapkan Tri Yuswidjajanto Zaenuri, Ahli Konversi Energi Fakultas Teknik dan Dirgantara Institut Teknologi Bandung.

https://otoseken.gridoto.com/read/342224604/mobil-diesel-pakai-bbm-biodiesel-b30-perhatikan-filter-bahan-bakar

Gridoto.com | Kamis, 2 Juli 2020

BBM Biodiesel B30 Telalu Lama Mengendap di Tangki, Awas Common-rail Rusak

Membiarkan BBM (Bahan Bakar Minyak) Biodiesel B30 yang terlalu lama mengendap di tangki mobil akan berdampak buruk pada injektor common-rail.  Mobil diesel modern seperti Toyota Fortuner, Innova, Mitsubishi Pajero Sport, Isuzu MU-X, Nissan Terra, dan sebagainya sudah menerapkan teknologi common-rail. Sekedar informasi, sistem common-rail memerlukan pengkabutan tekanan yang sangat tinggi, dan pengkabutan yang sempurna, untuk itu sistem common-rail butuh bahan bakar kualitas baik untuk mendapat kinerja mesin diesel yang maksimal. “Kalau common-rail, mulai dari injakan pedal gas, rpm mesin, panas mesin, dan sebagainya diatur oleh sensor, itu semua pakai ECM (Engine Control Module),”kata Iwan Abdurahman, Workshop Department Head Technical Service Division Toyota Astra Motor (TAM). Nah BBM (Bahan Bakar minyak) Biodiesel B30 merupakan energi terbarukan dengan pencampuran kandungan minyak kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO) sebanyak 30% dengan bahan bakar diesel atau solar sebanyak 70%. “Biodiesel B30 dirancang untuk menekan kadar sulfur yang tinggi di petrolium diesel atau diesel murni menggunakan metil ester asam lemak,” terang Tri Yuswidjajanto Zaenuri, Ahli Konversi Energi Fakultas Teknik dan Dirgantara Institut Teknologi Bandung. Namun yang menjadi perhatian di sini jika metil ester asam lemak atau FAME (Fatty Acid Methyl Ester) punya kecenderungan menarik uap air saat terjadi kondensasi di tangki bahan bakar, terutama jika sering kosong dan dibiarkan lama mengendap.

https://otoseken.gridoto.com/read/342224642/bbm-biodiesel-b30-telalu-lama-mengendap-di-tangki-awas-common-rail-rusak

Bisnis Indonesia | Jum’at, 3 Juli 2020

EMITEN SAWIT PENUH HARAP

Pandemi Covid-19 dan melorotnya harga minyak sawit mentah [crude palm oil/CPO) menjadi sentimen negatif yang menyelimuti emiten kebun pada semester 1/2020. Kini, sejumlah emiten bersiap menggenjot kinerja operasional sejalan dengan fase reopening ekonomi. Sepanjang Januari-Juni 2020, indeks saham yang menaungi emiten sektor agrikultur atau Jakagri mengalami koreksi 32,6%. Kinerjanya anjlok lebih dalam dari indeks harga saham gabungan (IHSG) yang terkoreksi 22,13% ke level 4.905,39 pada 30 Juni 2020. Dari 10 indeks sektoral, kinerja indeks Jakagri menjadi yang terburuk kedua setelah indeks sektor properti, realestat, dan konstruksi bangunan yang melorot 36,09% pada paruh pertama tahun ini. Terperosoknya indeks Jakagri tak terlepas dari laju harga minyak sawit. Di bursa berjangka Malaysia, harga CPO untuk kontrak September 2020 parkir di level 2.330 ringgit per ton pada Rabu (1/7). Merujuk data Bloomberg, secara year-to-date, CPO terkoreksi 21,08%. Pergerakan harga komoditas minyak nabati itu menjadi yang terburuk kedua di antara komoditas agrikultur lainnya setelah kopi yang anjlok 22,02% ytd.

Sementara itu, saham-saham penghuni indeks Jakagri mulai bermekaran dalam 3 bulan terakhir. Saham PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI), PT Eagle High Plantations Tbk. (BWPT), dan PT PP London Sumatra Indonesia Tbk. (LSIP), misalnya, menguat signifikan masing-masing 92,05 %, 59,65%, dan 61,11%. Dari sisi emiten, PT Sampoerna Agro Lestari Tbk. meyakini kinerja operasional dan pasar CPO pada semester 11/2020 akan lebih baik dari semester sebelumnya. Menurut Head of Investor Relations Sampoerna Agro Michael Kesuma, optimisme itu didasarkan pada prospek pertumbuhan permintaan CPO sejalan dengan pelonggaran lockdown di sejumlah negara importir, seperti China dan India. Pada awal pekani ini, Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur China naik menjadi 50,9 dari 50,6 bulan sebelumnya, sedangkan PMI nonmanufaktur meningkat menjadi 54,4. Produsen CPO, imbuhnya, telah melewat masa paling berat pada semester 1/2020 saat harga minyak sawit anjlok ke level 1.946 ringgit per ton akibat terpukul pandemi Covid-19. Sejauh ini, Michael menilai belum ada katalis negatif yang berisiko kembali menekan harga CPO ke bawah level 2.000 per ton. “Kami optimistis harga CPO akan terus bertahan di level sekarang [2.300 ringgit per ton] tidak terlalu tinggi tapi juga tidak terlalu rendah,” katanya kepada Bisnis, Kamis (2/7).

Selain pelonggaran lockdown yang berpotensi menggairahkan ekspor CPO, momentum Hari Raya Diwali di India dan kelanjutan program biodiesel B30 di Indonesia menjadi sentimen positif bagi industri Kelapa Sawit pada semester 11/2020. “Kami bahkan lebih optimistis lagi dengan program B30 karena serapan menjadi terjaga. Selain itu, pemerintan juga kemungkinan akan melanjutkannya dengan B40 pada tahun depan,” imbuhnya. Di sisi operasional, Michael menambahkan emiten berkode saham SGRO itu bakal mengejar target volume produksi CPO sebanyak 388.929 ton pada 2020. Hingga 30 Juni 2020, perseroan hanya merealisasikan 40% dari target Kami optimistis harga CPO akan terus bertahan di level sekarang. produksi lantaran siklus panen yang rendah diikuti oleh pandemi virus corona. “Produksi akan bergeser ke semester II dengan kemungkinan 60% dari total produksi,” tuturnya. Dalam kesempatan terpisah, PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk. (SSMS) memperkirakan kinerja semester 11/2020 bakal moncer seiring dengan penambahan produksi dan efisiensi. Direktur Utama Sawit Sumbermas Sarana Vallauthan Sub-raminam mengatakan mayoritas produksi crude Palm Oil (CPO) bakal terjadi pada semester n/2020. Dengan begitu, dia memprediksikan kinerja paruh kedua akan membaik. “Produksi kami pada Semester 1/2020 biasanya hanya 40% dan paruh kedua naik menjadi 60 persen. Kami melihat beberapa kebun di Malaysia bakal menurun begitu juga dengan perusahaan disini,” katanya, Senin (29/6). Vallauthan mengatakan SSMS bakal mempertahankan produksi sehingga menghasilkan laba yang baik. Tahun ini, SSMS mengincar produksi buah sebanyak 1,72 juta ton dengan produksi CPO sebanyak 600.000 ton pada akhir tahun.

BEBAN POKOK

Sampai dengan Mei, produksi tandan buah segar (TBS) SSMS sudah mencapai 784.165 ton atau 45,59% dari target. Sementara itu, untuk produksi CPO perseroan sebesar 180.374 ton atau 30,06% dari target produksi. “Kami akan berupaya memper- tahankan cost of good sold [COGS] US$250 per ton sehingga kami masih mendapatkan keuntungan. Terkecuali, bila harga turun sampai level 1.000 ringgit per ton itu baru akan menjadi masalah,” katanya. Direktur Sawit Sumbermas Sarana Ramzi Sastra menambahkan kinerja perseroan bakal terbantu dengan program biodiesel B30 dan dampak positif dari pengenaan pungutan ekspor sebesar US$55 per ton CPO. Pasalnya, pasar dalam negeri bakal menyerap lebih besar sehingga pasar tidak kebanjiran produksi. “Meskipun panen raya dan pandemi produsen domestik dapat mengontrol harga supaya tidak kelebihan produksi,” katanya. Sementara itu, VP of Communications PT Astra Agro Lestari Tbk. Tofan Mahdi mengatakan bahwa dalam bisnis komoditas, harga adalah faktor yang tidak bisa dikendalikan sehingga perseroan harus siap dengan kondisi harga seperti apapun. “Yang pasti, produktivitas tanaman terus ditingkatkan dan perusahaan akan melakukan efisiensi di semua lini operasional,” ujar Tofan. Berdasarkan laporan keuangan, emiten berkode saham A AT J itu mencetak laba bersih sebesar Rp371,06 miliar pada kuartal 1/2020. Capaian itu melesat 891,37%dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya Rp37,41 miliar. Kenaikan profitabilitas itu sejalan dengan meningkatnya pendapatan sebesar 13,33% menjadi Rp4,79 triliun. Di sisi lain, Dewan Minyak Sawit Malaysia memprediksi harga CPO akan mencapai puncak 2.594 ringgit per ton pada paruh kedua 2020. Adapun, rerata harganya diestimasi 2.337 ringgit per ton pada tahun ini. Hal itu didukung jika Indonesia dan Malaysia melanjutkan mandat pencampuran biodiesel sesuai rencana, dan produksi minyak biji-bijian Eropa melemah sehingga membuka jalan bagi pembeli untuk beralih ke minyak sawit.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *