Kementerian ESDM: Minyak Jelantah untuk Biodiesel Hemat Biaya 35 Persen

| Berita
Bagikan Share on Facebook Share on Twitter Share on Whatsapp

Wartaekonomi.co.id | Senin, 19 April 2021

Kementerian ESDM: Minyak Jelantah untuk Biodiesel Hemat Biaya 35 Persen

Indonesia merupakan negara konsumen minyak kelapa sawit paling besar di dunia yakni mencapai 16,2 juta kiloliter per tahun atau sekitar 20 persen dari total konsumsi minyak sawit dunia. Dengan tingkat konsumsi tersebut, Indonesia berpotensi menghasilkan minyak jelantah sebanyak 3 juta kiloliter yang dapat digunakan untuk memenuhi 32 persen kebutuhan biodiesel nasional. “Potensi jelantah sebesar 3 juta kiloliter per tahun akan dapat memenuhi 32 persen kebutuhan biodiesel nasional,” kata Subkoordinator Keteknikan Bioenergi Kementerian ESDM, Hudha Wijayanto dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu (17/4/2021). Lebih lanjut Hudha menjelaskan, terdapat dua prinsip utama yang harus dipenuhi apabila ingin menjadikan minyak jelantah sebagai bahan baku biodiesel.  Pertama, kualitas minyak jelantah harus mencapai standard spesifikasi biodiesel. Kedua, minyak jelantah harus memiliki nilai keekonomian tinggi dan dapat diimplementasikan. Engagement Unit Manager Traction Energy Asia, Ricky Amukti menuturkan, keberadaan minyak jelantah sebagai bahan bakar biodiesel memberikan dampak positif bagi lingkungan dan kesehatan. “Minyak jelantah yang dibuang sembarangan akan berpengaruh langsung terhadap lingkungan hidup,” kata Ricky.   Ricky juga menambahkan, penggunaan biodiesel dari minyak jelantah akan menekan jumlah emisi gas karbondioksida. Selain itu, pemanfaatan minyak jelantah juga mampu menghemat biaya hingga 35 persen dibandingkan menggunakan biodiesel dari minyak kelapa sawit. Berdasarkan analisa Kementerian ESDM, biodiesel berpotensi mengurangi 91,7 persen emisi karbon dibandingkan solar, sehingga bahan bakar jenis ini dinilai lebih ramah lingkungan dibandingkan energi fosil. “Jika memanfaatkan jelantah, kita tak perlu mengganti hutan dengan perkebunan kelapa sawit, yang justru berpotensi meningkatkan emisi karbon,” kata Ricky.

https://www.wartaekonomi.co.id/read337584/kementerian-esdm-minyak-jelantah-untuk-biodiesel-hemat-biaya-35-persen

Republika.co.id | Senin, 19 April 2021

Impor Solar Melonjak pada Maret, ESDM: Volume Masih Terjaga

BPS mencatat ada kenaikan impor minyak dan BBM pada Maret 2021 ini. Salah satu yang besar adalah impor High Speed Diesel (HSD) atau solar yang cukup besar sebesar 283,59 ribu ton. Kementerian ESDM menilai kenaikan ini wajar terjadi dan pemerintah berkomitmen untuk menjaga volume impor selama tahun 2021 ini. Direktur Pembinaan Usaha Hilir Migas Kementerian ESDM Soerjaningsih menjelaskan angka impor bulanan memang sangat wajar terlihat naik dan turun secara signifikan. Hanya saja, menurut Soerja, ESDM berkomitmen untuk menjaga volume impor selama tahun 2021 ini. “Angka impor bulanan memang terlihat naik dan turun. Ini wajar terjadi karena tergantung pada jadwal kapal kapan masuk dan mengantarkan produk impor tersebut. Tetapi secara volume masih terkendali,” ujar Soerja kepada Republika.co.id, Senin (19/4). Dari sisi konsumsi, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana menjelaskan konsumsi biodiesel kuartal I 2021 sebesar 2 juta kiloliter. Angka ini masih lebih rendah dibandingkan konsumsi biodiesel pada tahun 2020 sebesar 2,3 juta kiloliter. “Konsumsi biodiesel dalam kuartal I masih sedikit di bawah target, lebih rendah dari kuartal pertama 2020. Tahun 2020 kuartal I itu sebesar 2,3 juta KL, kuartal I 2021 sebesar 2,0 juta KL,” ujar Dadan. Sedangkan menurut Pertamina, konsumsi rerata diesel pada kuartal pertama tahun ini masih minus dibandingkan kuartal pertama tahun lalu. Coorporate Secertary Pertamina Patra Niaga, Putut Andrianto menjelaskan konsumsi diesel pada kuartal pertama tahun ini sebesar 38,161 kiloliter per hari. Sedangkan pada kuartal pertama tahun lalu sebesar 40.822 kiloliter per hari. “Jika untuk perbandingan konsumsi diesel masih mines 6,5 persen,” ujar Putut kepada Republika.co.id. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kenaikan impor minyak mentah dan produk minyak naik signifikan pada Maret 2021 kemarin. Kenaikannya impor dibandingkan Februari 2021 bahkan mencapai 74,7 persen. Salah satu pendongkrak penambahan impor minyak secara total di Maret kemarin karena adanya penambahan impor High Speed Diesel (HSD). Tercatat, kenaikan impor HSD mencapai 283,59 ribu ton atau Naik 83,82 persen dibandingkan realisasi impor bulan Februari sebanyak 154,28 ribu ton.

https://www.republika.co.id/berita/qrsotj370/impor-solar-melonjak-pada-maret-esdm-volume-masih-terjaga

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *