Limbah Sawit, Kulit Udang, dan Kulit Kacang Jadi Hand Sanitizer

| Artikel
Bagikan Share on Facebook Share on Twitter Share on Whatsapp

Berita Sawit | Minggu, 5 April 2020

Wabah virus corona (Covid-19) yang merebak seluruh dunia menyebabkan kebutuhan masker dan pembersih tangan (hand sanitizer) terus meningkat. Beberapa wilayah pun kesulitan pasokan hand sanitizer karena ketersediaannya yang sangat terbatas. Sebenarnya ada berbagai cara memproduksi hand sanitizer dari sejumlah bahan baku seperti daun sirih, lidah buaya, alkohol, dan beberapa material tradisional lainnya. Belakangan, ada sejumlah penelitian dan memproduksi secara terbatas hand sanitizer dari berbagai limbah yang sudah dibuang. Kajian itu dilakukan jauh sebelum hand sanitizer dibutuhkan banyak kalangan. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melalui Pusat Penelitian Kimia membuat hand sanitizer sendiri untuk keperluan internal di institusinya. Deputi Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI, Agus Haryono di Jakarta, pada pertengahan Maret 2020 lalu, mengatakan pihaknya memproduksi dari formulasi senyawa alkohol, gliserin, ditambahkan ekstrak rempah pala dan cengkeh Indonesia yang sekaligus berfungsi sebagai pengharum, selain bersifat anti mikroba.

Pada Oktober 2019, pihaknya sudah melakukan uji coba produksi dari bioetanol generasi dua dengan bahan baku limbah tandan kosong kelapa sawit. Hasil bioetanol ini kemudian digunakan untuk membuat hand sanitizer. “Ternyata, bioetanol cocok dan bagus digunakan sebagai bahan baku hand sanitizer,” terangnya. Tidak hanya LIPI, sejumlah mahasiswa Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Negeri Gorontalo (UNG) memproduksi bio hand sanitizer yang dikembangkan dari kulit udang. Melalui Program Technopreneurship, Anggun Sasmita bersama teman-teman Jurusan Kimia memproduksinya karena keterbatasan hand sanitizer akibat virus corona. Menurut Anggun, seperti ditulis Gopos.id, bahan dasar hand sanitizer dari limbah kulit udang windu memiliki khasiat sebagai antibakteri. “Bahan dasar atau bahan utamanya adalah limbah kulit udang windu yang telah melalui beberapa tahapan (proses) kimia hingga menjadi kitosan,” ungkap Anggung, Selasa (17/3). Anggun menjelaskan bio hand sanitizer kitosan ini telah diuji antibakterinya menggunakan bakteri e.coli dan sthapylococus aures. Dekan FMIPA UNG yang juga pembimbing kajian itu, Prof. Astin mengungkapkan, bio hand sanitizer tersebut tergolong aman untuk digunakan karena bahan dasarnya adalah kitosan dari udang.

Sebelum diteliti UNG, pada Oktober 2018 lalu, tiga mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) juga sudah berhasil mengubah kulit udang menjadi hand sanitizer. Kajian ilmiah itu meraih juara II dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) PSP SCIPERTION (Sciencetific Paper Competition) di Universitas Hasanudin, Makassar. Mereka adalah Dwi Puspita Ria, Bunga Mega Aprilia, dan Ayi Warmia yang juga mahasiswa dari departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (PSP), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB. Idenya ketika melihat hand sanitizer dari alkohol yang sudah ada namun masih memiliki kekurangan dan memiliki efek samping. Maka dibuatlah hand sanitizer liquid dari limbah kulit udang yang memiliki banyak keunggulan dibanding yang sudah ada. “Karya tulis yang kita angkat itu mengenai kesehatan dan lingkungan. Lalu, kita mengangkat hand sanitizer liquid dari limbah kulit udang. Jika memakai kulit udang, lebih sehat dan tanpa efek samping,” kata Dwi Puspita Ria seperti ditulis Limbahnews.Dikatakan, hand sanitizer limbah kulit udang ini ditujukan untuk masyarakat umum, namun lebih dikhususkan untuk masyarakat pesisir yang masih rendah tingkat kesehatannya. Selain itu masyarakat pesisir mudah mendapatkan bahan baku dan cara pembuatan yang relatif mudah serta aplikatif untuk skala rumah tangga.

Limbah Kulit Kacang

Selain peneliti dan mahasiswa, pelajar SMA Muhammadiyah 1 Babat (SMA MUH1BA), Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, juga mampu memproduksi hand sanitizer dari limbah kulit kacang. Adalah Kartika Merdeka Wati Mulyono, Salwa Asrofil, dan Nadhiro yang memunculkan ide kreatif membuat pembersih tangan karena melihat tumpukan limbah kulit kacang yang terbuang sia-sia. “Kami melihat sekitaran babat, banyak limbah kulit kacang terbuang sia-sia,” kata Kartika pada Oktober 2017 lalu. Limbah kulit kacang ternyata mengandung senyawa terpenoid, flavonoid, dan asam fenolik. Menurut Kartika, dari beberapa referensi diketahui apabila kulit kacang mengandung banyak senyawa yang memiliki aktivitas anti bakteri. Setelah tercetus membuat hand sanitizer dari kulit kacang, lalu mencari bahan pelengkap yang tak mengandung efek samping. Kulit kacang itu lalu dipadukan dengan lidah buaya, yang mengandung saponin dan kulit jeruk nipis yang mengandung minyak atsiri, yang sekaligus digunakan sebagai pewangi. Proses produksipun sangat sederhana dan tidak menggunakan mesin.

https://www.beritasatu.com/nasional/616913/limbah-sawit-kulit-udang-dan-kulit-kacang-jadi-hand-sanitizer