Malaysia Effect Picu Harga CPO Naik 3,5% Dekati RM 2.100/Ton
CNBCIndonesia.com | Minggu, 17 Mei 2020
Harga minyak sawit mentah (CPO) menguat di pekan ini dan mendekati level 2.100 ringgit (RM) per ton. Meski demikian, minyak nabati ini masih berada di dekat level sejak Juli 2019 lalu. Malaysia yang membabat habis bea ekspor menjadi pemicu penguatan CPO di pekan ini. Perdagangan di Bursa Derivatif Malaysia libur di hari Senin (11/5/2020) sehingga perdagangan pertama pekan ini dimulai pada Selasa (12/5/2020). Di perdagangan pertama tersebut harga CPO kembali turun ke bawah RM 2.000/ton setelah Reuters melaporkan India menangguhkan 39 izin impor minyak sawit olahan setelah terjadi lonjakan impor minyak sawit olahan dari Nepal dan Bangladesh yang bukan merupakan produsen minyak sawit. “Semua 39 lisensi untuk impor minyak kelapa sawit akan segera ditangguhkan,” tulis sebuah surat edaran pemerintah yang diterima Reuters. India, importir minyak nabati terbesar di dunia, memasukkan minyak sawit olahan dan palm olein pada daftar barang-barang terlarang pada 8 Januari, meskipun New Delhi kemudian mengeluarkan izin untuk mengimpor lebih dari 1,1 juta ton minyak sawit olahan dari Indonesia, Nepal dan Bangladesh. Setelahnya, CPO perlahan bangkit sebelum akhirnya melesat tajam pada perdagangan Jumat (15/5/2020). Dalam sehari, CPO menguat 2,95% ke RM 2.091/ton. Meski demikian, posisi tersebut masih belum jauh dari level terendah sejak Juli tahun lalu yang RM 1.939/ton yang disentuh pada Rabu (6/5/2020).
Kenaikan harga CPO terjadi setelah Malaysia menetapkan bea ekspor CPO sebesar 0% untuk Juni 2020. Mengutip Reuters dari keterangan Dewan Minyak Sawit Malaysia (MPOB) bea ekspor dibabat habis untuk Juni dari sebelumnya 4,5% pada Mei 2020. Produsen dan pengekspor minyak sawit terbesar kedua di dunia mematok harga CPO acuan pada 2.122,77 ringgit per ton. Harga minyak sawit Malaysia acuan telah anjlok lebih dari 30% sejak awal tahun Selama masa pandemi Covid-19 permintaan terhadap minyak nabati menurun akibat tutupnya restoran dan pembatasan mobilitas publik. Anjloknya harga minyak mentah dunia juga berakibat pada kurang ekonomisnya penggunaan minyak sawit untuk bahan baku biodiesel. Sehingga hal ini berpengaruh pada permintaan CPO untuk bahan bakar. “Jatuhnya harga minyak mentah juga membuat biodiesel dari CPO menjadi kurang kompetitif,” kata presiden Asosiasi Biodiesel Malaysia (MBA) U.R. Unnithan. Dia mengatakan mandat biodiesel di negara-negara penghasil utama sawit yaitu Indonesia dan Malaysia sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya penumpukan stok di tengah penurunan ekspor. Malaysia sebagai produsen terbesar kedua dunia menunda adopsi mandat B20 nasional (biodiesel dengan campuran minyak kelapa sawit 20%) bulan lalu, karena pembatasan. Sementara itu, Indonesia juga telah mengisyaratkan rencana untuk menunda mandat B40 dan melanjutkan dengan konten 30%. Sementara itu kabar baik lain yang juga membuat harga CPO punya tenaga untuk menguat hari ini adalah ekspor Malaysia yang diperkirakan naik. Menurut survei yang dilakukan oleh Amspec Malaysia, ekspor minyak sawit Malaysia hingga pertengahan bulan ini naik 7,1% dibanding periode yang sama bulan lalu ke 471,437 ton.