Permintaan Methanol Menurun

| Artikel
Bagikan Share on Facebook Share on Twitter Share on Whatsapp

Bisnis.com | Senin, 18 Mei 2020

Pelaku industri petrokimia hulu permintaan methanol menurun karena kebutuhan akan biodiesel dinilai juga melandai. Belum lagi, harga solar tanpa campuran atau B0 saat ini menjadi lebih murah dibandingkan dengan harga bahan bakar nabati. Ketua Umum Asosiasi Kimia Dasar Anorganik (Akida) Michael Susanto Pardi mengatakan secara umum kebutuhan methanol dalam negeri sekitar 1,1 juta ton. Kebutuhan methanol paling besar masih di dominasi untuk produksi Biodiesel dan selebihnya antara lain formadehyde, cat, dan thinner. “Angka kebutuhan tersebut kemungkinan tahun ini akan terkoreksi oleh faktor turunnya harga minyak bumi dan krisis akibat Covid-19,” katanya kepada Bisnis, Senin (18/5/2020). Namun, Michael mengemukakan dalam keadaan normal investasi gasifikasi batu bara yang telah dirilis Grup Bakrie tentu akan mendukung kebutuhan methanol untuk industri Biodiesel. Pasalnya, saat ini produsen lokal tidak mampu memenuhi kebutuhan tersebut. Selain itu, produk impor juga harus bersaing dengan kebutuhan China dan negara lainnya. Michael menyebut saat ini produsen methanol di indonesia hanyalah PT Kaltim Methanol Indonesia. Perusahaan yang terletak di Bontang, Kalimantan Timur itu pun hanya memiliki kapasitas sebesar 660.000 ton per tahun. Adapun Michael melanjutkan, menurut data dari Kaltim Methanol, distribusi untuk lokal kira-kira hanya 350.000 ton dalam kondisi normal. Sementara itu, industri sedang high inventory karena ekspor melambat.

“Indonesia pada sebelum Covid-19, memang kurang kapasitas domestik dan secara regular impor dari Malaysia atau Timur Tengah, sedangkan Kaltim Methanol sendiri biasanya ada kewajiban untuk ekspor,” ujarnya. Meski demikian, dilihat secara jangka panjang, lanjut Michael, semestinya pembangunan pabrik methanol di Indonesia bagus untuk mendukung program pemerintah B50 dan lainnya. Namun, tentunya akan mempertimbangkan faktor harga minyak dunia. Sementara itu, Sekretaris Jenderal Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Rizal Tanzil Rakhman mengatakan kebutuhan methanol untuk industri tekstil dan produk tekstil (TPT) tidak besar. Bahan tersebut hanya digunakan pada proses bantu celup atau finishing. “Kalau untuk bahan bakar kami masih batu bara yang utama, methanol tidak besar dibutuhkan tetapi kalau ada subtitusan batu bara maka akan lebih signifikan dibutuhkan,” ujarnya.

https://ekonomi.bisnis.com/read/20200518/257/1242077/permintaan-methanol-menurun