Pertamina energy transitions featured at B20 sustainability summit

| Berita
Bagikan Share on Facebook Share on Twitter Share on Whatsapp

The Jakarta Post | Senin,11 September 2023

 

Pertamina energy transitions featured at B20 sustainability summit

State-owned energy company Pertamina continues to support Indonesia\’s energy transition through the development of technological innovations to decarbonize their operations and increase capacity from renewable sources. Some of these innovations were presented during the B20 Sustainability Summit in New Delhi on Aug. 23 and the Bloomberg New Energy Finance (BNEF) on Aug. 24 and 25. Pertamina Research and Technology Innovation Senior Vice President Oki Muraza explained at the B20 Sustainability Summit that Pertamina has been focusing on Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS/CCS) technology development, which captures CO2 emissions before they are released into the atmosphere. “Pertamina has taken the initiative to implement CCS or CCUS through CO2 injection technology, first applied at the Jatibarang Field in West Java. This technology could enhance oil and natural gas production through CO2-EOR while significantly reducing greenhouse gas emissions,” Oki said at the B20 Sustainability Summit. Regarding renewables, meanwhile, Oki spoke about Pertamina\’s bio-refineries that can produce environmentally friendly fuels such as HVO (hy-drotreated vegetable oil), Green Gasoline, Green Diesel and Green AvturJ2. These refineries are also able to process derivatives and waste from other commodities such as Refined, Bleached and Deodorized Palm Oil (RBDPO), which is a derivative of crude Palm Oil (CPO), and used cooking oil (UCO). The Pertamina Group has eight initiatives as part of their green transition strategy, in-eluding to expand the company\’s palm oil-based biofuels, to develop the biomass project to include biogas and bioeth-anol, to continue developing geothermal capacity, to utilize geothermal energy for green hydrogen generation and to increase collaborations with other state-owned enterprises (SOEs) such as Inalum, Antam and PLN to develop electric vehicle (EV) batteries. The other initiatives are to optimize gas utilization by developing and integrating gas infrastructure, to increase renewable energy in the national energy mix such as through the implementation of solar power plants and to continue utilizing the Circular Carbon Economy approach, such as the installation of CCUS or CCS technology. However, notable obstacles threaten the success of Pertamina\’s initiatives. Among them has been the continuous increase of global energy prices, which has diversely impacted Indonesia\’s energy transition by disrupting energy security and resilience. By design, energy transition initiatives require a certain level of energy resilience because the energy supply is affected for the duration of the transition. “So, we must strive to enhance our energy resilience while working to achieve sustainability goals. How can we reduce emissions and increase the volume of green energy businesses, environmentally friendly electricity and more,” explained Oki. Pertamina has been actively addressing this challenge by forging partnerships with international businesses. In one example, Pertamina\’s collaboration with Japan played a part in implementing CCUS through CO2 Injection technology in the Jatibarang Field and the Sukowati Field. This success shows that international cooperation can substantially support the nation- al energy transition effort. In the future, Pertamina hopes to further enhance and extend its collaborative initiatives. At the same event, Oki also spoke about another way to secure the national energy transition, namely community involvement through promoting, micro, small and medium enterprises (MSMEs). As a country where MSMEs contribute significantly to the national economy, Indonesia cannot exclude their participation in low-carbon energy development. As part of Pertamina\’s eight initiatives to decarbonize its operations and support renewable development, the state-owned energy company has also been supporting the MSMEs sector through programs such as Desa Energi Berdikari. In his presentation, Oki highlights that energy independence for MSMEs is important because they play a significant role in employment, underscoring their vital role in accelerating the energy transition. In the future, Pertamina hopes that the company\’s programs, which involve communities, generate employment opportunities, increase rural incomes and subsequently achieve a Nature-Based Solutions guided energy transition, can serve as an energy transition role model.

Kompas | Senin,11 September 2023

Ketergantungan pada Impor Perlu Dikurangi

Indonesia kian penting untuk mengurangi ketergantungan pada impor minyak mentah ataupun bahan bakar minyak. Salah satunya dengan mengoptimalkan pemanfaatan bahan bakaf nabati. Pasalnya, saat ini harga minyak mentah sudah menyentuh level 90 dollar AS per barel atau yang tertinggi sejak November 2022. Kenaikan harga minyak mentah dunia itu menjadi alarm bagi Indonesia yang masih bergantung pada impor minyak mentah dan bahan bakar minyak (BBM). Dari total konsumsi BBM nasional, sebanyak 60 persen dipenuhi lewat impor dalam bentuk minyak mentah ataupun bahan bakar. Padahal, kebutuhan akan energi (BBM) di Indonesia terus meningkat. “Tentu akan ada koreksi harga (BBM eceran) akibat hal tersebut Sebagai antisipasi, Indonesia perlu mengurangi ketergantungan terhadap impor minyak. Program biofiiel (bahan bakar nabati) seperti biodiesel dan bioetanol dapat mendukung hal tersebut secara jangka panjang,” ujar Direktur Eksekutif Energy Watch Daymas Arangga saat dihubungi di Jakarta, Minggu (10/9/2023). Dalam mengoptimalkan pemanfaatan BBM, untuk gasoil, saat ini solar B35 atau pencampuran solar murni dengan biodiesel sebanyak 35 persen sudah diterapkan di tingkat nasional. Sementara pencampuran gasolin (bensin) dengan bioetanol 5 persen (E5) sudah diperkenalkan ke pelanggan, tetapi baru tersedia di 17 stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di Jakarta dan Surabaya, Jawa Timur. Pemerintah juga berupaya meningkatkan produksi minyak mentah di tengah penurunan produksi secara alamiah mengingat sumur-sumur migas yang sudah tua (mature). Itu, antara lain, dengan pengeboran sumur pengembangan dan sumur eksplorasi. Apabila saat ini produksi siap jual (lifting) minyak sekitar 667.000 barel per hari, pada 2030 ditargetkan mencapai 1 juta barel per hari. Menurut Daymas, perlu upaya lebih keras dalam mewujudkan target tersebut, terutama dari sisi eksplorasi. “Di satu sisi, kegiatan eksplorasi memang memiliki risiko tinggi. Namun, pemerintah perlu mengambil risiko ini dengan segala miti-gasinya demi pencapaian target produksi 1 juta barel per hari pada 2030,” tuturnya. Di samping itu, kepastian hukum juga dinilai penting demi menarik investasi dalam pengembangan hulu migas di dalam negeri. Revisi Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi selama belasan tahun belum juga tuntas. Adapun akhir Agustus 2023, Badan Legislasi DPR menggelar rapat dengan pemerintah dalam rangka harmonisasi revisi UU itu. Pada Jumat (8/9), Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengakui sebagian kebutuhan BBM dalam negeri mesti dipenuhi lewat impor. “Memang enggak ada sumber lain lagi, harus beli dari situ (impor). Nanti (harga) pertamax-nya akan tinggi. Pertalite akan dipakai lagi (masyarakat beralih),” ucapnya. Terkait laju harga minyak dunia. Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Turuka Ariadji mengemukakan, pihaknya terus memantau pergerakan harga. Prediksi harga minyak, menurut dia, tak melulu naik. Potensi harga minyak menjadi turun atau lebih rendah tetap ada.1 Kontribusi Blok Rokan Salah satu dukungan peningkatan produksi minyak dalam negeri datang dari Blok Rokan, Riau, yang dikelola PT Pertamina Hulu Rokan (PHR). Awal September 2023, Lapangan Petani di Kabupaten Bengkalis, salah satu lapangan di Blok Rokan, menghasilkan minyak sebanyak 10.000 barel per hari atau meningkat dari 2021 sejak alih kelola (dari PT Chevron Pacific Indonesia ke Pertamina) yang produksinya sebanyak 4.000 barel per hari. Executive Vice President Upstream Business PT PHR Edwil Suzandi dalam keterangannya. Sabtu (9/9), mengatakan, peningkatan itu dihasilkan dari pengeboran paket pengembangan Sumatera Light Oil (SLO) Optimasi Pengembangan Lapangan-lapangan (OPLL) Stage-!. Di samping itu, laju penurunan based production juga dapat ditahan. “Kesuksesan pada paket pengembangan tahun 2022-2023 diharapkan diteruskan pada paket pengembangan OPL Petani Stage-2 dengan dukungan pemangku kepentingan internal dan eksternal,” ujar Edwil. Peningkatan produksi di Lapangan Petani itu melanjutkan tren positif produksi di Blok Rokan. Sebelumnya, pada Rabu (9/8) atau tepat dua tahun alih kelola Blok Rokan, capaian produksi minyak di blok itu sebanyak 172.000 barel per hari. Angka itu merupakan yang tertinggi sejak alih kelola