Pertamina Sukses Ekspor Bioavtur ke Virgin Australia

| Artikel, Berita
Bagikan Share on Facebook Share on Twitter Share on Whatsapp
Pertamina Sukses Ekspor Bioavtur ke Virgin Australia. Sumber: Kompas Money

PT Pertamina (Persero) terus mengukuhkan posisinya di kancah global dengan memperluas pasar produk bioavtur mereka, Sustainable Aviation Fuel (SAF). Perusahaan energi pelat merah ini berhasil menjual SAF ke Virgin Australia Airlines. Airlines ini menjadi maskapai internasional pertama yang menggunakan SAF dari Aviation Fuel Terminal (AFT) di Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali. Sekitar 160 kiloliter (KL) SAF disalurkan Pertamina. SAF disalurkan ke dua penerbangan pesawat Boeing 737 milik Virgin Australia. Dilakukan pada 18-19 September 2024, dalam rangkaian Bali International Airshow.

Penyaluran Bioavtur Pertama di Indonesia

Penyaluran SAF ini menandai tonggak penting bagi Indonesia dalam industri penerbangan global. Direktur Pemasaran Pusat dan Niaga PT Pertamina Patra Niaga, Maya Kusmaya, mengatakan bahwa langkah ini menunjukkan kemampuan Indonesia untuk beradaptasi dengan tuntutan bauran energi yang lebih ramah lingkungan di sektor penerbangan internasional. Ini juga mencerminkan komitmen Pertamina untuk mendukung penerbangan yang lebih berkelanjutan. Mengingat SAF merupakan salah satu solusi untuk mengurangi jejak karbon dalam jangka menengah.

Menurut Maya, SAF yang disalurkan Pertamina sudah mengikuti framework sertifikasi internasional, seperti International Sustainability and Carbon Certification (ISCC) dan Carbon Offsetting and Reduction Scheme for International Aviation (CORSIA). Sertifikasi ini penting untuk memastikan bahwa SAF dapat digunakan di penerbangan internasional. Selain itu, diklaim sebagai bagian dari upaya pengurangan emisi karbon.

Solusi Ramah Lingkungan untuk Masa Depan Penerbangan

SAF menjadi solusi ideal bagi industri penerbangan. Manfaatnya mengurangi emisi karbon tanpa perlu melakukan perubahan besar pada infrastruktur bandara, pesawat, atau rantai pasokan bahan bakar jet. SAF yang diproduksi Pertamina adalah perpaduan 38,43 persen synthetic kerosene yang berasal dari minyak jelantah (used cooking oil, UCO), dan 61,57 persen bahan bakar avtur yang berasal dari fosil. Kombinasi ini membantu mengurangi emisi karbon dari bahan bakar fosil yang selama ini digunakan oleh industri penerbangan.

SAF yang digunakan juga telah memenuhi standar internasional yang diatur oleh American Society of Testing and Materials (ASTM). Menjadikannya aman dan layak digunakan dalam penerbangan komersial internasional. Pertamina memastikan bahwa SAF mereka merupakan bagian dari Corsia Eligible Fuel (CEF). Yang mana dapat diklaim kepada International Civil Aviation Organization (ICAO). Hal ini tentunya memperkuat posisinya sebagai solusi bahan bakar ramah lingkungan.

Kolaborasi Indonesia dan Australia Menuju Net Zero Emission

Kolaborasi antara Pertamina dan Virgin Australia Airlines juga menandai kerja sama internasional untuk mencapai target Net Zero Emission di kedua negara. General Manager Sustainability Virgin Australia, Fiona Walmsley, menyatakan bahwa kerja sama ini adalah langkah awal dalam mewujudkan sektor penerbangan yang lebih berkelanjutan dan bersih. Indonesia dan Australia berkomitmen untuk mengurangi jejak karbon dan menghadirkan solusi inovatif yang ramah lingkungan di sektor aviasi.

Walmsley menambahkan bahwa kolaborasi ini tidak hanya memperkuat hubungan antara kedua negara. Tetapi juga menunjukkan tekad untuk membangun masa depan yang lebih hijau bagi industri penerbangan. Langkah ini sejalan dengan target global untuk mengurangi emisi karbon dan meningkatkan penggunaan energi terbarukan di berbagai sektor, termasuk penerbangan.

Dengan keberhasilan penyaluran SAF ke Virgin Australia Airlines, PT Pertamina telah menunjukkan bahwa Indonesia mampu bersaing di pasar bahan bakar ramah lingkungan secara global. Ini merupakan langkah penting menuju penerbangan yang lebih berkelanjutan dan berkontribusi pada pencapaian target Net Zero Emission di Indonesia dan Australia. Kolaborasi ini membuka peluang lebih besar bagi pertumbuhan industri bioavtur. Selain itu, memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain utama dalam solusi energi terbarukan di sektor penerbangan internasional.