Wamentan minta petani sawit beli bibit unggul wujudkan Program B35

| Berita
Bagikan Share on Facebook Share on Twitter Share on Whatsapp

Antaranews.com  | Senin, 12 Agustus 2024

 

Wamentan minta petani sawit beli bibit unggul wujudkan Program B35

Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono meminta petani sawit agar membeli bibit yang unggul, berkualitas dan bersertifikat sehingga bisa meningkatkan hasil produksi, guna membantu pemerintah mewujudkan Program B35. “B35 dan seterusnya itu kan bahannya sebagian besar adalah sawit. Maka caranya selain menambah area tanam kebun sawit kita, berarti kan harus mencari, harus dibuat, harus ditanam bibit yang bagus,” kata Wamentan dalam keterangan di Jakarta, Senin. Menurut Sudaryono, peningkatan produksi komoditas perkebunan unggulan dapat memiliki manfaat yang besar. Salah satunya adalah sawit, di mana pemerintah sudah meluncurkan Program B35. “Berkaitan dengan kemandirian pangan dan kemandirian energi, pemerintah sudah menetapkan Program B35,” ujarnya. Dia menerangkan Program B35 merupakan program dari Kementerian ESDM untuk meningkatkan penyediaan energi bersih secara berkelanjutan. B35 adalah campuran bahan bakar nabati dari minyak kelapa sawit, dengan kadar minyak sawit 35 persen, sementara 65 persen sisanya dari bahan bakar minyak (BBM) solar. “B35 diklaim lebih ramah lingkungan karena menghasilkan emisi gas buang yang lebih baik dibandingkan dengan solar dan aman untuk mesin kendaraan,” jelasnya. Oleh karena itu, Wamentan mendorong penggunaan bibit sawit berkualitas dilakukan secara masif untuk mengoptimalkan peningkatan produksi dalam negeri sehingga bisa mendukung program tersebut. “Tolong belilah bibit yang bersertifikat. Karena bibit yang bersertifikat itu menentukan hasil (panen sawit),” ucapnya. Wamentan mengaku bahwa dirinya juga sempat melihat beberapa bibit pertanian yang dijual di toko toko daring. Terkait hal itu, pihaknya juga sempat melaporkan kepada pihak kepolisian untuk dilakukan penindakan. “Saya lihat banyak juga yang jualan bibit palsu di toko-toko online. Itu beberapa sudah kita take down. Ada yang kita laporkan ke polisi. Jualan bibit palsu itu kejahatan karena merugikan orang,” ujarnya. Menurut Sudaryono, penjualan bibit palsu merupakan tindak kejahatan yang mengakibatkan petani rugi dan tidak bisa bertanam. Akibat hal itu, berdampak pada hasil pertanian sawit dalam negeri. Selain itu, lanjut Wamentan, dampak lainnya adalah mengakibatkan carut-marutnya rantai pasok dan ekosistem usaha sawit. Karena itu, dia menghimbau kepada masyarakat agar menggunakan bibit yang sudah bersertifikat. Ia juga menekankan perlunya gerakan masif untuk mengedukasi masyarakat dan petani yang menanam sehingga tidak menjadi korban pembelian bibit tidak berkualitas apalagi palsu. “Mereka harus mengakses bibit yang baik karena kalau menggunakan bibit palsu kerugiannya bisa empat bulan. Bahkan kalau sawit itu ruginya bisa sampai 30 tahun,” tuturnya. Wamentan sebelumnya telah meninjau fasilitas laboratorium Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Medan, Sumatera Utara pada Minggu (11/8). Menurutnya, BBPPTP Medan memiliki sumber daya manusia yang mumpuni, juga teknologi pengujian dan pengembangan bibit unggul yang adaptif terhadap berbagai cuaca. Oleh karena itu, Wamentan berharap petani dan masyarakat terus diberi edukasi terkait pentingnya penggunaan bibit unggul. “Secara teknologi saya yakin mampu. Tinggal bagaimana kita memasifkan edukasi kepada masyarakat dan kepada petani yang menanam,” kata Wamentan. Sebelumnya, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menyampaikan bahwa pemerintah berupaya memastikan pekebun dan petani mendapat benih unggul bersertifikat sehingga hasil produksi dan produktivitas tanamannya juga meningkat. Oleh karena itu, kata Mentan, pemerintah terus melakukan pengawasan dan penertiban penjualan bibit terutama melalui loka pasar.

https://www.antaranews.com/berita/4254787/wamentan-minta-petani-sawit-beli-bibit-unggul-wujudkan-program-b35

Antaranews.com  | Senin, 12 Agustus 2024

 

PT KIS Biofuels Indonesia mulai bangun pabrik BioCNG

PT KIS Biofuels Indonesia memulai pembangunan pabrik BioCNG Komersial ke-2 di Pabrik Kelapa Sawit Tasik Raja milik Anglo-Eastern Plantation PLC di Kecamatan Torgamba, Kabupaten Labuhanbatu Selatan, Sumatera Utara. “Pabrik BioCNG ini dirancang dengan kapasitas pengolahan 12,6 juta m3 biogas mentah per tahun dan menghasilkan 7,23 juta m3 BioMethan atau BioCNG,” ujar CEO PT KIS Biofuel Indonesia KR Raghunath melalui Head of Legal Yasmine Surachman di Medan, Senin. Menurut Yasmine, menarik dari proyek kedua mereka ini adalah proyek tersebut memiliki fitur khusus yang mengharuskan BioCNG diangkut dengan truk BioMethane. Proyek ini bahkan diklaim akan menjadi pertama kalinya truk BioMethane skala besar digunakan di Indonesia.  “Pabrik BioCNG ini akan menjadi yang terbesar di Indonesia, dengan investasi senilai USD 4,2 juta atau sekitar Rp 66 miliar. Proyek ini juga telah berhasil didaftarkan untuk mendapatkan Karbon kredit. Kami berharap proyek ini dapat mencapai pengurangan emisi sebesar 1,3 Juta MT CO2 per tahun,” tuturnya. Proyek ke-2 ini merupakan sebuah langkah maju setelah suksesnya pengoperasian komersial pabrik BioCNG komersial pertama di Indonesia yaitu di PT Ukindo Langkat Belangkahan. Sesuai dengan rencana awal PT KIS Biofuels Indonesia akan membangun 25 plant pabrik BioCNG di Indonesia.  Saat ini mereka tengah mempercepat pembangunan dan berencana menyelesaikan 25 pabrik BioCNG  pada tahun 2026.

https://sumut.antaranews.com/berita/583123/pt-kis-biofuels-indonesia-mulai-bangun-pabrik-biocng

Kontan.co.id  | Senin, 12 Agustus 2024

 

Total Energies Pasok Biofuel Laut Pertama ke Singapura

Total Energies mulai mengirimkan kargo berisi 100% biofuel laut untuk kapal-kapal di Singapura. Perusahaan energi asal Prancis itu sedang berusaha memperluas penjualan bahan bakar laut rendah karbon. Kargo tersebut dipasok pada 5 Agustus ke kapal pengangkut mobil Hyundai Glovis, menggunakan tanker bunker kimia IMO Tipe II milik Global Energy Group yang berbasis di Singapura. Biofuel laut merupakan salah satu dari beberapa bahan bakar bunker alternatif yang diadopsi oleh para pengirim barang untuk memangkas emisi dan secara bertahap menjauh dari bahan bakar residu yang lebih kotor. TotalEnergies Marine Fuels mengatakan kepada Reuters pada bulan Januari bahwa permintaan biofuel laut tahunan di Singapura berpotensi meningkat dua kali lipat dari tahun 2023. Pada 2025 diperkirakan bisa hampir mencapai 1 juta metrik ton pada tahun 2025. Sebagai perbandingan, total permintaan bahan bakar bunker di Singapura tahun lalu adalah 51,8 juta ton. Permintaan dari Singapura sebagai salah satu pelabuhan tersibuk di dunia diperkirakan akan tumbuh secara bertahap. TotalEnergies Marine Fuels mengatakan biofuel 100% atau B100 dibuat dari minyak goreng bekas yang bersumber dari Asia Tenggara. Kargo 700 metrik ton minyak goreng bekas metil ester (UCOME) disertifikasi berdasarkan sistem Sertifikasi Karbon & Keberlanjutan Internasional (ISCC). Bahan bakar ini dapat memangkas emisi gas rumah kaca antara 80% dan 90% berdasarkan siklus hidup.

https://internasional.kontan.co.id/news/total-energies-pasok-biofuel-laut-pertama-ke-singapura

Antaranews.com  | Senin, 12 Agustus 2024

 

Menhub: Konversi kapal solar ke DDF turunkan emisi karbon

 

Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mendukung proyek konversi kapal berbahan bakar solar menjadi diesel dual fuel (DDF), guna mengurangi emisi karbon dan ramah lingkungan. “Saya mengapresiasi dan mendukung PT Pertamina Hulu Mahakam yang telah mengambil inisiatif untuk menjalankan proyek konversi kapal berbahan bakar solar menjadi DDF,” kata Menhub dalam peresmian Retrofit/Conversion Kapal Eksisting menjadi Kapal Diesel Dual Fuel oleh PT Pertamina Hulu Mahakam, di Balikpapan, Senin. Menhub menilai bahwa hal itu merupakan langkah strategis yang sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk mengurangi impor bahan bakar High Speed Diesel (HSD) serta untuk meningkatkan penggunaan Liquified Natural Gas (LNG) yang lebih ramah lingkungan. Dia menuturkan, DDF merupakan teknologi baru di industri maritim yang dapat mendukung usaha penurunan emisi karbon dalam kegiatan hulu migas. Teknologi ini dapat diimplementasikan di semua mesin kapal dan dikerjakan di galangan kapal dalam negeri. “Proyek konversi ini tak hanya bertujuan untuk meningkatkan efisiensi operasional dan mengurangi biaya bahan bakar, namun juga berkontribusi signifikan dalam upaya penurunan emisi karbon,” ujar Menhub dalam keterangan di Jakarta. Dengan menggunakan teknologi DDF, lanjut Menhub, emisi CO2 dapat berkurang secara substansial dan ini sejalan dengan komitmen pemerintah untuk mencapai target Net Zero Emission pada tahun 2060 mendatang. Secara garis besar, tambah Menhub, proyek konversi kapal berbahan bakar solar menjadi DDF juga menunjukkan sinergi yang kuat antara BUMN dan sektor swasta, untuk mendukung program pemerintah dalam rangka mengurangi pencemaran lingkungan. “Saya berterima kasih ke semua pihak yang telah berkontribusi dan berharap pihak lain juga tak ragu untuk mengambil inisiatif serupa, sehingga memberikan manfaat yang berkelanjutan,” ungkap Menhub. Kemudian, Menhub juga menyampaikan bahwa semua pelaku industri maritim perlu berperan aktif untuk mengatasi masalah darurat perubahan iklim akibat pemanasan global.  Dalam konteks ini, Organisasi Maritim Internasional (IMO) telah berkomitmen untuk beradaptasi dengan perubahan iklim melalui pengurangan emisi kapal dengan penerapan Green Shipping. Langkah berikutnya adalah penerapan efisiensi energi yang bertujuan untuk mengurangi pencemaran lingkungan laut dari konsumsi tinggi bahan bakar fosil serta mendorong penggunaan energi yang ramah lingkungan. Ia menuturkan, pemerintah mendukung penerapan Green Shipping dengan menerbitkan sejumlah regulasi aksi mitigasi. Beberapa di antaranya adalah kewajiban penggunaan bahan bakar rendah sulfur, dan kewajiban penggunaan scrubber untuk kapal sebagai pembersih gas buang. Selain itu, peremajaan dan modernisasi kapal, penggunaan alat bantu navigasi yang ramah lingkungan, serta kewajiban melaporkan konsumsi bahan bakar untuk semua kapal berbendera Indonesia.

https://www.antaranews.com/berita/4255383/menhub-konversi-kapal-solar-ke-ddf-turunkan-emisi-karbon