Wih, Pesawat Garuda Mulai Pakai Avtur Campuran Minyak Sawit

| Berita
Bagikan Share on Facebook Share on Twitter Share on Whatsapp

CNBCIndonesia.com | Selasa, 10 Oktober 2023

Wih, Pesawat Garuda Mulai Pakai Avtur Campuran Minyak Sawit

Pesawat Garuda Indonesia dengan PT Pertamina (Persero) merampungkan rangkaian uji coba bioavtur yang termasuk dalam klasifikasi Sustainable Aviation Fuel (SAF) berbasis bahan bakar nabati yang memiliki kandungan minyak inti kelapa sawit (J2.4) pada pesawat penerbangan komersial. Hal itu mendapatkan dukungan oleh Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM RI, Direktorat Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara (DKPPU) Kementerian Perhubungan RI, serta Tim Peneliti Institut Teknologi Bandung (ITB) berhasil Rampungnya rangkaian uji coba bioavtur J2.4 tersebut ditandai dengan diselesaikannya uji terbang pada armada Garuda Indonesia B737-800NG PK -GFX dengan mesin pesawat CFM56-7B melalui uji coba penerbangan dari Bandara Internasional Soekarno Hatta yang kemudian dilanjutkan menuju Area Pelabuhan Ratu Airspace pada Rabu (4/10/2023). Sebelumnya dihari yang sama, uji coba bioavtur J2.4 tersebut juga telah melalui serangkaian prosedur Engine Ground Run Test dengan menggunakan armada yang sama di Garuda Maintenance Facility (GMF) AeroAsia. Uji coba tersebut melengkapi uji statis yang telah dilaksanakan pada akhir bulan Juli lalu dengan menggunakan komponen mesin pesawat CFM56-7B. Melalui berbagai rangkaian uji coba tersebut, Tim Peneliti PT LAPI ITB bersama stakeholder terkait menyampaikan hasil yang positif bahwa SAF dengan jenis Bioavtur J2.4 pada tipe pesawat Boeing 737-800 menunjukkan respon pesawat baik dan terkendali. Dengan hasil baik ini Garuda Indonesia bersama sama dengan Pertamina siap melanjutkan sinergi BUMN ini ke tahap selanjutnya yaitu rencana penggunaan SAF dalam penerbangan komersial Garuda Indonesia. Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra menyampaikan bahwa dirampungkannya uji coba penggunaan bioavtur J2.4 ini merupakan bagian dari komitmen serta upaya berkelanjutan Garuda Indonesia Group dalam mendukung berbagai inisiatif dekarbonisasi yang salah satunya dilaksanakan melalui penjajakan penggunaan SAF pada penerbangan Garuda Indonesia. “Ini adalah milestone yang sudah kita tunggu-tunggu. Hal ini tentunya menjadi optimisme tersendiri bagi langkah kita bersama untuk merealisasikan mimpi besar kita mewujudkan green energy pada ekosistem aviasi Indonesia untuk mendukung komitmen Indonesia dalam mencapai net zero emission yang diproyeksi dapat terealisasi pada tahun 2060 mendatang,” kata Irfan menambahkan. Irfan menyatakan, dalam mewujudkan komitmen pengelolaan green energy khususnya dalam ekosistem aviasi tidak dapat tercapai tanpa adanya dukungan dan partisipasi dari berbagai pihak. “Dengan hasil tersebut, selanjutnya Garuda Indonesia siap untuk menjajaki penggunaan SAF tersebut pada lini penerbangan komersial. Tentunya kesiapan tersebut akan diselaraskan dengan kajian implementasi SAF secara komprehensif atas kesiapan sektor korporasi dalam mengadaptasi penggunaan energi terbarukan ini khususnya pada lini penerbangan komersial. Ini merupakan langkah awal yang kiranya dapat menjadi misi berkelanjutan bagi ekosistem aviasi untuk bergerak semakin adaptif dalam menghadirkan kontribusi bagi keberlangsungan lingkungan hidup”, tutup Irfan. Dirampungkannya uji terbang ini dengan penggunaan energi terbarukan ini merupakan bagian dari penyusunan SAF roadmap dengan kolaborasi antara Kementerian ESDM, Kementerian Perhubungan, Lembaga Minyak dan Gas Bumi (Lemigas), Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), Tim Peneliti ITB, Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (APROBI) dan stakeholder terkait lainnya.

https://www.cnbcindonesia.com/news/20231010104908-4-479326/wih-pesawat-garuda-mulai-pakai-avtur-campuran-minyak-sawit

 

Inilah.com | Selasa, 10 Oktober 2023

Terbang ke Pelabuhan Ratu, PT Garuda Indonesia Uji Coba Avtur Campur Minyak Sawit

PT Garuda Indonesia telah menyelesaikan rangkaian uji coba bioavtur yang termasuk dalam klasifikasi Sustainable Aviation Fuel (SAF) berbasis bahan bakar nabati yang memiliki kandungan minyak inti kelapa sawit (J2.4) pada pesawat penerbangan komersial. Dengan selesainya rangkaian uji coba bioavtur J2.4 tersebut ditandai dengan diselesaikannya uji terbang pada armada Garuda Indonesia B737-800NG PK -GFX dengan mesin pesawat CFM56-7B melalui uji coba penerbangan dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta yang kemudian dilanjutkan menuju Area Pelabuhan Ratu Airspace pada Rabu (4/10/2023). Sebelumnya pada hari yang sama, uji coba bioavtur J2.4 tersebut juga telah melalui serangkaian prosedur Engine Ground Run Test dengan menggunakan armada yang sama di Garuda Maintenance Facility (GMF) AeroAsia. Adapun uji coba tersebut melengkapi uji statis yang telah dilaksanakan pada akhir Juli lalu dengan menggunakan komponen mesin pesawat CFM56-7B. Melalui berbagai rangkaian uji coba tersebut, Tim Peneliti PT LAPI ITB bersama pihak terkait menyampaikan hasil yang positif bahwa SAF dengan jenis Bioavtur J2.4 pada tipe pesawat Boeing 737-800 menunjukkan respons pesawat baik dan terkendali. Dengan hasil baik tersebut, Garuda Indonesia bersama sama dengan Pertamina siap melanjutkan sinergi BUMN ini ke tahap selanjutnya yaitu rencana penggunaan SAF dalam penerbangan komersial Garuda Indonesia. Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra menyampaikan dirampungkannya uji coba penggunaan bioavtur J2.4 ini merupakan bagian dari komitmen. Selain itu juga sebagai upaya berkelanjutan Garuda Indonesia Group dalam mendukung berbagai inisiatif dekarbonisas. Salah satunya dilaksanakan melalui penjajakan penggunaan SAF pada penerbangan Garuda Indonesia. “Ini adalah milestone yang sudah kita tunggu-tunggu. Hal ini tentunya menjadi optimisme tersendiri bagi langkah kita bersama untuk merealisasikan mimpi besar kita mewujudkan green energy pada ekosistem aviasi Indonesia untuk mendukung komitmen Indonesia dalam mencapai net zero emission yang diproyeksi dapat terealisasi pada tahun 2060 mendatang,” kata Irfan dalam keterangan tertulis perseroan, Selasa (10/10/2023). Dengan hasil tersebut, selanjutnya Garuda Indonesia siap untuk menjajaki penggunaan SAF tersebut pada lini penerbangan komersial. Tentunya kesiapan tersebut akan diselaraskan dengan kajian implementasi SAF secara komprehensif atas kesiapan sektor korporasi dalam mengadaptasi penggunaan energi terbarukan ini khususnya pada lini penerbangan komersial. Dengan selesainya uji terbang ini dengan penggunaan energi terbarukan ini merupakan bagian dari penyusunan SAF roadmap dengan kolaborasi antara Kementerian ESDM, Kementerian Perhubungan, Lembaga Minyak dan Gas Bumi (Lemigas), Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), Tim Peneliti ITB, Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (APROBI) dan pihak terkait lainnya.

https://www.inilah.com/terbang-ke-pelabuhan-ratu-pt-garuda-indonesia-uji-coba-avtur-campur-minyak-sawit

 

Koran-Jakarta.com | Selasa, 10 Oktober 2023

BPDPKS Dorong Minat Anak Muda ke Industri Sawit

Pemerintah melalui Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) terus mendorong minat anak muda terjun ke industri sawit. Terbaru, akhir pekan lalu, lembaga tersebut menggelar Talkshow GenSawit Vol. 2 di Cornerstone Auditorium, Pasirkaliki, Bandung, Jawa Barat. Ribuan mahasiswa turut hadir dalam acara tersebut. Mahasiswa itu tergabung dalam Aliansi Himpunan Mahasiswa Bandung dan diikuti dari berbagai jurusan dan universitas. Tercatat ada sejumlah universitas ikut andil meramaikan kegiatan tersebut, seperti Universitas Padjajaran (Unpad), Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung, dan Universitas Jenderal Ahmad Yani (UNJANI). Dalam talkshow tersebut dihadiri oleh berbagai narasumber berkompetensi di bidangnya, seperti Senior Analis Divisi Perusahaan BPDPKS, Anwar Sadat, Ketua Bidang SDM dan Internasional DPP APKASINDO Djono Albar Burhan, Bidang Komunikasi Kompartemen Media Relation GAPKI Fenny Sofyan, Ketua Bidang Promosi Komunikasi APROBI Hera Meilyna, dan Ketua BEM KMFP UNPAD Ridho Anwari Aripin. Selain itu, turut serta hadir Kepala Divisi Perusahaan BPDPKS, Achmad Maulizal Sutawijaya yang memberikan sambutan sekaligus membuka acara Talkshow GenSawit Vol. 2 di Bandung. Bidang Komunikasi Kompartemen Media Relation GAPKI Fenny Sofyan menyampaikan kontribusi besar sawit terhadap perekonomian Indonesia. Sebab, sekitar 34 persen minyak kelapa sawit dikonsumsi oleh masyarakat dunia dan diklaim oleh dunia global sebagai vegetable oil terbesar di dunia. “Kita hidup 24 jam selalu menggunakan kelapa sawit seperti minyak, sabun, bahan pakaian, susu, dan bahan bakar. Karena di dalam kelapa sawit memiliki kandungan minyak nabati yang mencukupi untuk kebutuhan manusia sehari hari,” kata Fenny. Secara tidak sadar, kata Fenny, sebetulnya banyak produk yang dirasakan oleh masyarakat dan berbahan dasar dari kelapa sawit. “Mulai olein, stearin, dan PFAD seperti minyak goreng, margarin, sabun, biodiesel, dan lain-lain. Pohon kelapa sawit juga bermanfaat dan bisa menjadi furnitur,” tutur Fenny. Selain itu, dari sisi sosial, Senior Analis Divisi Perusahaan Anwar Sadat menjelaskan kontribusi sawit terhadap perekonomian dan kesejahteraan rakyat. “Sawit menjadi komoditas strategis perekonomian Indonesia karena berkontribusi terhadap ketenagakerjaan sekitar 4,2 juta dan menjadi andalan ekspor minyak sawit terbesar untuk global dan hal ini mendorong pertumbuhan ekonomi sekitar 3,5 persen di Indonesia,” kata Anwar. Oleh sebab itu, sebagai lembaga yang dipercayai pemerintah dalam menghimpun dana perkebunan kelapa sawit, BPDPKS memiliki sejumlah tanggungjawab dalam melaksanakan program untuk industri kelapa sawit. “BPDPKS mempunyai 6 program yang sesuai dengan Perpres 61 tahun 2015 dan Perpres 66 tahun 2018 yaitu untuk Peremajaan Sawit Rakyat, Sarana dan Prasarana Perkebunan, Pengembangan Sumberdaya Manusia Perkebunan Sawit, Penelitian dan Pengembangan, Promosi Kelapa Sawit, dan Pengembangan Bahan Bakar Nabati,” ungkap Anwar. Namun di tengah majunya industri perkebunan kelapa sawit, Ketua Bidang SDM dan Internasional DPP APKASINDO Djono Albar Burhan membeberkan persoalan dan tantangan yang dihadapi industri kelapa sawit. “Banyak tantangan dan isu negatif tentang petani sawit, bahwa sangat sedikit petani yang diuntungkan dari minyak kelapa sawit,” kata Djono. Melalui kegiatan ini, Djono berharap Mahasiswa bisa menjadi kepanjangan tangan dari pelaku industri kelapa sawit yang kerap dirugikan akibat persaingan bisnis global saat ini. Djono berharap Mahasiswa bisa lebih terbuka dan menyaring informasi sejak dini untuk mengurangi hoaks yang terjadi pada industri kelapa sawit. “Diharapkan untuk Gen Y dan Gen Z untuk bisa melawan hoaks sawit dan menggunakan teknologi untuk meningkatkan produktivitas petani sawit dengan digitalisasi dan juga memperbaiki administrasi perusahaan industri kelapa sawit,” pungkas Djono. Selain talkshow, berbagai kegiatan lainnya dilakukan untuk memeriahkan kegiatan tersebut, seperti penampilan LED Dance, Keroncong Tujuh Putri, dan penampilan pamungkas dari Aziz Hedra. Adapun kegiatan perlombaan yang dilakukan seperti Lomba Narasi Sawit, yakni menyampaikan ide dan gagasan dari Mahasiswa terhadap sektor industri kelapa sawit. Pemenang dalam lomba tersebut mendapatkan hadiah senilai total 5 juta rupiah.

https://koran-jakarta.com/bpdpks-dorong-minat-anak-muda-ke-industri-sawit?page=all

 

Tribunnews.com | Selasa, 10 Oktober 2023

Garuda Indonesia Rampungkan Uji Coba Pengunaan Bioavtur, Begini Hasilnya

Maskapai penerbangan nasional Garuda Indonesia dan PT Pertamina (Persero) merampungkan uji coba penggunaan bioavtur, yang termasuk dalam klasifikasi sustainable aviation fuel (SAF) berbasis bahan bakar nabati pada pesawat penerbangan komersial. Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Irfan Setiaputra mengatakan, penyelesaian uji coba penggunaan bioavtur J2.4 atau yang memiliki kandungan inti kelapa sawit ini merupakan bagian dari komitmen serta upaya berkelanjutan. “Hal ini tentunya menjadi optimisme bagi langkah kita bersama untuk merealisasikan mimpi besar kita mewujudkan green energy pada ekosistem aviasi Indonesia,” ujar Irfan saat dihubungi, Selasa (10/10/2023). Perampungan rangkaian uji coba bioavtur J2.4 tersebut ditandai dengan penyelesaian uji terbang pada armada Garuda Indonesia B737-800NG PK-GFX dengan mesin pesawat CFM56-7B, dari Bandara Internasional Soekarno Hatta menuju Area Pelabuhan Ratu Airspace pada Rabu (4/10/2023). “Uji coba tersebut juga telah melalui serangkaian prosedur engine ground run test dengan menggunakan armada yang sama di Garuda Maintenance Facility (GMF) AeroAsia dan melengkapi uji statis yang telah dilaksanakan pada akhir Juli dengan menggunakan komponen mesin pesawat CFM56-7B,” kata Irfan. Melalui berbagai rangkaian uji coba tersebut, Tim Peneliti LAPI ITB bersama stakeholder terkait menyampaikan hasil yang positif, bahwa SAF dengan jenis Bioavtur J2.4 pada tipe pesawat Boeing 737-800 menunjukkan respons pesawat baik dan terkendali. “Kiranya ke depannya misi kita bersama untuk menorehkan sejarah baru dalam industri aviasi nasional dapat terealisasi melalui langkah penerapan SAF pada penerbangan komersial Indonesia,” tutur Irfan. Irfan menyampaikan Garuda Indonesia telah siap untuk menjajaki penggunaan SAF tersebut pada lini penerbangan komersial. Kesiapan akan diselaraskan dengan kajian implementasi SAF secara komprehensif atas kesiapan sektor korporasi dalam mengadaptasi penggunaan energi terbarukan ini, khususnya pada lini penerbangan komersial. “Ini merupakan langkah awal yang kiranya dapat menjadi misi berkelanjutan bagi ekosistem aviasi untuk bergerak semakin adaptif dalam menghadirkan kontribusi bagi keberlangsungan lingkungan hidup,” ucap Irfan. Penyelesaian uji terbang dengan penggunaan energi terbarukan ini, merupakan bagian dari penyusunan SAF roadmap dengan kolaborasi antara Kementerian ESDM, Kementerian Perhubungan, Lembaga Minyak dan Gas Bumi (Lemigas), Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), Tim Peneliti ITB, Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) dan stakeholder terkait lainnya.

https://m.tribunnews.com/bisnis/2023/10/10/garuda-indonesia-rampungkan-uji-coba-pengunaan-bioavtur-begini-hasilnya

 

BERITA BIOFUEL

 

CNBCIndonesia.com | Selasa, 10 Oktober 2023

Peluang Non-Edible Oil Hutan RI untuk Pasar Global Biofuel

Krisis energi dunia pada awal tahun 2000, yang ditandai dengan melonjaknya harga minyak bumi/BBM, mendorong penduduk dunia mengalihkan sumber energinya ke energi baru terbarukan (EBT) yang ramah lingkungan dan dapat diperbarui. EBT juga menjadi salah satu agenda penting dalam acara Conference of the Parties-28 United Nations Framework Convention on Climate Change (COP-28 UNFCCC) pada 30 November-12 Desember 2023 di Dubai, Uni Emirat Arab, untuk bersama-sama mengatasi perubahan iklim. Salah satu bentuk energi alternatif yang banyak dikaji dan dikembangkan adalah biofuel atau Bahan Bakar Nabati (BBN). Biodiesel merupakan salah satu produk biofuel yang mampu mengurangi emisi hidrokarbon tak terbakar, karbon monoksida, sulfat, nitrat dan hidrokarbon polisiklik aromatik, serta partikel padatan, sehingga merupakan bahan bakar yang disukai karena ramah lingkungan. Selain itu, produk lain dari biofuel adalah bioavtur (Sustainable Aviaton Fuel/ SAF) yang mulai menarik pasar global untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar pesawat terbang di masa datang dan dalam pencapaian target Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2050. Sepanjang 2020, konsumsi biofuel global mencapai 1,68 juta barel per hari (bph). Amerika Serikat menjadi negara yang mengonsumsi biofuel paling tinggi di dunia sebesar 558 ribu bph atau 33,2% dari total konsumsi biofuel dunia. Brasil pada posisi kedua sebanyak 418 ribu bph dan Indonesia di posisi ketiga dengan konsumsi sebesar 98 ribu bph, berturut-turut sebesar 24,9% dan 5,8% dari total konsumsi biofuel dunia. Diikuti negara lain yang termasuk mengkonsumsi biofuel di bawah 5% dari total konsumsi biofuel dunia (Eropa, Asia, Kanada). Dalam Skenario NZE, konsumsi biofuel tahun 2030 meningkat menjadi 6 juta bph dan tahun 2050 menjadi 7 juta bph. Sementara, permintaan bioavtur diperkirakan akan meningkat lebih dari dua kali lipat pada tahun 2050 dibandingkan dengan tingkat pra-Covid, yang selama ini mengandalkan bahan baku dari jelantah (Used cooking oil/ UCO). Permintaan bioavtur global, berkembang pesat dan mulai menonjol setelah tahun 2030 hingga tahun 2050, mencapai 450M liter untuk produksi tahunannya. Permintaan tersebut melampaui pasokan 25% atau lebih hingga tahun 2040, terutama di dua pasar penerbangan terbesar di dunia, yaitu Uni Eropa (UE) dan Amerika Serikat (AS). Isu pengembangan biofuel yang tidak bertarik kepentingan dengan pangan dan ramah lingkungan menjadi tantangan untuk permintaan biofuel yang sangat tinggi di masa datang. Isu tersebut dinilai dapat menimbulkan masalah lingkungan dan mengancam ketahanan pangan sehingga membuka pasar global biofuel menggunakan bahan baku non-pangan atau non-edible oil untuk memenuhi permintaan global biofuel. Peluang besar tersebut sangat terbuka bagi Indonesia sebagai negara tropis dengan keanekaragaman hayati yang tinggi dan potensial menghasikan biofuel, disamping ketersediaan lahan yang luas untuk pengembangan bioenergi. Hal ini juga sebagai peluang bagi Indonesia yang pernah menjadi eksportir minyak (BBM) hingga sebelum tahun 2004. Karena pada triwulan pertama tahun tersebut, harian The Asian Wall Street Journal (18/5/2004) memaparkan fakta status Indonesia sebagai negara “net oil importer” manakala jumlah minyak yang diimpor untuk keperluan BBM dalam negeri (sekitar 484.000 bph) sudah melampaui jumlah minyak yang bisa diekspor (sekitar 448.000 bph). Kondisi impor BBM tersebut terus meningkat, sementara jumlah yang diekspor terus menurun. Dukungan pemerintah Indonesia dalam pengembangan EBT dari tanaman hutan terus meningkat. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) terus mendorong pengembangan Hutan Tanaman Industri (HTI) untuk energi atau HTE, salah satunya dengan pelepasan kawasan hutan 6,91 juta ha yang juga berpotensi untuk menjadi sumber bioenergi, di samping lahan kritis seluas 12,7 juta hektare yang harus segera direhabilitasi. Pemerintah juga mulai menerapkan paradigma baru pengelolaan kawasan hutan produksi, melalui pendekatan multi usaha kehutanan (MUK) sejak tahun 2021. Paradigma baru itu ditandai dengan terbitnya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 23/2021 tentang Penyelenggaraan Kehutanan. Indonesia mempunyai harapan yang besar dalam pengembangan biofuel untuk memenuhi kebutuhan minyak dunia tersebut, karena usaha dalam bidang bioenergi memerlukan spesies yang cepat berbuah dengan produktivitas tinggi dan masa berbuah panjang, mempunyai rendemen minyak yang tinggi dan terjamin kelestarian produksinya. Beberapa spesies dari hutan tropis di Indonesia, berpotensi sebagai bahan baku biofuel seperti: nyamplung, malapari, saga hutan, bintaro, kepuh, kesambi, kelor, dll. Species yang telah dikaji berbuah cepat, mempunyai produktivitas biji dan rendemen minyak tinggi, mudah teknik budidayanya, teknologi pengolahan menjadi biodiesel dan pemanfaatan limbah industrinya telah dikuasai adalah Nyamplung (Calophyllum inophyllum) dan Malapari (Pongamia pinnata). Produktivitas buah dan rendemen minyak (crude oil) berturut-turut sebesar 15-20 ton/ha/tahun dan 50-69% untuk Nyamplung dan 9-12 ton/ha/tahun dan 25-28% untuk Malapari. Rendemen minyak tersebut masih dapat ditingkatkan dengan metode solven (n-hexane). Kedua spesies tersebut telah terbukti dapat menghasilkan biodiesel dan telah memenuhi persyaratan SNI Biodiesel. Dalam skala laboratorium, kedua spesies tersebut juga telah berhasil diolah menjadi bioavtur (SAF) dan saat ini sedang dikembangkan untuk skala yang lebih besar. Selain non-edible oil, spesies tersebut merupakan tanaman asli (native) dan tersebar luas di Indonesia serta mempunyai adaptabilitas tinggi/ toleran pada lahan-lahan kritis (lahan terdegradasi). Spesies tersebut juga telah lama dikembangkan sebagai tanaman konservasi di Indonesia (pemecah angin, konservasi air, sempadan sungai, rehabilitasi lahan) karena ever green dan mempunyai kemampuan penyerapan karbon yang tinggi. Permintaan pengembangan biofuel non-edible oil dari luar negeri ke Indonesia saat ini mulai berdatangan untuk memenuhi kebutuhan biofuel global ke depan, sehingga pengembangan biofuel dalam skala industri merupakan suatu keniscayaan. Hal ini juga membuka peluang Indonesia untuk kembali menjadi negara produsen atau pengekspor minyak dalam bentuk Bahan Bakar Nabati (BBN).

https://www.cnbcindonesia.com/opini/20231010105420-14-479330/peluang-non-edible-oil-hutan-ri-untuk-pasar-global-biofuel

 

Agrofarm.co.id | Selasa, 10 Oktober 2023

Dukung Mandatori Bioetanol, Pemerintah Terbitkan Perpres No. 40/2023

Konsumsi bahan bakar minyak (BBM) Indonesia pada tahun 2022 mencapai lebih dari 1.100 Million Barrel Oil Equivalent (MBOE), meningkat sekitar 30% apabila dibandingkan dengan 10 tahun sebelumnya, tahun 2012. Hal tersebut dikarenakan terjadinya peningkatan konsumsi BBM di sektor industri dan transportasi. Hal tersebut disampaikan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif pada acara ‘Sustainability: Ethanol Talks’ yang diselenggarakan di Jakarta. Arifin mengatakan bahwa sebagian besar dari kebutuhan domestik tersebut, berasal dari impor, terutama bensin. “Impor bensin meningkat dari sekitar 123 juta barel di tahun 2015 menjadi 138 juta barel di tahun 2022. Ketergantungan yang tinggi terhadap impor bahan bakar tentunya akan membahayakan ketahanan energi nasional,” jelasnya, Senin (9/10/2023). Oleh karena itu, sebut Arifin, pemerintah tengah berusaha untuk mengurangi ketergantungan impor minyak, dengan mengembangkan bahan bakar nabati (BBN), dimana Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki sumber BBN yang besar. Seperti program biodiesel, lanjut Arifin, yang telah ditetapkan pada tahun 2008 dengan menerapkan campuran 2,5%, dan terus meningkat hingga pada Februari 2023 telah ditetapkan mnadatori campuran Biodiesel mencapai 35%, atau lazim disebut B35. “Implementasi program biofuel juga dimaksudkan untuk mengurangi emisi hingga 31,9% di bawah BAU (Business as Usual) pada tahun 2030, dan memenuhi target bauran energi sebesar 23% pada tahun 2025,” tambahnya. Sementara untuk program bioetanol, Arifin mengatakan bahwa program tersebut belum dapat berjalan secara optimal, dimana pada tahun 2008-2009 dan 2015-2016 pencampuran bioetanol dilakukan dalam skala kecil, dan pada akhirnya harus dihentikan karena kurangnya bahan baku, harga bahan baku yang mahal, serta terbatasnya infrastruktur pendukung program bioetanol. Meski demikian, pada November tahun 2022 lalu, Presiden RI Joko Widowo telah mencanangkan program bioetanol dari tanaman tebu di Mojokerto Jawa Timur untuk meningkatkan ketahanan energi nasional. Kemudian pencampuran bioetanol juga tengah dilaksanakan PT. Pertamina melalui campuran bensin Etanol 5% dengan Ron 95 pada produk Pertamax Green 95 yang saat ini telah tersedia di beberapa SPBU di Surabaya dan Jakarta. Lebih lanjut, Arifin mengatakan, untuk mendukung keberlanjutan mandatori bioetanol ke depan, pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2023 tentang Percepatan Swasembada Gula Nasional dan Penyediaan Bioetanol Sebagai Bahan Bakar Nabati (Biofuel) “Perpres tersebut didorong karena terbatasnya bahan baku tebu, dan juga terbentur dengan masalah pangan, sehingga pemerintah mendorong pengembangan bahan bakar nabati berbasis potensi lokal dan akan menciptakan pasar baru bagi produk pertanian lokal,” tandasnya.

 

https://www.agrofarm.co.id/2023/10/dukung-mandatori-bioetanol-pemerintah-terbitkan-perpres-no-40-2023/

 

Bisnis.com | Selasa, 10 Oktober 2023

ESDM Evaluasi Uji Coba Pesawat Tenggak Bahan Bakar Bioavtur

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus mengevaluasi bahan bakar nabati yaitu bioavtur setelah berhasil melakukan uji coba ground run dan uji terbang pesawat jet tenggak bahan bakar campuran bioavtur sebesar 2,4 persen (J2.4). Direktur Bioenergi Kementerian ESDM, Edi Wibowo mengatakan bahwa saat ini peta jalan untuk produksi bioavtur sedang pihaknya godok. “Ya baru uji terbang, itu dievaluasi lagi. Roadmap-nya sedang kita buat,” kata Edi saat ditemui di Jakarta dikutip, Selasa (10/10/2023). Terkait dengan target untuk memproduksi masif dan menkomerisilisasi bahan bakar nabati ini, Edi menyebut masih terus mengkaji bahan bakar ini. Terlebih, Edi menyampaikan bahwa sampai dengan saat ini produksi dari Bioavtur belum semasif Biodiesel atau Bioetanol. “Biodiesel udah produksi, Bioetanol udah ada, tapi bioavtur kan produksi Pertamina terbatas kan. Kalau udah siap produksi ya kita secepatnya [dikomersilkan],” ujarnya. Sebelumnya, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) bersama Kementerian ESDM melakukan uji coba ground run dan uji terbang pesawat jet tenggak bahan bakar campuran bioavtur sebesar 2,4 persen (J2.4).  Pengujian dilakukan pada pesawat jet komersial Boeing jenis B737-800 PK-GFX di Garuda Maintenance Facilities (GMF) pada Rabu (5/10/2023). Bahan bakar bioavtur tersebut terbuat dari minyak inti sawit (palm kernel oil). Kepala Sub Direktorat Sertifikasi Pesawat Udara Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub Teguh Jalu Waskito mengatakan, pelaksanaan flight test pada pesawat terbang komersial merupakan capaian penting dalam rangkaian pengembangan Sustainable Aviation Fuel (SAF) di Indonesia yang memenuhi aspek keselamatan pesawat udara. Teguh melanjutkan, pengembangan SAF merupakan salah satu perwujudan dari tujuan aspirasional jangka panjang (LTAG) dari International Civil Aviation Organization (ICAO) untuk mencapai nol emisi karbondioksida (CO2) dari penerbangan pada tahun 2050. Seperti diketahui sektor transportasi udara turut menyumbang 2 persen dari total emisi CO2 global. Teguh mengatakan, pihaknya berharap ke depannya jenis bioavtur ini dapat diproduksi massal demi implementasi SAF Indonesia yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. “Kemenhub berharap Indonesia dapat berkontribusi menjadi penyumbang pasokan SAF dunia dalam rangka penurunan emisi karbon dari aktivitas penerbangan,” kata Teguh dalam siaran pers, Jumat (6/10/2023).

https://ekonomi.bisnis.com/read/20231010/44/1702673/esdm-evaluasi-uji-coba-pesawat-tenggak-bahan-bakar-bioavtur

Sawitindonesia.com | Selasa, 10 Oktober 2023

Indonesia Menghemat Impor Bahan BBM Setara Rp 161,25 Triliun Pada 2023

PT Pertamina (Persero) memperkirakan Indonesia bisa menghemat impor Bahan Bakar Minyak (BBM) setara Rp 161,25 triliun pada 2023 ini karena dijalankannya program mandatori dari pemerintah untuk pencampuran Bahan Bakar Nabati (BBN) jenis biodiesel sebesar 35% atau B35 mulai Februari 2023. Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, program biodiesel 35% atau B35 ini telah nyata bisa menekan impor BBM. Bahkan, jumlah devisa yang dihemat negara pada tahun ini diperkirakan bisa lebih besar dibandingkan tahun lalu. Pasalnya, tahun lalu program pencampuran biodiesel masih sebesar 30% dan mulai Februari 2023 ini ditingkatkan menjadi 35%. Nicke menyebut, pada 2022 lalu negara berhasil menghemat devisa hingga Rp 122,65 triliun dari program B30. Tak hanya menghemat devisa, program pencampuran biodiesel ini menurutnya juga berhasil menekan emisi karbon hingga 28 juta ton pada 2022 lalu. “Sudah kami lakukan dengan mandatory B35 ini menghasilkan baik itu penghematan devisa di tahun 2022 itu mencapai Rp 122 triliun, di tahun ini (2023) diproyeksi ini menurunkan impor BBM Rp 161 triliun. Dari sisi penurunan karbon emisi di 2022 ini bisa menurunkan 28 juta ton CO2,” paparnya saat Rapat Panja dengan Komisi VI DPR RI, Senin (02/10/2023).  Seperti diketahui, program pencampuran biodiesel pada minyak Solar telah diterapkan Indonesia sejak 2008 dengan persentase campuran biodiesel masih berada pada level 2,5%. Namun, secara bertahap kadar pencampuran BBN ini semakin meningkat menjadi 7,5% pada 2010, 10% pada 2011, 15% pada 2015, 20% pada 2016, lalu 30% pada 2019, dan 35% mulai Februari 2023. Nicke optimistis, secara teknologi, penerapan biodiesel ini bisa ditingkatkan menjadi 100%.  “Secara teknologi, bisa sampai B100 (biodiesel 100%),” ucapnya. Dia menjelaskan, besarnya produksi minyak kelapa sawit (CPO) di Indonesia merupakan salah satu potensi pengembangan biodiesel di Tanah Air. Dia menyebut, Indonesia merupakan produsen CPO terbesar di dunia dengan produksi hingga 49,7 juta ton pada 2021 atau setara 67% dari total produksi CPO dunia. Selain itu, lanjutnya, Indonesia juga merupakan produsen biodiesel terbesar di dunia dengan total produksi mencapai 137 ribu barel per hari.

https://sawitindonesia.com/indonesia-menghemat-impor-bahan-bbm-setara-rp-16125-triliun-pada-2023/

Bisnis.com | Selasa, 10 Oktober 2023

Manfaatkan BBN di Sektor Transportasi

Jakarta – Konsumsi bahan bakar minyak (BBM) Indonesia pada tahun 2022 mencapai lebih dari 1.100 Million Barrel Oil Equivalent (MBOE), meningkat sekitar 30% apabila dibandingkan dengan 10 tahun sebelumnya, tahun 2012. Hal tersebut dikarenakan terjadinya peningkatan konsumsi BBM di sektor industri dan transportasi. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif mengatakan bahwa sebagian besar dari kebutuhan domestik tersebut, berasal dari impor, terutama bensin. “Impor bensin mening-kat dari sekitar 123 juta barel di tahun 2015 menjadi 138 juta barel di tahun 2022. Ketergantungan yang tinggi terhadap impor bahan bakar tentunya akan membahayakan ketahanan energi nasional,” jelas Arifin. Oleh karena itu, sebut Arifin, pemerintah tengah, berusaha untuk mengurangi ketergantungan impor minyak, dengan mengembangkan bahan bakar naba- ti (BBN), dimana Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki sumber BBN yang besan Seperti program biodiesel, lanjut Arifin, yang telah ditetapkan pada tahun 2008 dengan menerapkan campuran 2,5%, dan terus meningkat hingga pada Februari 2023 telah ditetapkan mnadatori campuran biodiesel mencapai 35%, atau lazim disebut B35. “Implementasi program biofuel juga dimaksudkan untuk mengurangi emisihingga31,9%dibawah BAU (Business as Usual) pada tahun 2030, dan memenuhi target bauran energi sebesar 23% pada tahun 2025,” tambah Arifin. Sementara untuk pro-grambioetanol, Arifin mengatakan bahwa program tersebut belum dapat berjalan secara optimal, di-manapada tahun 2008-2009 dan 2015-2016 pencampuran bioetanol dilakukan dalam skala kecil, dan pada akhirnya harus dihentikan karena kurangnya bahan baku, harga bahan baku yang mahal, serta terbatasnya infrastruktur pendukung program bioetanol. Meski demikian, pada November tahun 2022 lalu, Presiden RI Joko Widowo (Jokowi) telah mencanangkan program bioetanol dari tanaman tebu di Mojokerto Jawa Timur untuk meningkatkan ketahanan energi nasional. Kemudian pencampuran bioetanol juga tengah dilaksanakan PT. Pertamina melalui campuran bensin Etanol 5% dengan Ron 95 pada produk PertamaxGreen95yangsaat ini telah tersedia di beberapa SPBU di Surabaya dan Jakarta. Lebih lanjut, Arifin mengatakan, untuk mendukung keberlanjutan mandatori bioetanol ke depan, pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2023 tentang Percepatan Swasembada Gula Nasional dan Penyediaan bioetanol Sebagai Bahan Bakar Nabati (Biofuel) “Perpres tersebut didorong karena terbatasnya bahan baku tebu, dan juga terbentur dengan masalah pangan, sehingga pemerintah mendorong pengem- bangan bahan bakar nabati berbasis potensi -lokal dan akan menciptakan pasar baru bagi produk pertanian lokal,” tandas Arifin. Tidak hanya itu, Pertamina akan terus mengem-bangkan penggunaan bahan bakar berbasis bioener-gi dengan memanfaatkan sumberdaya alam yangada. Pertamina akan memanfaatkan bahan bakar nabati seperti tebu, jagung, singkong dan sorgum untuk mengembangkan bioenergi- “Nanti energi kita akan berbasis bioenergi, karena Indonesia ada banyak sumber daya. Di India saya bertemu dengan technology liaison untuk bioethanol dan limbahnya bisa diproses di perusahaan India, ini salah satu follow up yang akan kita kerja samakan,” ujar Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati. Menurut Nicke, pengembangan bioenergi memiliki banyak manfaat dalam mempercepat transisi energi. “Bagi Pertamina, bioenergi bukan hanya mengurangi emisi saja tapi mengurangi ketergantungan impor dan menciptakan lapangan pekerjaan. Ketika perkebunan kita dorong, kita tam- bah menyerap banyak tenaga kerja,” imbuh Nicke. Pertamina melihat bahwa untuk meningkatkan kemandirian energi ini, kita harus mengoptimalkan sumber daya alam yang dimiliki Indonesia. “Baru namanya sustainable, tlie real sustainable energy itu sebetulnya kita memiliki sumber daya,” tegas Nicke. Sebagai Co-Chair Task Force Energy Climate Ener-, gy Sources Efficiency B20 India, Nicke memastikan agenda-agenda besar dalam rekomendasi B20 Bali dan India terus ditin-dakjuti. Pertama, terkait energi yang lebih berkelanjutan, salah satunya adalah New Renewable Energy. Kedua, dalam menjalankan transisi energi harus adil dan terjangkau. Ketiga, sebagai negara berkembang seperti juga India dengan jumlah tenaga kerja yang banyak, oleh karena itu harus memastikan bahwa setiap orang memiliki akses ke energi yang bersih, modern dan terjangkau. “Kita tidak mungkin mengerjakannya sendiri, setiap negara tidakmungkin mengerjakan sendiri, jadi global cooperation sangat penting.