Pertamina Akan Produksi Green Diesel di Kilang Cilacap Jadi 3.000 Barel per Hari

| Articles
Share Share on Facebook Share on Twitter Share on Whatsapp

Wartaekonomi.co.id | Selasa, 9 Februari 2021

Pertamina Akan Produksi Green Diesel di Kilang Cilacap Jadi 3.000 Barel per Hari

Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VII DPR RI mengatakan bahwa Pertamina berencana akan meningkatkan produksi Green Diesel (D-100) di Kilang Cilacap pada 2021. Produksi Green Diesel kilang tersebut akan dinaikkan jadi 3.000 barel per hari dari sebelumnya 1.000 barel per hari. “Green diesel di Cilacap jadi setelah kita berhasil memproduksi dari kilang akses yang di Dumai D-100, 100 persen dari CPO, itu yang sudah kita produksi hari ini adalah 1.000 barel per hari maka di tahun ini kita bisa menambah 3.000 barel per hari di Cilacap,” kata Nicke, Selasa (9/2/2021). Nicke menuturkan, di tahun 2022 Pertamina juga akan terus menambah produksi Green Diesel sebesar 3.000 barel per hari. Sehingga kebutuhan pasokan dan permintaan nasional bisa terpenuhi. “Tahun depan bisa kita tambah lagi 3.000 barel per hari di Cilacap, jadi dari kilang existing bukan yang dibangun baru. Dengan demikian nanti kita bisa meng-adjust supply-demand nasional ke depan,” tuturnya. Peningkatan produksi Green Diesel D-100 ini merupakan salah satu prioritas program kerja tahun 2021. Dimana sebagai korporasi, Pertamina telah menetapkan dua prioritas 2 program kerja. Pertama, proyek strategis nasional dan penugasan dari pemerintah. Nicke mengatakan, peningkatan produksi Green Diesel D-100 termasuk dalam proyek strategis nasional di tahun 2021. “Nah, kalau lihat program strategis nasional adalah ditetapkan oleh Perpres Nomor yang terbaru adalah nomor 109 tahun 2020, baik itu di sektor hulu maupun hilir untuk EBT periode 2020 sampai dengan 2024,” katanya. Nicke membeberkan, dalam mengembangkan green energy, Pertamina juga akan mengembangkan green refinery. Ia mengatakan kilang BBM Pertamina di Dumai dan Plaju yang sudah ada akan dikonversi menjadi green refinery, dengan mengolah BBM dari bahan baku sawit. “Kita akan khususkan kilang Dumai ini untuk Green refinery mengingat di lokasi di Sumatera Selatan ini banyak sekali pasokan CPO yang bisa digunakan. Sehingga nantinya bisa meningkatkan juga variabel produk yang dihasilkan. Selain juga kita akan meng-improve kualitasnya menjadi Euro 5,” katanya. Adapun untuk Kilang Plaju, pembangunan Green refinery diharapkan bisa menambah pasokan BBM ramah lingkungan dengan kualitas bahan bahan bakar, gas oil dengan sulfur yang di bawah 50 ppm. “Jadi sesuai dengan ketentuan dari IMO (International Maritime organization),” kata Nicke.

https://www.wartaekonomi.co.id/read326976/pertamina-akan-produksi-green-diesel-di-kilang-cilacap-jadi-3000-barel-per-hari

Harian Ekonomi Neraca | Selasa, 9 Februari 2021

2021 Industri Sawit Diprediksi Masih Prospek

Jakarta – Tahun 2021, pengaruh pandemi Covid-19 diperkirakan belum berakhir. Produksi minyak sawit Indonesia 2021 akan naik signifikan karena pemeliharaan kebun yang lebih baik, cuaca yang mendukung dan harga yang menarik sehingga diperkirakan mencapai 49 juta ton untuk CPO dan 4,65 juta ton untuk PKO. Pemerintah komitmen untuk melanjutkan program B30, konsumsi biodiesel diperkirakan sebesar 9,2 juta KL (Aprobi 2021) yang setara dengan 8 ju ta ton minyak sawit. Penggunaan sawit untuk oleokimia di 2021 diperkirakan sekitar 2 juta ton untukdomestikdan sekitar 4,5 juta ton untuk ekspor (Apolin 2021). “Permintaan minyak nabati dunia akan sangat tergantung dari keberhasilan vaksin Covid-19. Keberhasilan program vaksin akan meningkatkan aktivitas ekonomi sehingga akan meningkatkan konsumsi minyaknabati termasuk minyak sawit,” ungkap Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Joko Supriyono dalam Refleksi Industri Sawit 2020 dan Prospek 2021. Selain itu, menurut |oko, banyak negara yang karena alasan ekonomi terpaksa lebih terbuka Ekspor minyak sawit Indonesia diperkirakan akan meningkat di tahun 2021 baik volume maupun nilainya. “Faktor yang diperkirakan mengganggu permintaan antara lain berjangkit kembalinya Covid-19 di China maupun negara lain, dan juga berjangkitnya African Swine Fever yang mengganggu permintaan oilseed dan oilmeal yangpa-da akhirnya akan mengganggu permintaan minyak nabati termasuk minyak sawit,” terang Joko.

Disisi lain, Joko memaparkan, pada tahun 2020kemarin diawali dengan optimisme oleh industri sawit karena pada Desember2019 harga CPO cif Rotterdam mencapai USD 787 /ton yang mulai bergerak naik dari USD 542 /ton sejak Agustus 2019 setelah berada pada rata-rata USD 524 /ton selama Januari-Agustus 20-19. Namun, Januari-Mei 20-20 harga turun dan mencapai USD 526 /ton yang disebabkan antara lain oleh: (1) Permintaan di China mulai menurun karena pengaruh Covid-19, (2) Tekanan pasokan kedelai keChina karena perang dagang dengan Amerika berkurang dengan panen kedelai di Brazil, dan (3) Anjloknya harga minyak bumi yang mencapai USD 27/barel (USD 147 /ton). Pada Mei 2020, China sudah pulih dari pandemi dan meningkatkan impor besarbesaran oilseed dan minyak nabati untuk memulihkan stok yang telah terkuras yang mendorong harga minyak nabati naik. Harga yang baik pada awal 2020, memungkinkan pekebun memupuk dan memulihkan kebunnya sehingga dengan didukung cuaca yang mendukung terjadi kenaikan produksi CPO PKO rata-rataJan-Jun2020 sebesar 3.917 ribu ton, kemudian meningkat menjadi 4.680 ribu ton untuk rata-rata Juli-Des 2020. Bersamaan dengan kenaikan tersebut, harga CPO dan minyak nabati naik dari rata – rata USD 646 /ton di semester I 2020 menjadi USD 775 /ton pada semester II2020. Di dalam negeri, kebijakan pembatasan skala besar (PSBB) akibat Covid-19 menyebabkan penurunan konsumsi untuk pan-ganturunpada2020dari801 ribu ton pada Januari menjadi 638 ribu ton pada Juni 2020. . Pelonggaran pembatasan menaikan kembali ke 723 ribu ton pada Desember 2020. Konsumsi untuk oleokimia terus naik karena meningkatnya konsumsi sabun dan balian pembersih dari 89 ribu ton pada Januari menjadi 197 ribu ton pada Desember 2020. Konsumsi untuk biodiesel naik dibandingkan 2019 karena perubahan kebijakan dari B20 menjadi B30. Secara total 2020, konsumsi produk minyak sawit dalam negeri 17,35 juta ton naik 3,6% dari tahun 2019 sebesar 16,75 juta ton. “Akibat dari situasi pandemi yangberdampakglob-al, performa volume ekspor minyak sawit Indonesia pada 2020 dengan total ekspor 34,0 juta ton bergeser turun dibandingkan dengan performa 2019 dengan total ekspor sebesar 37,39 juta ton. Penurunan terbesar terjadi ke China (-1,96 juta ton), ke EU (-712,7 ribu ton), ke Bangladesh (-323,9 ribu ton), ke Timur Tengah (-280,7 ribu ton), dan ke Afrika (-249,2 ribu ton) sedangkan ke Pakistannaik(+275,7ribu ton) dan ke India naik 111,7 ribu ton,” keluh Joko. Berdasarkan catatan GAPKI, meskipun terjadi penurunan volume ekspor, secara nilai, ekspor tahun 2020 yang mencapai USD 22,97 miliar lebih tinggi dari tahun 2019 sebesar USD 20,22 miliar. Neraca perdagangan bulanan Indonesia pada 2019 hampir selalu negatif dengan total defisit sebesar USD 3,23 miliar sedangkan pada tahun 2020 selalu positif kecuali pada bulan Januari dan April dengan total nilai USD21,72 miliar. Selama tahun 2020,ner-aca perdagangan Indonesia surplus sebesar USD 21,27, dimana ekspor produk Kelapa Sawit menyumbang sebesar USD 22,97 miliar. Angka-angka tersebut menunjukkan bahwa di masa pandemi, kontribusi minyak sawit terhadap devisa negara sangat signifikan dalam menjaga neraca perdagangan nasional tetap positif. Sebalumnya pidato Presiden Joko Widodo pada A-gustus 2020 menyampaikan Indonesia komitmen terus melaksanakan program biodiesel dalam negeri. Hal ini untuk mengurangi impor bahan bakar minyak (BBM).

Rakyat Merdeka | Selasa, 9 Februari 2021

Ini Strategi Transisi ke Energi Bersih (Jangan Sampai Terlambat)

Tidak tinggal diam. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mendorong berbagai strategi agar pengembangan energi bersih makin cepat. Dia juga gencar menyuarakan pentingnya transisi dari sumber energi fosil ke energi yang lebih bersih. Termasuk ke berbagai forum internasional. “KTTAhanis mempertimbangkan bahwa energi terbarukan akan memainkan peran kunci usai pandemi Covid-19 untuk memastikan keamanan energi dalam jangka panjang,” ujar Arifin dalam pertemuan Menteri-Menteri Energi kelompok 20 perekonomian terbesar dunia (G20) beberapa waktu lalu. Arifin menegaskan bahwa Indonesia mengedepankan Energi Baru Terbarukan (EBT) sebagai proyek pemulihan investasi. Iklim investasi EBT yang rnenarik diciptakan guna mencapai target EBT sebesar 23% pada tahun 2025. mdonesia tercatat memiliki potensi sumber daya EBT lebih dari 400 Giga Watt (GW) dan baru dimanfaatkan sebesar 2,5% atau 10 GW saja. Untuk mempercepat pengembangan EBT, Pemerintan sedang tahap finalisasi Perubahan Peraturan Presiden terkait harga EBT agar lebih menarik bagi investor. Beberapa contoh aksi EBT, yaitu mendorong peningkatan pembangkit listrik EBT khususnya Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang potensinya besar dan harganya semakin lama semakin murah. Kini tengah dibangun PLTS Terapung Cirata di Purwakarta. Kapasitasnya 145 MW dan ditargetkan selesai tahun depan. Ini akan menjadi PLTS terapung per- tama Indonesia dan terbesar di Asia. PT PLN (Persero) juga menjalankan program konversi dari pembangkit listrik diesel ke EBT dengan kapasitas lebih dari 200 MW di 200 lokasi. Juga pembangunan pembangkit listrik sampah di 12 Kota dan program co-firing yang menggantikan sebagian bahan bakar pembangkit dari barubara dengan biomassa. Program mandatori biodiesel 20% atau B30 juga dilakukan di sektor transportasi. Di sisi transportasi, Indonesia juga telah siap menyambut era kendaraan listrik. Peta jalan menuju kendaraan bermotor listrik didukung dengan ekosistem dan infrastruktur berupa Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) di 2.400 titik, dan Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU) di 10 ribu titik sampai dengan tahun 2025. Komitmen penggunaan mobil listrik juga akan mengurangi emisi karbon. “Oleh karena itu diperlukan penggunaan sumber energi lokal, terutama energi baru terbarukan dan gas untuk pembangkit listrik sebagai penyedia listrik bagi kendaraan listrik berbasis baterai. Sehingga dapat meningkatkan kualitas udara dan mendukung pencapaian target pengurangan emisi Gas Rumah Kaca nasional,” ujar Arifin akhir tahun lalu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *