Rencana Astra Agro Masuk ke Biodisel Dihadang Covid-19
CNBCInndonesia.co.id | Rabu, 26 Agustus 2020
Rencana Astra Agro Masuk ke Biodisel Dihadang Covid-19
PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) tengah melakukan evaluasi untuk berivestasi pada produk biodiesel di tahun ini. Namun sayangnya rencana ini terhenti akibat terjadinya pandemi sehingga perusahaan memilih untuk tak melakukan pengembangan apapun di tahun ini. Direktur Utama Astra Agro Lestari Santosa mengatakan rencana pengembangan selanjutnya akan menunggu kondisi menjadi normal kembali dengan melihat peluang-peluang yang besar ke depannya. “Biodiesel sudah evaluasi mendalam dan melihat untuk memiliki biodiesel plan karena penting buat masa depan negara tapi akibat pandemi kita postpone dulu karena saat ini survival lebih penting,” kata Santosa dalam konferensi pers virtual, Rabu (26/8/2020). Dia menjelaskan, di tengah kondisi sulit saat ini perusahaan tetap memastikan operasional perusahaan tetap berjalan normal, kendati permintaan saat ini masih rendah namun sudah lebih baik dengan kondisi Maret-Juni lalu. Namun demikian, saat ini perusahaan masih menilai investasi baru belum bisa dilakukan. Perusahaan bahkan merevisi target belanja modal (capital expenditure/capex) tahun ini menjadi lebih rendah yakni hanya Rp 1 triliun. Dana ini hanya digunakan untuk biaya perawatan tanaman yang belum menghasilkan dan perawaran pabrik serta pelabuhan. “Memang ada dua yang sebabkan capex di tahun ini ga setinggi seharusnya yang direncanakan Rp 1,3 triliun. Satu adalah kita reevaluasi tunda capex yang belum esensial karena antisipasi kalau kondisi membuuk likuiditas cukup danai operasional, terutama gaji karyawan,” jelasnya. Dari segi penjualan, dia menjelaskan saat ini inventory CPO di China dan India cukup rendah setelah kedua negara ini melakukan lockdown sehingga menyebabkan kesulitan logistik. “Mestinya saat relaksasi sudah dilakukan meski belum kembali normal tapi lebih baik dari semester I atau kuartal II tahun lalu. Maret, April, Mei masih ada pembatasan, kalau sekarang udah ga ada isu, paling supply dan demand,” imbuhnya.
Infosawit.com | Rabu, 26 Agustus 2020
Konsisten Kembangkan Bahan Bakar Berbasis Minyak Sawit, Tiga Tokoh Peroleh Penghargaan DMSI
Untuk kali pertama Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI), selaku induk dari seluruh asosiasi di sektor hulu sampai hilir sawit, memberika penghargaan terhadap beberapa tokoh penting dalam pengembangan sumbsr energi berbahan baku minyak sawit. Ketiga sosok itu, pertama, Prof Subagjo sebagai Inventor Katalis Bagi Indonesia, lantas kedua, Dr. Tatang Hernas Soearwidjaja, memperoleh penghargaan sebagai Promotor Pemanfaatan Biodiesel, kemudian ketiga, Ir. Sahat M Sinaga, memperoleh penghargaan sebagai Promotor Pengembangan Industri Biohidrokarbon. Dikatakan Ketua Panitia Penghargaan DMSI, Prof Tien R Muchtadi, penghargaan itu diberikan lantaran ketiga sosok itu telah berjasa sangat besar dalam pengembangan industri biodiesel dan biohidrokarbon di Indonesia. Misalnya saja Prof Subagjo, yang sudah melakukan penelitian katalis bersama timnya di Laboratorium Teknik Reaksi Kimia dan Katalisis ITB semenjak tahun 1983 dan telah menghasilkan enam jenis katalis yang terbukti berfungsi baik.
Katalis pertama yang dibuat berbasis besi oksida sebagai absorben gas II2S dinamai PIMITBl. Penggunaannya untuk desulfurisasi gas alam. Pada 2004, Prof Subagjo bersama rekannya, Makertihartha dan Melia Laniwati, menemukan formula katalis yang dinamai PK100 HS, untuk hidrotriting (hydrotreating) nafta (NHT). Uji coba skala pilot di Pusat Riset dan Teknologi Pertamina menggunakan 100 gram katalis menunjukkan hasil lebih baik daripada katalis komersial. Dari sinilah katalis itu dijuluki katalis ”merah putih” pertama. “Kehadiran inovasi katalis “Merah Putih” ini memegang peran penting bagi kemandirian teknologi tanah air,” tutur Prof Tien dalam sambutannya pada acara Penyerahan Penghargaan DMSI, yang diikuti InfoSAWIT, Rabu (26/8/2020) Menindaklanjuti temuan tersebut, Masyarakat Biohidrokarbon yang diketuai oleh Ir. Sahat M. Sinaga, berusaha mengembangkan apa yang telah dihasilkan oleh ITB yaitu Katalis Merah Putih. Dengan terciptanya Katalis Merah Putih ini Indonesia tidak perlu lagi mengimpor minyak bumi setiap tahun, Lantaran, Industri katalis ini akan mendorong untuk menuju kemandirian energi. Dari hasil riset, selain memiliki harga yang lebih ekonomis serta hemat energi, minyak dari kelapa sawit ini juga menghasilkan gasolin yang lebih baik dibandingkan fosil.
Sementara peran sosok Dr. Tatang Hernas Soerawidjaja, dalam pengembangan bahan bakar berbasis minyak sawit atau kerap dikenal biodiesel juga tidak bisa dianggap sepele, lantaran peran sentralnya dalam mendorong pengembangan biodiesel sawit semenjak 2010 dengan membentuk Forum Biodiesel Indonesia dan pada 2012 aktif membentuk Ikatan Ahli-ahli Bioenergi Indonesia (IKABI). “Banyak paparan Dr. Tatang yang membahas mengenai proses pengembangan biodiesel sawit nasional,” kata Ketua Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI), Derom Bangun, dalam sambutannya saat acara Penyerahan Penghargaan DMSI. Dengan jasa yang sudah diberikan oleh ketiga sosok tersbut, maka kata Derom, sudah sewajarnya DMSI memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya, lantaran dari ketiga sosok itu dihasilkan pengembangan biodiesel sawit yang bermanfaat bagi ekonomi bangi bangsa dan masyarakat. “Melihat upaya mereka dalam mengembangkan sawit sebagai bahan bakar nabati yang sesungguhnya, maka kami perlu untuk memberikan penghargaan sebagai bentuk penghormatan atas hasil kerja yang telah dilakukan untuk industri kelapa sawit nasional,” tandas Derom.
Bisnis.com | Rabu, 26 Agustus 2020
Uji Teknis B40 Rampung Akhir Tahun Ini
Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral Kementerian ESDM segera menyelesaikan uji teknis campuran biodiesel 40 persen pada akhir tahun ini. Kepala Badan Litbang ESDM Dadan Kusdiana mengatakan bahwa saat ini kajian penerapan campuran biodiesel 40 persen (B40) telah memasuki tahap pengujian ketahanan mesin dengan engine test bench selama 1.000 jam. Selain itu, Badan Litbang ESDM juga tengah melakukan pengujian sampel pelumas per 250 jam dan sedang mempersiapkan untuk pelaksanaan uji presipitasi dan stabilitas penyimpanan. Rangkaian kegiatan kajian penerapan B40 ditargetkan rampung pada November mendatang. Pada Desember 2020, Badan Litbang akan memulai evaluasi dan penyusunan rekomendasi teknis penggunaan B40. “Akan selesai akhir tahun ini. November kami sudah mulai lakukan analisis lengkap semua,” ujar Dadan, Rabu (26/8/2020).
Uji teknis B40 bertujuan untuk mendapatkan data teknis uji karakteristik dari formulasi bahan bakar, stabilitas penyimpanan, dan potensi presipitasi B40. Selain itu, juga bertujuan untuk mendapatkan data teknis unjuk kerja bahan bakar pada mesin diesel melalui uji kinerja terbatas dan uji ketahanan pada engine test bench selama 1.000 jam, serta mendapatkan metode proses perbaikan mutu biodiesel. Kegiatan uji teknis ini akan menghasilkan rekomendasi teknis penggunaan bahan bakar B40 untuk diterapkan pada kendaraan bermesin diesel dan perbaikan mutu biodiesel. Dadan menambahkan bahwa hingga saat ini belum ada rencana untuk melakukan uji jalan penggunaan B40 pada kendaraan. Pelaksanaan uji jalan terkendala situasi pandemi Covid-19 sehingga pengujian B40 hanya dilakukan di laboratorium menggunakan engine test bench selama 1.000 jam, ini ekuivalen sekitar 50.000—60.000 kilometer. “Sekarang belum ada rencana uji jalan karena metode [pengujian] yang dipakai ini sudah didukung, disetujui oleh Gaikindo [Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia],” kata Dadan. Adapun, uji ketahanan B40 1.000 jam pada engine test bench menggunakan dua formulasi. Formulasi pertama menggunakan campuran minyak diesel dan FAME (fatty acid methyl ester) 40 persen, saat ini uji ketahanannya telah mencapai 370 jam. Formulasi kedua menggunakan campuran B30 dengan DPME (distilate palm methyl ester) 10 persen. Uji formulasi kedua telah mencapai 615 jam. Penambahan DPME dapat memperbaiki kualitas campuran B40.
Republika.co.id | Rabu, 26 Agustus 2020
Manfaatkan Energi dengan Bijaksana dan Kreatif
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo menggelar MIPAnet School untuk pertama kalinya secara daring bertajuk Inovasi Energi Terbarukan Berbasis Riset yang Berkelanjutan pada 10-14 Agustus 2020. Acara yang bekerja sama dengan Jaringan Kerjasama Nasional Lembaga Pendidikan Tinggi Bidang MIPA (MIPAnet) tersebut bertujuan untuk mendorong mahasiswa dapat bersikap bijaksana terhadap pemanfaatan energi dan berpikir inovatif kreatif dalam pengelolaan sumber energi. FMIPA UNS melalui MIPAnet School juga ingin memberikan dasar pemahaman tentang energi terbarukan, yang meliputi jenis-jenis energi terbarukan, proses pembuatan, metode analisis, dan perkembangan riset sampai saat ini kepada mahasiswa. Dekan FMIPA UNS, Harjana, mengatakan berbagai materi pembelajaran telah disiapkan oleh penyelenggara MIPAnet School. Menurutnya, MIPAnet School UNS 2020 telah dirancang dengan durasi waktu dan kedalaman materi yang setara dengan Mata Kuliah (Makul) berbobot 2 SKS. “Perkuliahan diatur setara dengan 14 kali tatap muka dan dua kali uji kompetensi. Pada tahap penilaian akhir juga memperhitungkan tugas terstruktur dan keaktifan peserta selama mengikuti seluruh rangkaian kegiatan MIPAnet School,” terang Harjana seperti tertulis dalam siaran pers, Rabu (26/8). Sementara itu, penanggung jawab acara, Venty Suryanti, mengatakan MIPAnet School UNS 2020 diikuti oleh 274 peserta dari 19 perguruan tinggi. Di antaranya dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Universitas Hasanuddin (Unhas) dan Universitas Negeri Malang (UNM). Rinciannya, 87 perserta dari UNS dan 187 peserta dari luar UNS yang datang dari perguruan tinggi di seluruh Indonesia.
Pada hari pertama hingga hari ketiga, MIPAnet School mengundang sejumlah pemateri untuk menyampaikan materi seputar biofuel, biodiesel, bioethanol, biogas, baterai, fuelcell dan teknologi pengolahan limbah menjadi sumber energi. Pemateri yang dihadirkan dalam sesi tersebut di antaranya Khoirina Dwi Nugrahaningtyas, Nurcahyo, dan Fitria Rahmawati, Ivandini Tribidasari Anggraningrum, dari Departeman Kimia Fakultas MIPA Universitas Indonesia (UI) dan Muhammad Abdul Kholiq dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Pada hari keempat, materi yang diberikan meliputi progres dan pengembangan riset solar sel organik, teknologi tepat guna energi ramah lingkungan, dan inovasi bioenergi ramah lingkungan dengan pemateri Agus Supriyanto dan Risa Suryana dari Program Studi (Prodi) Fisika FMIPA UNS, Prabang Setyono dari Prodi Lingkungan FMIPA UNS, dan Edwi Mahajoene. Sedangkan pada hari terakhir, materi difokuskan pada riset bidang matematika yang mendukung inovasi energi baru terbarukan yang disampaikan oleh Siswanto dan Sutanto dari Prodi Matematika FMIPA UNS, dan Basuki Widodo dari Departemen Matematika, Fakultas Sains dan Analitika Data, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).
Harian Kontan | Kamis, 27 Agustus 2020
AUTO Membidik Produksi Komponen Mobil Listrik
PT Astra Otoparts Tbk (AUTO) mengakui sedang mempelajari sejumlah komponen otomotif yang dibutuhkan untuk implementasi kebijakan B20 hingga B100 dan kendaraan listrik. Emiten Grup Astra ini perlu mempersiapkan perubahan kebutuhan komponen kendaraan di masa yang akan datang. Presiden Direktur PT Astra Otoparts Tbk, Hamdhani Dzulkarnaen Salim mengatakan, dengan implementasi kebijakan biodiesel 20 (B20) hingga B100 nanti serta adanya kendaraan listrik, maka akan mengubah kebutuhan komponen otomotif. “Untungnya kami memiliki divisi riset dan pengembangan (RD) yang dari beberapa tahun lalu terus berusaha mempersiapkan diri. Kami mengidentifikasi kira-kira komponen apa saja yang dibutuhkan pada saat sampai B100. Tentu akan ada perubahan, apalagi untuk kendaraan listrik,” jelas dia dalam paparan publik secara virtual, Selasa (25/8). Hamdhani menjelaskan, perihal komponen mobil listrik, Astra Otoparts ingin menjadi pemain komponen utama. Agar mencapai harapan tersebut, saat ini AUTO dalam tahap studi dan riset, serta melaksanakan kolaborasi dengan berbagai instansi dalam negeri dan luar negeri. “Kamijuga mempelajari peluang yang akan timbul nanti, apakah itu di komponen kendaraan listrik, apakah itu baterai, komponen elektronik seperti battery management system dan sebagainya. Itu semua ada di studi kami saat ini,” kata dia. Hamdhani berharap Astra Otoparts tetap berkiprah menjadi pemain komponen utama di Indonesia dan di kawasan regional. Pada semester pertama tahun ini, AUTO mencatatkan rugi bersih senilai Rp 296 miliar, yang dipicu pandemi Co-vid-19. Kerugian itu akibat adanya PSBB sehingga aktivitas bisnis berhenti. Penjualan AUTO juga turun 25,56% year-on-year (yoy) menjadi Rp 5,65 triliun.