Soal Standar Euro 4 Versus Biodiesel, Pemerintah Bikin Pengusaha Galau
Jawapos.com | Kamis, 2 Juni 2022
Soal Standar Euro 4 Versus Biodiesel, Pemerintah Bikin Pengusaha Galau
Penerapan standar Euro 4 untuk kendaraan bermesin diesel menjadi dilema bagi pengusaha truk. Mereka menganggap kebijakan itu bertentangan dengan upaya meningkatkan pemanfaatan biosolar yang juga digetolkan pemerintah. Ketua Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Jatim Sundoro menyatakan, isu Euro 4 memang menjadi perhatian banyak pemilik truk. Sebab, mereka harus melakukan investasi besar untuk meremajakan armada. Namun, polemik baru justru muncul. Sebab, Euro 4 harus memiliki standar bahan bakar tersendiri. “Di sisi lain, pemerintah justru menggenjot pemanfaatan biosolar yang belum tersertifikasi dengan standar Euro 4,” ujarnya. Dia meminta pemerintah bisa benar-benar menentukan sikap. Sebab, mereka khawatir mesin yang mengakomodasi biosolar justru tidak memenuhi Euro 4. “Apalagi, biaya untuk meremajakan unit tak sedikit,” katanya. Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian telah mengeluarkan regulasi untuk kendaraan niaga yang ramah lingkungan. Mulai 12 April 2022, truk dan bus baru yang diproduksi sudah harus berstandar Euro 4. Chief Operating Officer Hino Motors Sales Indonesia (HMSI) Santiko Wardoyo mengakui, penerapan standar baru untuk aspek ramah lingkungan kendaraan niaga memang menjadi perhatian banyak pengusaha. Sebab, mereka harus melakukan peremajaan. “Kebijakan itu menjadi kesempatan kami untuk kembali berkembang setelah pandemi,” tuturnya dalam gathering konsumen di Surabaya. Dia menerangkan, pandemi memang memukul berat penjualan kendaraan niaga. Terutama kendaraan dengan kapasitas besar. Sebab, moda transportasi darat itu sangat berkaitan dengan kegiatan ekonomi dan mobilitas masyarakat. Selama 2020, pihaknya hanya berhasil menjual 12 ribu unit kendaraan niaga besar. Capaian penjualan tersebut jauh jika dibandingkan pada 2019 yang membukukan 31 ribu unit. “Pada masa pandemi, memang LCV (light commercial vehicle) tumbuh karena banyak yang memulai usaha. Tapi, penjualan kendaraan niaga yang besar justru terhambat,” paparnya.