Tiga Asosiasi Hilir Sawit Distribusikan Sembako
Harian Seputar Indonesia | Rabu, 10 Juni 2020
Tiga Asosiasi Hilir Sawit Distribusikan Sembako
Tiga asosiasi hilir kelapa sawit yaitu Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI), Asosiasi Produsen biofuels Indonesia (Aprobi), dan Asosiasi Produsen Oleochemical Indonesia (Apolin) mendistribusikan 250 paket sembako ke yayasan yatim-piatu di Jakarta dan Depok (Jawa Barat). Pemberian donasi bertujuan membantu anakyatim-piatudan masyarakat tidak mampu sehingga daya tahan tubuhnya tetap baik saat pandemi Covid-19. Penyerahan ini dihadiri perwakilan asosiasi antara lain Mustafa Daulay (pengurus GIMNI), Irma dan Dwi (sekre-tariatAprobi), dan Dinna (sekretariat Apolin)! “Harapan kami ingin meringankan beban ekonomi masyarakat seperti anak-anak yatim-piatu ini. Selain itu, mereka harus menjaga kesehatan di tengah wabah pandemi Covid-19,” ujar Mustafa Daulay. Bernard Riedo, ketua umum GIMNI, mengatakan bahwa donasi paket sembako sebagai wujud kepedulian anggota GIMNI kepada masyarakat. Dia berharap agar situasi di Indonesia segera membaik sehingga masya -rakat dapat kembali beraktivi -tas dan ekonomi bergulir. MP Tumanggor, Ketua Umum Aprobi, mengapresiasi inisebagaiupayamembantupe -merintah dalam meringankan beban masyarakat di masa pan -demi Covid-19. “Bantuan inika -mi berikan supaya dapat mem -bantu masyarakat, terutama anakyatim-piatu,” ujarnya
BERITA BIOFUEL
Wartaekonomi.co.id | Selasa, 9 Juni 2020
Jaga Serapan Domestik Sawit, B30: Tulang Punggung
Pemerintah Indonesia melalui Peraturan Menteri Keuangan (PMK) nomor 57/PMK.05/ 2020 tentang Tarif Layanan Umum Badan Pengelola Perkebunan Kelapa Sawit pada Kementerian Keuangan telah resmi menaikkan tarif ekspor minyak sawit dan produk turunannya. Beleid ini menetapkan kenaikan pungutan sebesar US$5/ton menjadi US$55/ton untuk ekspor minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) per 1 Juni 2020 lalu. Kalangan pelaku industri sawit dan petani dapat memaklumi pertimbangan pemerintah terkait kenaikan pungutan ekspor tersebut. Ketua Bidang Komunikasi Gapki, Tofan Mahdi, mengatakan, “Kebijakan tarif ekspor kelapa sawit tidak terlalu buruk di tengah kondisi yang sulit akibat pandemi. Pemerintah tetap serius dalam penyelamatan industri kelapa sawit.”
Tofan juga menjelaskan bahwa di tengah anjloknya harga minyak mentah, pemerintah tetap berupaya menjalankan keberlangsungan program mandatori B30. Program biodiesel merupakan tulang punggung untuk menjaga penyerapan sawit di pasar domestik. Upaya ini menjadi penting di kala pelemahan pasar ekspor sawit. Lebih lanjut Tofan menjelaskan, “Mandatori B30 ini menyediakan ruang untuk memasok sawit bagi kebutuhan dalam negeri. Jelas ini (B30) menggembirakan. Pasar merespons bagus, ini terlihat sepekan terakhir harga minyak sawit mulai positif.” Kementerian ESDM mencatat, realisasi volume penyaluran biodiesel pada kuartal I-2020 sebesar 2,17 juta kilo liter (KL) atau 90,4 persen dari permintaan pembelian (purchase order/PO), sebesar 2,4 juta KL.
Sawitindonesia.com | Selasa, 9 Juni 2020
Jubir GAPKI: Pungutan Ekspor Naik, B30 Menjadi Harapan
Kalangan pelaku industri sawit dapat memaklumi pertimbangan pemerintah untuk menaikkan pungutan ekspor. Sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) nomor 57/PMK.05/ 2020 tentang Tarif Layanan Umum Badan Pengelola Perkebunan Kelapa Sawit pada Kementerian Keuangan. Beleid ini menetapkan kenaikan pungutan sebesar US$ 5/ ton menjadi US$ 55/ton untuk ekspor minyak sawit mentah (CPO) per 1 Juni 2020. Termasuk pula bagi produk turunan sawit. “Kebijakan tarif ekspor kelapa sawit tidak terlalu buruk di tengah kondisi yang sulit akibat pandemi. Pemerintah tetap serius dalam penyelamatan industri kelapa sawit,” jelas Tofan Mahdi, Ketua Bidang Komunikasi GAPKI, Selasa (9 Juni 2020). Ditengah anjloknya harga minyak mentah, dijelaskan Tofan, pemerintah tetap berupaya menjalankan keberlangsungan program mandatori B30. Program biodiesel merupakan tulang punggung untuk menjaga penyerapan sawit di pasar domestik. Upaya ini menjadi penting di kala pelemahan pasar ekspor sawit. “Mandatori B30 ini menyediakan ruang untuk memasok sawit bagi kebutuhan dalam negeri. Jelas ini (B30) menggembirakan. Pasar merespon bagus, ini terlihat sepekan terakhir harga minyak sawit mulai positif,” ujarnya. Pada 1 Juni 2020, rerata harga CPO di Bursa Malaysia sebesar RM 2285/ ton. Lalu beranjak naik RM 2341/ ton pada 2 Juni dan RM 2399/ton pada 3 Juni. Kementerian ESDM mencatat realisasi volume penyaluran biodiesel pada periode tersebut sebesar 2,17 juta kilo liter (KL) atau 90,4% dari permintaan pembelian (purchase order/PO), sebesar 2,4 juta KL.
Kontan.co.id | Selasa, 9 Juni 2020
Pertamina seimbangkan pengembangan ekosistem energi fosil dan terbarukan
PT Pertamina (Persero) berkomitmen agar ekosistem energi yang berbasis fosil dan energi baru terbarukan (EBT) dapat berkembang secara seimbang. Hal itu tertuang di dalam peta jalan (roadmap) jangka panjang holding perusahaan minyak dan gas (migas) plat merah tersebut. Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman menyampaikan, sejalan dengan proyek migas yang dikerjakan dari hulu hingga hilir, Pertamina juga fokus untuk mengembangkan proyek berbasis energi hijau. Selain untuk keberlanjutan, proyek tersebut strategis bagi optimalisasi nilai aset dan berlimpahnya sumber daya yang ada di Indonesia. “Di dalam roadmap jangka panjang Pertamina, direncanakan dan diimplementasikan keseimbangan ekosistem fosil dan EBT. Dalam hal ini, Pertamina juga harus mempertimbangkan berbagai aspek, diantaranya memaksimalkan value dari aset dan resources yang berlimpah di Indonesia sambil terus mengoptimalkan upaya-upaya green transformation,” terang Fajriyah saat dihubungi Kontan.co.id, akhir pekan kemarin. Salah satu jenis energi terbarukan yang sudah lama dikembangkan Pertamina adalah panas bumi, yang potensinya melimpah di Indonesia. Menurut Fajriyah, dalam 13 tahun terakhir Pertamina terus bergerak meningkatkan produksi listrik dari panas bumi yang saat ada di 14 wilayah kerja, dengan total kapasitas terpasang telah mencapai 1.877 Megawatt (MW).
Selain itu, Pertamina juga mengembangkan panel surya atau solar PV di sejumlah fasilitasnya, seperti di Cilacap dan Bontang. Dalam pemanfaatan energi berkelanjutan, Pertamina dengan sinergi BUMN lainnya sedang mengembangkan baterai electric vehicle (EV). Terkait dengan produk Bahan Bakar Minyak (BBM), beberapa proyek masih dijalankan Pertamina untuk menghasilkan BBM yang lebih ramah lingkungan. Seperti pembangunan bahan bakar hijau (Green Diesel) di Cilacap dan Green Refinery di Plaju. “Selain itu Pertamina juga berkomitmen untuk pemanfaatan biodiesel sesuai dengan arahan pemerintah untuk penerapan B30,” sebut Fajriyah. Dia bilang, salah satu target dalam pengembangan kilang Pertamina ialah perubahan spesifikasi BBM yang lebih berkualitas. Yakni dari standar Euro 2 menjadi Euro 5. Salah satu yang sudah terealisasi adalah Proyek Langit Biru Cilacap yang mampu menghasilkan produk BBM dengan standar kualitas Euro 4. Program-program energi berkelanjutan ini, imbuh Fajriyah, diproyeksikan dapat menurunkan tingkat emisi yang cukup signifikan. “Program perubahan spesifikasi tersebut bersama dengan biofuel blending serta pengembangan batere dan solar PV berpotensi menurunkan emisi sampai 27%,” ujarnya. Upaya yang terus dijalankan Pertamina saat ini, kata Fajriyah, ialah untuk mendorong masyarakat agar dapat beralih menggunakan BBM yang lebih ramah lingkungan, seperti Pertamax Series. “Ini penting, sehingga efek dari BBM yang lebih ramah lingkungan benar terealisasi dan dapat berpengaruh positif terhadap lingkungan,” pungkasnya.
Katadata.co.id | Selasa, 9 Juni 2020
Permintaan Global Lesu Tekan Ekspor Minyak Sawit Hingga April
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit (Gapki) mencatat penurunan ekspor Crude Palm Oil (CPO) dan produk sawait turunannya. Pada April 2020 mencapai 2,6 juta ton, turun 2,82% dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 2,72 juta ton serta anjlok hingga 12% dalam empat bulan pertama 2020. “Ekspor minyak sawit pada bulan April dibandingkan dengan bulan Maret 2020 menurun 77 ribu ton, 44 ribu ton dari refined palm oil dan 33 ribu ton dari CPO,” kata Direktur Eksekutif Gapki Mukti Sardjono dalam siaran pers yang dikutip Selasa (6/9). Secara kumulatif, ekspor CPO dan turunannya sepanjang Januari-April 2020 sebesar 10,3 juta ton. Angka tersebut lebih rendah 12,1% dibandingkan ekspor Januari April 2019. Namun secara nilai, ekspor Januari- April tahun ini 9,4% lebih tinggi, yaitu US$ 6,96 miliar dibandingkan tahun lalu yang sebesar US$ 6,37 miliar.
Khusus pada April, total ekspor CPO mencapai sebesar 611 ribu ton. Sementara, ekspor olahan CPO mencapai 1,5 juta ton, ekspor laurik (PKO dan olahan PKO) 129 ribu ton, dan oleokimia 311 ribu ton. Berdasarkan negara tujuannya, penurunan ekspor terbesar per April terjadi ke Bangladesh sebesar 118 ribu ton, diikuti Afrika 62 ribu ton dan Timur Tengah 56 ribu ton dibandingkan bulan sebelumnya. Sebaliknya, ekspor ke Pakistan naik 100% menjadi 201 ribu ton disebabkan impor yang sangat rendah pada bulan Maret. Ekspor ke Tiongkok naik 37% secara bulanan menjadi 417 ribu ton. Namun, angka tersebut masih jauh lebih rendah dari ekspor ke Tiongkok pada April 2019 yang mencapai 730 ribu ton. Sedangkan ekspor ke India dan Uni Eropa juga menunjukkan sedikit kenaikan secara bulanan. “Tren yang positif ini diperkirakan akan berjalan terus dengan semakin meredanya pandemi Covid-19” ujar dia.
Produksi CPO
Gapki juga mencatat, produksi CPO dan turunannya mencapai 15,03 juta ton sejak Januari hingga April 2020. Produksi CPO lebih rendah 12% dibandingkan periode Januari-April 2019 sebesar 17,2 juta ton. Mukti mengatakan, produksi yang lebih rendah dibandingkan dengan tahun lalu merupakan efek bawaan dari kemarau panjang tahun lalu. Oleh karena itu, dia berharap, peningkatan produksi pada April bisa menjadi titik awal fase kenaikan produksi musiman tahun ini. Sedangkan terkait konsumsi dalam negeri, Gapki mencatat pada Januari-April 2020 konsumsi mencapai 5,93 juta ton, lebih tinggi 6,2% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh adanya implementasi B30.
Secara bulanan, konsumsi dalam negeri sebesar 1,4 juta ton atau lebih rendah 6,5% dari Maret sebesar 1,49 juta ton. Penurunan secara bulanan disebabkan oleh menurunnya konsumsi biodiesel sebanyak 113 ribu ton akibat berkurangnya mobilitas masyarakat. Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) diduga menyebabkan konsumsi untuk keperluan pangan naik 4 ribu ton secara bulanan menjadi 725 ribu ton. Sedangkan, konsumsi oleokimia naik 11 ribu ton secara bulanan, menjadi 115 ribu ton yang seiring meningkatnya pemakaian hand sanitizer dan sabun. “Konsumsi oleokimia diperkirakan masih akan bertahan meskipun ada pelonggaran PSBB karena protokol Covid-19 masih tetap diterapkan,” kata Mukti.
Bisnis.com | Selasa, 9 Juni 2020
Produksi Minyak Sawit Terkoreksi, Permintaan Tumbuh Positif
Permintaan minyak sawit oleh sektor manufaktur selama Januari-April 2020 masih tumbuh secara tahunan. Namun demikian, produksi minyak sawit tercatat lebih rendah dari realisasi periode yang sama tahun lalu. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit (Gapki) mendata produksi minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) lebih rendah 12,2 persen dibandingkan dengan Januari-April 2019 menjadi 15,03 juta ton. Namun demikian, permintaan domestik meningkat sebesar 6,2 persen menjadi 5,93 juta ton. “Kami tetap waspada karena ini pandemi yang tida pernah tahu dampaknya ke mana saja. Sampai saat ini [perkebunan kelapa sawit] relatif bertahan. Semoga tidak makin panjang [pandemi Covid-19],” kata Sekretaris Jenderal Gapki Kanya Lakshmi SIdarta kepada Bisnis, Selasa (9/6/2020). Kanya merinci konsumsi industri oleokimia pada April 2020 naik 10,57 persen dari bulan sebelumnya menjadi 115.000 ton. Selama Januari-April 2020, permintaan oleh industri oleokimia rata-rata tumbuh 9,03 persen per bulan.
Adapun, pasokan minyak sawit ke industri oleokimia sepanjang Januari-April 2020 mencapai 399.000 ton. Kanya meramalkan konsumsi minyak sawit oleh industri oleokimia masih akan bertahan meskipun pelonggaran protokol pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dilakukan,. Seperti diketahui, industri oleokimia mengubah minyak sawit menjadi produk antara seperti soap noodle, fatty acidm gliceryn, dan metyl ester. Produk tersebut merupakan bahan baku produk kebersihan seperti sabun, sampo, dan hand sanitizer. Di samping itu, permintaan oleh industri oleopangan naik tipis 0,55 persen pada April 2020 secara bulanan menjadi 725.000 ton. Adapun, April 2020 mernjadi bulan pertama permintaan minyak sawit oleh industri oleopangan tumbuh setelah permintaan pada Maret 2020 anjlok 8,26 persen secara bulanan. Kanya menilai naiknya permintaan tersebut salah satunya disebabkan oleh pemberlakuan protokol PSBB di dalam negeri. Di sisi lain, lanjutnya, pemberlakuan PSBB menurunkan serapan minyak sawit ke industri biodiesel.
Kanya mendata serapan industri biodiesel turun 16,79 persen secara bulanan. April tercatat menjadi bulan pertama kalinya serapan minyak sawit ke industri biodiesel turun sepanjang Januari-April 2020. Kanya berujar penurunan tersebut disebabkan oleh berkurangnya aktivitas truk-truk logistik selama PSBB. Namun demikian, Kanya menyatakan serapan minyak sawit oleh industri biodiesel selama Januari-APril 2020 lebih baik dari periode yang sama tahun lalu. “Lebih tingginya konsumsi [industri] biodiesel selama Januari-April 2020 dari [periode yang sama] tahun lalu disebabkan oleh implementasi B30,” ucapnya. Dari sisi produksi, Kanya menjelaskan penurunan produksi minyak sawit pada April 2020 disebabkan oleh efek bawaan dari kemarau panjang tahun lalu. Dengan demikian, Kanya menyatakan pihaknya belum akan merubah targer produksi minyak sawit hingga akhir tahun ini.
Tiga asosiasi hilir kelapa sawit yaitu Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI), Asosiasi Produsen biofuels Indonesia (Aprobi), dan Asosiasi Produsen Oleochemical Indonesia (Apolin) mendistribusikan 250 paket sembako ke yayasan yatim-piatu di Jakarta dan Depok (Jawa Barat). Pemberian donasi bertujuan membantu anakyatim-piatudan masyarakat tidak mampu sehingga daya tahan tubuhnya tetap baik saat pandemi Covid-19. Penyerahan ini dihadiri perwakilan asosiasi antara lain Mustafa Daulay (pengurus GIMNI), Irma dan Dwi (sekre-tariatAprobi), dan Dinna (sekretariat Apolin)! “Harapan kami ingin meringankan beban ekonomi masyarakat seperti anak-anak yatim-piatu ini. Selain itu, mereka harus menjaga kesehatan di tengah wabah pandemi Covid-19,” ujar Mustafa Daulay. Bernard Riedo, ketua umum GIMNI, mengatakan bahwa donasi paket sembako sebagai wujud kepedulian anggota GIMNI kepada masyarakat. Dia berharap agar situasi di Indonesia segera membaik sehingga masya -rakat dapat kembali beraktivi -tas dan ekonomi bergulir. MP Tumanggor, Ketua Umum Aprobi, mengapresiasi inisebagaiupayamembantupe -merintah dalam meringankan beban masyarakat di masa pan -demi Covid-19. “Bantuan inika -mi berikan supaya dapat mem -bantu masyarakat, terutama anakyatim-piatu,” ujarnya
BERITA BIOFUEL
Wartaekonomi.co.id | Selasa, 9 Juni 2020
Jaga Serapan Domestik Sawit, B30: Tulang Punggung
Pemerintah Indonesia melalui Peraturan Menteri Keuangan (PMK) nomor 57/PMK.05/ 2020 tentang Tarif Layanan Umum Badan Pengelola Perkebunan Kelapa Sawit pada Kementerian Keuangan telah resmi menaikkan tarif ekspor minyak sawit dan produk turunannya. Beleid ini menetapkan kenaikan pungutan sebesar US$5/ton menjadi US$55/ton untuk ekspor minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) per 1 Juni 2020 lalu. Kalangan pelaku industri sawit dan petani dapat memaklumi pertimbangan pemerintah terkait kenaikan pungutan ekspor tersebut. Ketua Bidang Komunikasi Gapki, Tofan Mahdi, mengatakan, “Kebijakan tarif ekspor kelapa sawit tidak terlalu buruk di tengah kondisi yang sulit akibat pandemi. Pemerintah tetap serius dalam penyelamatan industri kelapa sawit.”
Tofan juga menjelaskan bahwa di tengah anjloknya harga minyak mentah, pemerintah tetap berupaya menjalankan keberlangsungan program mandatori B30. Program biodiesel merupakan tulang punggung untuk menjaga penyerapan sawit di pasar domestik. Upaya ini menjadi penting di kala pelemahan pasar ekspor sawit. Lebih lanjut Tofan menjelaskan, “Mandatori B30 ini menyediakan ruang untuk memasok sawit bagi kebutuhan dalam negeri. Jelas ini (B30) menggembirakan. Pasar merespons bagus, ini terlihat sepekan terakhir harga minyak sawit mulai positif.” Kementerian ESDM mencatat, realisasi volume penyaluran biodiesel pada kuartal I-2020 sebesar 2,17 juta kilo liter (KL) atau 90,4 persen dari permintaan pembelian (purchase order/PO), sebesar 2,4 juta KL.
Sawitindonesia.com | Selasa, 9 Juni 2020
Jubir GAPKI: Pungutan Ekspor Naik, B30 Menjadi Harapan
Kalangan pelaku industri sawit dapat memaklumi pertimbangan pemerintah untuk menaikkan pungutan ekspor. Sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) nomor 57/PMK.05/ 2020 tentang Tarif Layanan Umum Badan Pengelola Perkebunan Kelapa Sawit pada Kementerian Keuangan. Beleid ini menetapkan kenaikan pungutan sebesar US$ 5/ ton menjadi US$ 55/ton untuk ekspor minyak sawit mentah (CPO) per 1 Juni 2020. Termasuk pula bagi produk turunan sawit. “Kebijakan tarif ekspor kelapa sawit tidak terlalu buruk di tengah kondisi yang sulit akibat pandemi. Pemerintah tetap serius dalam penyelamatan industri kelapa sawit,” jelas Tofan Mahdi, Ketua Bidang Komunikasi GAPKI, Selasa (9 Juni 2020). Ditengah anjloknya harga minyak mentah, dijelaskan Tofan, pemerintah tetap berupaya menjalankan keberlangsungan program mandatori B30. Program biodiesel merupakan tulang punggung untuk menjaga penyerapan sawit di pasar domestik. Upaya ini menjadi penting di kala pelemahan pasar ekspor sawit. “Mandatori B30 ini menyediakan ruang untuk memasok sawit bagi kebutuhan dalam negeri. Jelas ini (B30) menggembirakan. Pasar merespon bagus, ini terlihat sepekan terakhir harga minyak sawit mulai positif,” ujarnya. Pada 1 Juni 2020, rerata harga CPO di Bursa Malaysia sebesar RM 2285/ ton. Lalu beranjak naik RM 2341/ ton pada 2 Juni dan RM 2399/ton pada 3 Juni. Kementerian ESDM mencatat realisasi volume penyaluran biodiesel pada periode tersebut sebesar 2,17 juta kilo liter (KL) atau 90,4% dari permintaan pembelian (purchase order/PO), sebesar 2,4 juta KL.
Kontan.co.id | Selasa, 9 Juni 2020
Pertamina seimbangkan pengembangan ekosistem energi fosil dan terbarukan
PT Pertamina (Persero) berkomitmen agar ekosistem energi yang berbasis fosil dan energi baru terbarukan (EBT) dapat berkembang secara seimbang. Hal itu tertuang di dalam peta jalan (roadmap) jangka panjang holding perusahaan minyak dan gas (migas) plat merah tersebut. Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman menyampaikan, sejalan dengan proyek migas yang dikerjakan dari hulu hingga hilir, Pertamina juga fokus untuk mengembangkan proyek berbasis energi hijau. Selain untuk keberlanjutan, proyek tersebut strategis bagi optimalisasi nilai aset dan berlimpahnya sumber daya yang ada di Indonesia. “Di dalam roadmap jangka panjang Pertamina, direncanakan dan diimplementasikan keseimbangan ekosistem fosil dan EBT. Dalam hal ini, Pertamina juga harus mempertimbangkan berbagai aspek, diantaranya memaksimalkan value dari aset dan resources yang berlimpah di Indonesia sambil terus mengoptimalkan upaya-upaya green transformation,” terang Fajriyah saat dihubungi Kontan.co.id, akhir pekan kemarin. Salah satu jenis energi terbarukan yang sudah lama dikembangkan Pertamina adalah panas bumi, yang potensinya melimpah di Indonesia. Menurut Fajriyah, dalam 13 tahun terakhir Pertamina terus bergerak meningkatkan produksi listrik dari panas bumi yang saat ada di 14 wilayah kerja, dengan total kapasitas terpasang telah mencapai 1.877 Megawatt (MW).
Selain itu, Pertamina juga mengembangkan panel surya atau solar PV di sejumlah fasilitasnya, seperti di Cilacap dan Bontang. Dalam pemanfaatan energi berkelanjutan, Pertamina dengan sinergi BUMN lainnya sedang mengembangkan baterai electric vehicle (EV). Terkait dengan produk Bahan Bakar Minyak (BBM), beberapa proyek masih dijalankan Pertamina untuk menghasilkan BBM yang lebih ramah lingkungan. Seperti pembangunan bahan bakar hijau (Green Diesel) di Cilacap dan Green Refinery di Plaju. “Selain itu Pertamina juga berkomitmen untuk pemanfaatan biodiesel sesuai dengan arahan pemerintah untuk penerapan B30,” sebut Fajriyah. Dia bilang, salah satu target dalam pengembangan kilang Pertamina ialah perubahan spesifikasi BBM yang lebih berkualitas. Yakni dari standar Euro 2 menjadi Euro 5. Salah satu yang sudah terealisasi adalah Proyek Langit Biru Cilacap yang mampu menghasilkan produk BBM dengan standar kualitas Euro 4. Program-program energi berkelanjutan ini, imbuh Fajriyah, diproyeksikan dapat menurunkan tingkat emisi yang cukup signifikan. “Program perubahan spesifikasi tersebut bersama dengan biofuel blending serta pengembangan batere dan solar PV berpotensi menurunkan emisi sampai 27%,” ujarnya. Upaya yang terus dijalankan Pertamina saat ini, kata Fajriyah, ialah untuk mendorong masyarakat agar dapat beralih menggunakan BBM yang lebih ramah lingkungan, seperti Pertamax Series. “Ini penting, sehingga efek dari BBM yang lebih ramah lingkungan benar terealisasi dan dapat berpengaruh positif terhadap lingkungan,” pungkasnya.
Katadata.co.id | Selasa, 9 Juni 2020
Permintaan Global Lesu Tekan Ekspor Minyak Sawit Hingga April
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit (Gapki) mencatat penurunan ekspor Crude Palm Oil (CPO) dan produk sawait turunannya. Pada April 2020 mencapai 2,6 juta ton, turun 2,82% dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 2,72 juta ton serta anjlok hingga 12% dalam empat bulan pertama 2020. “Ekspor minyak sawit pada bulan April dibandingkan dengan bulan Maret 2020 menurun 77 ribu ton, 44 ribu ton dari refined palm oil dan 33 ribu ton dari CPO,” kata Direktur Eksekutif Gapki Mukti Sardjono dalam siaran pers yang dikutip Selasa (6/9). Secara kumulatif, ekspor CPO dan turunannya sepanjang Januari-April 2020 sebesar 10,3 juta ton. Angka tersebut lebih rendah 12,1% dibandingkan ekspor Januari April 2019. Namun secara nilai, ekspor Januari- April tahun ini 9,4% lebih tinggi, yaitu US$ 6,96 miliar dibandingkan tahun lalu yang sebesar US$ 6,37 miliar.
Khusus pada April, total ekspor CPO mencapai sebesar 611 ribu ton. Sementara, ekspor olahan CPO mencapai 1,5 juta ton, ekspor laurik (PKO dan olahan PKO) 129 ribu ton, dan oleokimia 311 ribu ton. Berdasarkan negara tujuannya, penurunan ekspor terbesar per April terjadi ke Bangladesh sebesar 118 ribu ton, diikuti Afrika 62 ribu ton dan Timur Tengah 56 ribu ton dibandingkan bulan sebelumnya. Sebaliknya, ekspor ke Pakistan naik 100% menjadi 201 ribu ton disebabkan impor yang sangat rendah pada bulan Maret. Ekspor ke Tiongkok naik 37% secara bulanan menjadi 417 ribu ton. Namun, angka tersebut masih jauh lebih rendah dari ekspor ke Tiongkok pada April 2019 yang mencapai 730 ribu ton. Sedangkan ekspor ke India dan Uni Eropa juga menunjukkan sedikit kenaikan secara bulanan. “Tren yang positif ini diperkirakan akan berjalan terus dengan semakin meredanya pandemi Covid-19” ujar dia.
Produksi CPO
Gapki juga mencatat, produksi CPO dan turunannya mencapai 15,03 juta ton sejak Januari hingga April 2020. Produksi CPO lebih rendah 12% dibandingkan periode Januari-April 2019 sebesar 17,2 juta ton. Mukti mengatakan, produksi yang lebih rendah dibandingkan dengan tahun lalu merupakan efek bawaan dari kemarau panjang tahun lalu. Oleh karena itu, dia berharap, peningkatan produksi pada April bisa menjadi titik awal fase kenaikan produksi musiman tahun ini. Sedangkan terkait konsumsi dalam negeri, Gapki mencatat pada Januari-April 2020 konsumsi mencapai 5,93 juta ton, lebih tinggi 6,2% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh adanya implementasi B30.
Secara bulanan, konsumsi dalam negeri sebesar 1,4 juta ton atau lebih rendah 6,5% dari Maret sebesar 1,49 juta ton. Penurunan secara bulanan disebabkan oleh menurunnya konsumsi biodiesel sebanyak 113 ribu ton akibat berkurangnya mobilitas masyarakat. Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) diduga menyebabkan konsumsi untuk keperluan pangan naik 4 ribu ton secara bulanan menjadi 725 ribu ton. Sedangkan, konsumsi oleokimia naik 11 ribu ton secara bulanan, menjadi 115 ribu ton yang seiring meningkatnya pemakaian hand sanitizer dan sabun. “Konsumsi oleokimia diperkirakan masih akan bertahan meskipun ada pelonggaran PSBB karena protokol Covid-19 masih tetap diterapkan,” kata Mukti.
Bisnis.com | Selasa, 9 Juni 2020
Produksi Minyak Sawit Terkoreksi, Permintaan Tumbuh Positif
Permintaan minyak sawit oleh sektor manufaktur selama Januari-April 2020 masih tumbuh secara tahunan. Namun demikian, produksi minyak sawit tercatat lebih rendah dari realisasi periode yang sama tahun lalu. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit (Gapki) mendata produksi minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) lebih rendah 12,2 persen dibandingkan dengan Januari-April 2019 menjadi 15,03 juta ton. Namun demikian, permintaan domestik meningkat sebesar 6,2 persen menjadi 5,93 juta ton. “Kami tetap waspada karena ini pandemi yang tida pernah tahu dampaknya ke mana saja. Sampai saat ini [perkebunan kelapa sawit] relatif bertahan. Semoga tidak makin panjang [pandemi Covid-19],” kata Sekretaris Jenderal Gapki Kanya Lakshmi SIdarta kepada Bisnis, Selasa (9/6/2020). Kanya merinci konsumsi industri oleokimia pada April 2020 naik 10,57 persen dari bulan sebelumnya menjadi 115.000 ton. Selama Januari-April 2020, permintaan oleh industri oleokimia rata-rata tumbuh 9,03 persen per bulan.
Adapun, pasokan minyak sawit ke industri oleokimia sepanjang Januari-April 2020 mencapai 399.000 ton. Kanya meramalkan konsumsi minyak sawit oleh industri oleokimia masih akan bertahan meskipun pelonggaran protokol pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dilakukan,. Seperti diketahui, industri oleokimia mengubah minyak sawit menjadi produk antara seperti soap noodle, fatty acidm gliceryn, dan metyl ester. Produk tersebut merupakan bahan baku produk kebersihan seperti sabun, sampo, dan hand sanitizer. Di samping itu, permintaan oleh industri oleopangan naik tipis 0,55 persen pada April 2020 secara bulanan menjadi 725.000 ton. Adapun, April 2020 mernjadi bulan pertama permintaan minyak sawit oleh industri oleopangan tumbuh setelah permintaan pada Maret 2020 anjlok 8,26 persen secara bulanan. Kanya menilai naiknya permintaan tersebut salah satunya disebabkan oleh pemberlakuan protokol PSBB di dalam negeri. Di sisi lain, lanjutnya, pemberlakuan PSBB menurunkan serapan minyak sawit ke industri biodiesel.
Kanya mendata serapan industri biodiesel turun 16,79 persen secara bulanan. April tercatat menjadi bulan pertama kalinya serapan minyak sawit ke industri biodiesel turun sepanjang Januari-April 2020. Kanya berujar penurunan tersebut disebabkan oleh berkurangnya aktivitas truk-truk logistik selama PSBB. Namun demikian, Kanya menyatakan serapan minyak sawit oleh industri biodiesel selama Januari-APril 2020 lebih baik dari periode yang sama tahun lalu. “Lebih tingginya konsumsi [industri] biodiesel selama Januari-April 2020 dari [periode yang sama] tahun lalu disebabkan oleh implementasi B30,” ucapnya. Dari sisi produksi, Kanya menjelaskan penurunan produksi minyak sawit pada April 2020 disebabkan oleh efek bawaan dari kemarau panjang tahun lalu. Dengan demikian, Kanya menyatakan pihaknya belum akan merubah targer produksi minyak sawit hingga akhir tahun ini.