Garuda Indonesia Layani Penerbangan Komersial Perdana dengan Bioavtur

| News
Share Share on Facebook Share on Twitter Share on Whatsapp

Kontan.co.id | Sabtu, 28 Oktober 2023

Garuda Indonesia Layani Penerbangan Komersial Perdana dengan Bioavtur

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) meresmikan pengoperasian penerbangan komersial dengan Sustainable Aviation Fuel (SAF) Bioavtur J2.4 melalui penerbangan khusus bertajuk #FromNatureToFuture dengan rute penerbangan Jakarta – Solo pp pada Jumat (27/10) atau bertepatan dengan Hari Penerbangan Nasional.  Penerbangan ini menjadi penerbangan komersial berbahan bakar bioavtur pertama di Indonesia dan sekaligus menjadi penerbangan komersial pertama di dunia yang menggunakan bahan bakar energi terbarukan berbasis palm kernel oil atau minyak inti sawit. Penerbangan yang dioperasikan dengan armada Boeing 737-800NG (PK-GFX) tersebut diberangkatkan dari Jakarta dengan nomor penerbangan GA-1547 pada pukul 15.00 LT dan tiba di Bandara Internasional Adi Soemarmo, Solo pada pukul 16.20 LT.  Adapun untuk rute sebaliknya, pesawat berangkat dari Solo dengan nomor penerbangan GA-2547 pada pukul 17.50 LT dan tiba di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Jakarta pada pukul 19.05 LT.  Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menjelaskan, Garuda Indonesia bangga berkesempatan untuk terus menghadirkan kontribusi terbaik bagi bangsa melalui berbagai inisiatif berkelanjutan dan menjadi garda terdepan dalam mendukung upaya pengurangan emisi karbon, salah satunya dengan mengoperasikan penerbangan komersial berbahan bakar bioavtur J2.4 ini. Di sisi lain, penerbangan ini turut menandai keberhasilan Garuda Indonesia bersama para stakeholders lainnya, yakni Pertamina Group, Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM RI, Direktorat Kelaiakudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara (DKPPU) Kementerian Perhubungan RI, Tim Peneliti Institut Teknologi Bandung (ITB), BPDPKS dan APROBI yang secara solid berhasil menciptakan tonggak sejarah baru di industri penerbangan komersial Indonesia.  “Sebelumnya bioavtur ini berhasil melewati serangkaian tahap uji engine test dengan hasil respons yang baik dan terkendali pada mesin pesawat komersial,” tutur Irfan dalam siaran pers yang diterima Kontan, Jumat (27/10). Melalui penerbangan perdana ini, Garuda Indonesia selanjutnya akan terus mendukung penuh proses pengembangan dan produksi Sustainable Aviation Fuel yang tentunya sesuai dengan standar kriteria Carbon Offsetting and Reduction Scheme for International Aviation (CORSIA) dari International Civil Aviation Organization (ICAO). Alhasil ke depannya penggunaan bahan bakar terbarukan ini dapat terus Garuda Indonesia jajaki secara bertahap selaras dengan kesiapan sektor industri aviasi bersama berbagai sektor energi terbarukan lainnya. Irfan melanjutkan, dengan sinergi strategis yang terjalin dalam upaya merintis penggunaan energi terbarukan melalui penggunaan bioavtur ini, Garuda Indonesia optimistis visi mewujudkan ekosistem aviasi Indonesia yang berbasis green sustainability dapat terealisasi secara berkesinambungan, selaras dengan berbagai langkah lain yang dilaksanakan pemerintah. Lebih lanjut, dalam penerbangan bertajuk #FromNatureToFuture ini, Garuda Indonesia juga menghadirkan inisiatif penggunaan sejumlah produk ramah lingkungan, seperti blanket belt, snack paper wrap, dan wooden cutleries, serta pengoperasian baggage towing truck yang merupakan layanan electrical vehicle dari Gapura Angkasa. Dalam rangka mendukung capaian target Indonesia menuju Net Zero Emission di tahun 2060 nanti, Garuda Indonesia secara berkesinambungan akan terus menghadirkan rangkaian inisiatif yang tidak hanya berfokus pada penggunaan energi baru terbarukan, melainkan juga pada upaya-upaya efisiensi energi.  “Di antaranya melalui pemanfaatan teknologi digital dan pemutakhiran proses perawatan pesawat yang tentunya tetap memastikan keamanan, keselamatan, dan kenyamanan seluruh pengguna jasa Garuda Indonesia,” tutup Irfan.

https://industri.kontan.co.id/news/garuda-indonesia-layani-penerbangan-komersial-perdana-dengan-bioavtur

 

Rm.id | Sabtu, 28 Oktober 2023

Cetak Sejarah, Garuda Terbang Pakai Bioavtur Pertamina Ramah Lingkungan

Maskapai penerbangan nasional Garuda Indonesia bertepatan dengan Hari Penerbangan Nasional meresmikan pengoperasian penerbangan komersial dengan Sustainable Aviation Fuel (SAF) Bioavtur J2.4 melalui penerbangan khusus bertajuk #FromNatureToFuture dengan rute penerbangan Jakarta – Solo pp, Jumat (27/10). Penerbangan ini menjadi penerbangan komersial berbahan bakar bioavtur pertama di Indonesia dan sekaligus menjadi penerbangan komersial pertama di dunia yang menggunakan bahan bakar energi terbarukan berbasis palm kernel oil (minyak inti sawit). Penerbangan yang dioperasikan dengan armada Boeing 737-800NG (PK-GFX) tersebut diberangkatkan dari Jakarta dengan nomor penerbangan GA-1547 pada pukul 15.00 LT dan tiba di Bandara Internasional Adi Soemarmo, Solo pada pukul 16.20 LT. Adapun untuk rute sebaliknya, pesawat berangkat dari Solo dengan nomor penerbangan GA-2547 pada pukul 17.50 LT dan tiba di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Jakarta pada pukul 19.05 LT. Sebuah kebanggaan bagi Garuda Indonesia berkesempatan untuk terus menghadirkan kontribusi terbaik bagi Bangsa melalui berbagai inisiatif berkelanjutan,” ujar Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra, dalam keterangannya, Jumat (27/10). Irfan menambahkan, penerbangan ini menjadi garda terdepan dalam mendukung upaya pengurangan emisi karbon, salah satunya dengan mengoperasikan penerbangan komersial berbahan bakar bioavtur J2.4.  Irfan menjelaskan, penerbangan ini turut menandai keberhasilan Garuda Indonesia bersama para stakeholders lainnya, yakni Pertamina Group, Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Direktorat Kelaiakudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara (DKPPU), Kementerian Perhubungan, Tim Peneliti Institut Teknologi Bandung (ITB), BPDPKS dan APROBI. “Mereka secara solid berhasil menciptakan tonggak sejarah baru di industri penerbangan komersial Indonesia, setelah sebelumnya bioavtur ini berhasil melewati serangkaian tahap uji Engine Test dengan hasil respons yang baik dan terkendali pada mesin pesawat komersial,” jelas Irfan. Melalui penerbangan perdana ini, Irfan mengatakan Garuda Indonesia selanjutnya akan terus mendukung penuh proses pengembangan dan produksi Sustainable Aviation Fuel yang tentunya sesuai dengan standar kriteria Carbon Offsetting and Reduction Scheme for International Aviation (CORSIA) dari International Civil Aviation Organization (ICAO). “Ke depannya penggunaan bahan bakar terbarukan ini dapat terus kami jajaki secara bertahap selaras dengan kesiapan sektor industri aviasi bersama berbagai sektor energi terbarukan lainnya,” jelas Irfan. Lebih lanjut Irfan menjelaskan, dengan sinergi strategis yang terjalin dalam upaya merintis penggunaan energi terbarukan melalui penggunaan bioavtur ini. “Kami optimistis visi mewujudkan ekosistem aviasi Indonesia yang berbasis green sustainability dapat terealisasi secara berkesinambungan, selaras dengan berbagai langkah lain yang dilaksanakan Pemerintah,” jelas Irfan. Ia menambahkan, dalam penerbangan bertajuk #FromNatureToFuture ini, Garuda Indonesia juga menghadirkan inisiatif penggunaan sejumlah produk ramah lingkungan, seperti blanket belt, snack paper wrap, dan wooden cutleries, serta pengoperasian baggage towing truck yang merupakan layanan electrical vehicle dari Gapura Angkasa. Irfan menjelaskan, dalam rangka mendukung capaian target Indonesia menuju Net Zero Emission di tahun 2060 nanti. Garuda Indonesia secara berkesinambungan akan terus menghadirkan rangkaian inisiatif yang tidak hanya berfokus pada penggunaan energi baru terbarukan. Namun juga pada upaya-upaya efisiensi energi. “Melalui pemanfaatan teknologi digital dan pemutakhiran proses perawatan pesawat yang tentunya tetap memastikan keamanan, keselamatan, dan kenyamanan seluruh pengguna jasa Garuda Indonesia,” pungkas Irfan.

https://rm.id/baca-berita/ekonomi-bisnis/194472/cetak-sejarah-garuda-terbang-pakai-bioavtur-pertamina-ramah-lingkungan

 

BERITA BIOFUEL

 

 

Kontan.co.id | Minggu, 29 Oktober 2023

Pertamina Siapkan 45 KL Bahan Bakar Pesawat Rendah Emisi untuk Pengujian

Pertamina Patra Niaga terus melakukan pengujian Sustainable Aviation Fuel (SAF) sebagai upaya pengembangan dan penyaluran bahan bakar yang lebih ramah lingkungan bagi industri aviasi.  Baru-baru ini telah dipersiapkan infrastruktur Depot Pengisian Pesawat Udara (DPPU)  menyalurkan SAF di 2 bandara yakni Soekarno Hatta Cengkareng dan Adi Soemarmo Solo untuk melayani penerbangan komersil perdana yang dilakukan maskapai Garuda Indonesia menggunakan bahan bakar SAF.  Direktur Utama Pertamina Patra Niaga, Riva Siahaan mengatakan sebelumnya Pertamina Patra Niaga telah menerima stok SAF sebanyak 80 Kilo Liter (KL) untuk digunakan dalam rangkaian tes SAF.   Untuk kebutuhan penerbangan komersil perdana, Pertamina Patra Niaga menyiapkan sebanyak 40 Kilo Liter (KL) di Soekarno Hatta Aviation Fuel Terminal & Hydrant Installation (SHAFTHI) dan pengisian kembali di DPPU Adi Soemarmo sekitar 5 KL.  “Pertamina Patra Niaga sudah siap untuk memenuhi kebutuhan tersebut, saat ini stok  SAF yang kami punya masih memilik stok sekitar 45 KL. Sebelum disalurkan, Pertamina Patra Niaga juga terus melakukan uji dan cek kualitas SAF tersebut sebagai jaminan SAF yang disalurkan sesuai dengan spesifikasi standard internasional sejak awal rangkaian tes,” kata Riva dalam keterangan resmi, Minggu (29/10).  Bagi Pertamina Patra Niaga, keberhasilan penerbangan perdana dengan SAF di Indonesia  adalah capaian baru. Pengembangan dan penyaluran bahan bakar aviasi dengan bauran energi terbarukan yang rendah emisi ini mungkin dapat mengurangi emisi gas rumah kaca dari sektor transportasi yang mencapai 16,2% secara global di tahun 2020, termasuk transportasi udara. Itulah mengapa penggunaan SAF sudah masuk dalam transisi energi di dunia dan telah digunakan di beberapa bandara oleh maskapai penerbangan.  “Fokus Pertamina Patra Niaga saat ini terus mempersiapkan infrastruktur dan kapabilitas manpower dalam penyaluran SAF, sehingga ke depannya kami sudah siap melayani penyaluran SAF,” tutur Riva.  Selain mempersiapkan infrastruktur, Pertamina Patra Niaga juga akan menjaga koordinasi dengan seluruh pihak terlibat dalam mengkaji usulan regulasi dan strategi yang mendukung komersialisasi SAF di Indonesia.  Riva bilang upaya Ini akan menjadi langkah Pertamina grup selanjutnya dalam menjalankan program transisi energi sekaligus untuk mencapai target Net Zero Emission 2060.  Penyaluran SAF yang dilakukan Pertamina Patra Niaga membutuhkan koordinasi dan keterlibatan seluruh stakeholder, menuju penyediaan avtur yang lebih ramah lingkungan bagi industri penerbangan Indonesia.

https://industri.kontan.co.id/news/pertamina-siapkan-45-kl-bahan-bakar-pesawat-rendah-emisi-untuk-pengujian

The Jakarta Post | Sabtu, 28 Oktober 2023

Indonesia conducts first commercial flight using palm oil-blended jet fuel

Airlines seeking to cut outsize carbon footprint. Indonesia flew its first commercial flight using palm oil-blended jet fuel on Friday, as the world\’s biggest producer of the commodity pushes for wider use of biofu-e\’s to cut fuel imports. Operated by flag carrier Garuda Indonesia, the Boeing 737-800NG aircraft carried more than 100 passengers from Jakarta to Surakarta in Central Java, a trip of about 550. kilometers, Garuda Indonesia CEO Irfan Setiaputra said. “We will discuss further with Pertamina, [the Energy and Mineral Resources Ministry] and other parties to ensure this fuel is commercially reasonable,” Irfan said during a celebratory event, as quoted by Reuters, adding that the plane was set to return to Jakarta later on Friday. Garuda had conducted several tests using the new biofuel mix, including a flight test earlier this month and a ground-based engine test in August. The palm-oil blended jet fuel is produced by state energy firm PT Pertamina at its Cilacap refinery using hydroprocessed esters and fatty acid (HEFA) technology and is made of refined, bleached, deodorized palm kernel oil. Pertamina has said the fiiel emits a lower quantity of greenhouse gases than pure fossil fuels, and Palm Oil producing countries have called for the edible oil to be included in feedstock for the production of sustainable aviation fuel (SAF). “In 2021, Pertamina successfully produced SAF 2.0 in its Cilacap unit using co-processing technology […] with a production capacity of 1,350 kiloliters per day,” said Alfian Nasution, a director at Pertamina. Harris Yahya, a director at the energy ministry, claimed the use of biofiiels would help limit the greenhouse effect. Indonesia has been pushing for the adoption of biofuels as it aims to cut costly imports of fuel and crude oil. The government had mandated a 3 percent biofuel blend for jet fuel by 2020, but the policy has yet to be implemented. In February, the government mandated that trucks and cars nationwide use B35, a biofuel blend consisting of 35 percent fatty acid methyl ester (FAME) derived from Palm Oil and 65 percent diesel fuel. The government plans to increase the proportion of FAME to 40 percent. On July 24, Pertamina launched its first bioethanol fuel, Pertamax Green 95, which has a research octane number (RON) of 95 and consists of 5 percent bioethanol made from sugarcane waste and 95 percent Pertamax, Pertamina\’s 92 RON gasoline brand. The company is looking at the possibility of mixing a greater proportion of its gasoline products with ethanol to create fuels that produce lower emissions. Its most recent plan involves introducing a 5 percent bioethanol mix to Pertalite, Pertamina\’s 90 RON gasoline brand, to produce a 92 RON biofuel product. The aviation industry, a major emitter of greenhouse gases, is looking for ways to cut its carbon footprint by using alternative fuels. Experts say the industry will need 450 billion liters of SAF a year by 2050 if the fuel is to account for around 65 percent of the mitigation needed to achieve net-zero targets. But some countries have raised concerns about the potential for deforestation in the production of palm oil. The European Union has imposed import restrictions on the commodity. In 2021, Indonesia ran a test flight with the same fuel on an aircraft made by state-owned Dirgantara Indonesia, flying from the city of Bandung in West Java to Jakarta.

Harian Kontan | Jum’at, 27 Oktober 2023

Energi bioetanol Lebih Efisien Dibandingkan Biodiesel

Direktur Utama PT Perkebunan Nusantara III (Persero) atau folding Perkebunan, Mohammad Abdul Gani mengatakan\’ sumber energi terbarukan bioetanol yang berasal dari tanaman tebu lebih\’efisien dibandingkan biodiesel dari kelapa sawit “Di antara dua komoditas energi yang berbasis green yaitu biodiesel dan bioetanol itu sebenarnya yang paling efisien bioetanol,” kata Gani dalam sesi diskusi di Gedung Kementerian BUMN Jakarta pada Kamis (26/10). Sebagaiperbandingan,jelasGani,Indonesiamemi-liki luas lahan Kelapa Sawit 16 juta hektare dengan produktivitas rata-rata 3 ton per hektare. Dari jumlah 3 ton Kelapa Sawit per hektare itu, lanjut Gani, bila diolah menjadi biodiesel hanya menghasilkan atau 2,5 kiloliter biodiesel. Sementara pada 1 hektare lahan tebu dapat menghasilkan 4,5 sampai 5 kiloliter etanol. “Maknanya apa? Kemampuan tanah menghasilkan etanol itu dua kali lebih besar dibandingkan dengan biodiesel,” ucapnya. Oleh karena itu, menurut Gani, pemerintah sebaiknya menetapkan kembali peta jalan energi baru dan terbarukan Indonesia salah satunya dengan menggeser pemanfaatan biodiesel menjadi bioetanol. “Menurut saya road map energi baru terbarukan Indonesia paling tepat adalah menggeser yang tadinya dari biodiesel ke etanol,” ujarnya. Dia juga mengusulkan pemanfaatan 2 juta hektare lahan konversi untuk di tanami tebu karena dapat menghasilkan 10 juta kiloliter etanol guna membantu memenuhi kebutuhan bahan bakar nasional.