Prospek cerah, simak rekomendasi saham AKR Corporindo (AKRA)
Kontan.co.id | Kamis, 25 Maret 2021
Prospek cerah, simak rekomendasi saham AKR Corporindo (AKRA)
Kinerja PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) sepanjang tahun 2020 cukup menggembirakan. Salah satunya berasal dari penjualan petroleum, di mana perusahaan berhasil mendistribusikan 2,32 juta kiloliter (kL) petroleum pada tahun lalu atau naik 10% secara year on year (yoy). Analis Korea Investment & Sekuritas Indonesia Edward Tanuwijaya mengatakan, perolehan tersebut sudah sejalan dengan proyeksinya karena telah memenuhi 98% dari perkiraan pihaknya. “Sektor logam dan tambang masih akan menjadi sektor utama yang mendorong kinerja AKRA dengan kontribusi lebih dari 50%. Kami melihat tren ini masih akan berlanjut pada tahun ini seiring dengan harga logam dan batubara yang masih terus naik,” kata Edward dalam risetnya pada 11 Januari 2021. Senada analis Jasa Capital Utama Sekuritas Chris Apriliony juga menyebut kinerja bagus AKRA tidak hanya dari penjualan petroleum. Namun juga dari sisi penjualan lahan di Java Integrated Industrial & Port Estate (JIIPE). Sepanjang 2020, penjualan lahan JIIPE telah mencapai 25 hektare (ha) “Ini menunjukkan lahan milik AKRA mendapat sambutan yang baik dari para investor, sekaligus hasil investasi AKRA pada tahun 2019 mulai terlihat hasilnya,” kata Chris kepada Kontan.co.id, Rabu (24/3). Lebih lanjut Edward bilang, AKRA pada kuartal IV-2020 diharapkan memiliki beban bunga yang lebih rendah seiring berhasil menukar utang bunga yang bersifat tetap menjadi floating pada awal kuartal III-2020. Dia menyebut, dengan tren suku bunga yang rendah beberapa waktu terakhir, AKRA , anggota indeks Kompas100 ini, berpotensi masih on track untuk mendapatkan laba bersih sebesar Rp 215 miliar pada kuartal IV-2020.
Edward pun memproyeksikan pada tahun lalu AKRA akan berhasil mengantongi pendapatan sebesar Rp 18,11 triliun dengan laba bersih sebesar Rp 879 miliar. Sementara untuk tahun ini, perusahaan tersebut berpotensi membukukan pendapatan sebesar Rp 21,73 triliun dengan laba bersih Rp 992 miliar. Salah satu katalis yang akan mendorong kinerja AKRA akan datang dari biodiesel. Edward bilang, Kementerian ESDM juga telah mengumumkan alokasi untuk biodiesel pada tahun ini sebesar 9,2 juta kL atau naik 8% yoy. Dalam dua tahun terakhir, AKRA berhasil menyumbang sekitar 7%-8% dari alokasi tersebut. Dengan mempertimbangkan berbagai faktor tersebut, dia pun memperkirakan pertumbuhan volume petroleum milik AKRA pada tahun ini akan sebesar 8%. Kimia dasar milik perusahaan juga bisa tumbuh sekitar 5% seiring dengan adanya potensi pertumbuhan volume setelah adanya perjanjian joint venture dari Petronas Chemical Group (PCG). Dengan pertimbangan memiliki pertumbuhan yang stabil pada core business-nya dan ada potensi upside dari perkembangan JIIPE, Edward pun merekomendasikan beli AKRA dengan target harga Rp 3.900 per saham Sementara Chris merekomendasikan bisa untuk buy on weakness AKRA ketika berada di area Rp 3.170. Sementara untuk target harga setahun ke depan berada di Rp 3.850 per saham.
Akurat.co | Kamis, 25 Maret 2021
Kilang Plaju Produksi 22 Jenis Bahan Bakar Kapasitas 35 Juta Barel
PT Pertamina (Persero) mencatat sepanjang 2020 Kilang Plaju di Sumatera Selatan telah memproduksi 22 jenis bahan bakar dengan volume sekitar 35 juta barel. Sekretaris Perusahaan PT Kilang Pertamina Internasinal (KPI) Ifki Sukarya mengatakan meskipun telah beroperasi lebih dari 100 tahun dan menjadi kilang minyak tertua di Indonesia, produktivitasnya masih tetap tinggi. “Sepanjang tahun 2020, Kilang Plaju menghasilkan 22 produk dengan volume total lebih dari 35 juta barel,” kata Ifki Sukarya dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (24/3/2021). Terdapat beberapa produk unggulan Kilang Plaju mulai dari bahan bakar nabati mesin diesel B30, Avtur, Pertamax, Dexlite, Elpiji, Musicool, Breezon, dan Polytam yang merupakan produk petrokimia premium industri plastik. Ifki menyebutkan kontribusi pajak Kilang Plaju mencapai Rp180 miliar. Selain untuk negara, kilang ini juga menyumbang pajak senilai sebesar Rp57 miliar bagi pemerintah daerah. “Kilang Plaju menjadi salah satu penyumbang pajak daerah terbesar di Palembang dan Sumatra Selatan. Inilah contoh nyata economic footprint, sumbangsih dari kilang Pertamina untuk terus memberikan energi, semangat dan kontribusi dalam membangun negeri,” tutur Ifki.
Merujuk sejarah, Kilang Plaju didirikan tahun 1904 oleh perusahaan minyak dari Belanda, yaitu Shell. Kilang Plaju bertugas menampung minyak mentah dari tambang di daerah Prabumulih, Pendopo, dan sekitarnya untuk diolah menjadi bahan bakar siap pakai bagi kendaraan-kendaran militer Belanda. Ketika perang dunia kedua berkecamuk, kehadiran Kilang Plaju sangat penting karena menjadi kilang minyak terbesar di Asia Tenggara. Pasukan sekutu memanfaatkan Kilang Plaju untuk menggerakkan alat tempur mereka melawan Jepang. Tahun 1942, pasukan penerjun Jepang menyerbu Kilang Plaju dan berhasil membumihanguskan sebagian kilang. Setelah Jepang kalah perang, Kilang Platu kembali dikuasi oleh Belanda. Meskipun telah berumur lebih dari satu abad, Kilang Plaju milik Pertamina ini masih produktif menghasilkan produk-produk bahan bakar berkualitas bagi masyarakat. Sekadar informasi, PT Pertamina (Persero) mencatat jumlah produksi 46.702 ton Polytam atau bahan baku plastik berkualitas tinggi sepanjang 2020, melalui pabrik Kilang Plaju yang berlokasi di Sumatera Selatan. “Produk plastik yang dihasilkan dari Polytam berkualitas tinggi dan memiliki sejumlah keunggulan, di antaranya tahan panas dan oksidasi, memiliki warna lebih putih dan bening, serta mudah dijadikan kemasan plastik,” kata Corporate Secretary Subholding Refining & Petrochemical PT Kilang Pertamina Internasional Ifki Sukarya dalam keterangan tertulis yang diterima, Jakarta, Rabu (17/3/2021). Plastik yang terbuat dari Polytam juga aman meski bersentuhan langsung dengan makanan dan minuman sehingga dapat digunakan sebagai wadah, kemasan, serta peralatan makanan dan minuman.
Detik.com | Kamis, 25 Maret 2021
Pakai Limbah Sawit, Pabrik Ini Hemat Jutaan Liter Solar Tiap Tahun
PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) akan kembali membangun enam pabrik Bio-CNG baru dalam dua tahun ke depan. Total investasi yang disiapkan perusahaan mencapai US$ 47 juta atau sekitar Rp 676,8 miliar (kurs Rp 14.400). Pabrik Bio-CNG sendiri merupakan pabrik yang menghasilkan listrik dengan memanfaatkan limbah pabrik kelapa sawit (PKS). Tahap pertama dalam rangkaian pembangunan enam pabrik Bio-CNG tersebut dimulai hari ini dengan ground breaking pabrik Bio-CNG kedua di Muara Wahau, Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur, di mana pabrik Bio-CNG pertama telah commissioning sejak September 2020 lalu. Pabrik Bio-CNG kedua ini akan dibangun DSNG dengan memanfaatkan limbah cair kelapa sawit (POME) dari dua Pabrik Kelapa Sawit (PKS) berkapasitas 2 x 60 ton per jam. Dijadwalkan akan beroperasi pada kuartal II tahun 2022, pabrik Bio-CNG tersebut akan menghasilkan energi listrik sebesar 2 x 850 kilowatt dan gas biometana berkapasitas 540 m3 per jam. Selain itu, dengan beroperasinya pabrik Bio-CNG kedua ini akan mengurangi emisi efek rumah kaca setara dengan 100.000 metrik ton CO2 per tahun. Direktur Utama DSNG, Andrianto Oetomo, mengatakan pembangunan pabrik Bio-CNG baru tersebut menunjukkan keseriusan DSNG dalam menerapkan konsep circular economy dengan mengurangi limbah hasil produksi industri kelapa sawit, sekaligus menekan emisi gas rumah kaca dan menghemat penggunaan bahan bakar fosil secara signifikan. “Dalam dua tahun terakhir ini, kami mulai memperkenalkan konsep industri kelapa sawit berbasis energi terbarukan sebagai konsep masa depan. Melalui pembangunan pabrik Bio-CNG ini, kami mendapatkan dua keuntungan sekaligus, yakni penghematan dalam penggunaan bahan bakar solar di industri kelapa sawit yang kami jalankan, dan juga secara sustainability, upaya kami dalam menekan emisi gas rumah kaca,” katanya dalam keterangan tertulis, Kamis (25/3/2021).
Dengan demikian, menurut Andrianto, dalam tiga tahun ke depan, DSNG akan memiliki tujuh pabrik Bio-CNG. Dengan tujuh pabrik Bio-CNG tersebut, DSNG dapat menghemat penggunaan solar sekitar 16 juta liter per tahun, dengan pengurangan emisi gas rumah kaca setara 400.000 ton CO2 per tahun. Sebelumnya pada September 2020 lalu, DSNG telah melakukan commissioning pabrik Bio-CNG yang pertama berlokasi di Muara Wahau, Kalimantan Timur, yang juga merupakan pabrik Bio-CNG yang pertama di Indonesia. Pabrik Bio-CNG pertama ini dibangun dengan memanfaatkan limbah cair dari 1 (satu) PKS dengan kapasitas olah 60 ton TBS/jam, akan menciptakan pengurangan emisi gas rumah kaca setara 50.000 ton CO2, yang setara dengan penanaman lebih dari 800.000 pohon atau berkurangnya 11.000 unit kendaraan penumpang atau setara dengan melakukan daur ulang atas 17.000 ton sampah. Pabrik Bio-CNG ini menghasilkan listrik dengan kapasitas 2 x 600 kilowatt sehingga total power yang dihasilkan adalah 1.2 MegaWatt. Energi listrik yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk proses pengolahan Palm Kernel di Kernel Crushing Plant (KCP) serta proses Produksi BioCNG Plant ini sendiri. Adapun sisa kelebihan biogas akan dikompres menjadi Biomethane Compressed Natural Gas dengan kapasitas 280 m3 per jam untuk kemudian disimpan dan dikemas di dalam tabung. Bio-CNG yang telah dikemas di dalam tabung tersebut akan didistribusikan menggunakan truk yang juga menggunakan bahan bakar Bio-CNG ke seluruh emplasmen (perumahan karyawan) dan PKS lainnya di areal operasional DSNG di Muara Wahau sebagai bahan bakar pembangkit listrik menggantikan bahan bakar konvensional berbahan bakar solar. Dengan beroperasinya pabrik Bio-CNG pertama, DSNG menghemat sedikitnya 2 juta liter solar per tahun, yang selama ini dipakai sebagai bahan bakar genset di pabrik kelapa sawit dan pabrik kernel.